Disusun oleh :
1. Arif Hidayat
2. Dita Rina Sairi Siregar.S
3. Cantika Putri Utami
4. Khenia Arini Sekar .A
5. Sandra Wulandra Putri
6. Sisca Ayu Vamela
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien dengan
pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari WSD (Water Seal Drainage)?
2. Mahasiswa mampu memahami tujuan pemasangan WSD (Water Seal
Drainage)?
3. Mahasiswa mampu memahami indikasi dan kontraindikasi dari
pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
4. Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari pemasangan WSD (Water
Seal Drainage)?
5. Mahasiswa mampu memahami macam-macam dari WSD (Water Seal
Drainage)?
6. Mahasiswa mampu memahami prosedur pemasangan WSD (Water Seal
Drainage)?
7. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan
pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
1.4 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
1. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat
ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam
shoks.
2. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan
tekanan rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” dapat kembali seperti yang
seharusnya.
3. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga “mechanis
of breathing” tetap baik.
2.2 TUJUAN
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan/drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut
2.3 INDIKASI PEMASANGAN WSD
a. Pneumothoraks :
- Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
- Luka tusuk tembus
- Klem dada yang terlalu lama
- Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Hemothoraks :
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
- Pasca bedah thoraks
c. Hemopneumothorak
d. Thorakotomy :
- Lobektomy
- Pneumoktomy
2.5 KOMPLIKASI
Note:
a. Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat berbahaya karena
menyebabkan paru kolaps.
b. Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru
untuk mengeluarkan cairan atau udara.
c. Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat disebabkan karena
adanya kinking,clotting atau perubahan posisi chest tube.
d. Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara
dari rongga pleura keluar
e. Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
f. Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
- Inspirasi akan meningkat
- Ekpirasi menurun
b. Bagian basal
- Postero lateral interkosta ke 8-9
- Fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura
3.2.1 Persiapan
1. Pengkajian
2. Persiapan pasien
a. Siapkan pasien
b. Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :
c. Tujuan tindakan
d. Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD. Posisi klien dapat duduk atau
berbaring
e. Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas dalam, distraksi
f. Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena
3.Persiapan alat
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat
dilaksanakan dengan baik , dan perawat memberi dukungan moril pada pasien.
Note:
Apabila menggunakan WSD tipe satu botol, saat inspirasi cairan biasanya akan tertarik
ke atas, namun tidak sampai masuk kembali ke rongga pleura karena adanya gaya
gravitasi dan perbedaan sifat cairan yang lebih berat daripada udara.
Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
10. Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan
3.3.3 Tindakan setelah prosedur
Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam
1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan
bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang
terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water Seal Drainage)
ASUHAN KEPERAWATAN
Anamnesa
1. Identitas Pasien
Terdiri dari nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan pasien.
Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak
nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non
produktif, sedangkan pada pneumothorak.
6. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana respon pasien terhadap tindakan pengobatan yang dilakukan
terhadap dirinya.
Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath)
B2 (Blood)
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Darah lengkap dan kimia darah
3. Bakteriologis
4. Analisis cairan pleura
5. Pemeriksaan radiologis
6. Biopsi
Diagnosa Keperawatan
Intervensi :
Intervensi Rasional
Berikan peran aktif pasien/ orang terdekat Belajar ditingkatkan bila individu secara
dalam proses belajar, misalnya: diskusi, aktif berperan
partisipasi kelompok
Berikan informasi tertulis dan verbal Membantu pasien dan orang terdekat
sesuai indikasi. Masukkan daftar artikel membuat pilihan berdasarkan informasi
dan buku yang berhubungan dengan tentang masa depan.
kebutuhan pasien/ keluarga dan dorong
membaca dan memdiskusikan apa yang
mereka pelajari
Informasikan kepada pasien tentang efek- Mengurangi ras cemas pasien akibat
efek pemasangan WSD terpasangnya alat di tubuhnya
Tinjau ulang pengetahuan pasien akan Mengetahui keefektifan intervensi yang
penyakit dan proses pengobatannya telah dilakukan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan cemas pasien akan menurun,
pasien mempunyai koping yang adaptif dalam menghadapi kecemasan
Kriteria hasil:
1. Pasien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2. Pasien mampu mengidentifikasi dan menunjukkan tekhnik untuk mengontrol
cemas
3. Ekspresi wajah pasienmenunjukkan berkurangnya kecemasan.
4. Vital sign dalam batas normal:
Intervensi:
1. Kaji tingkat kecemasan pasien baik ringan sampai berat
R/ Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga
memu-dahkan penanganan/pemberian askep se-lanjutnya.
2. Hal yang yang harus di perhatikan pada klien yang menggunakan WSD
a. Kaji adanya distress pernafasan & nyeri dada, bunyi nafas di daerah paru yg
terkena & TTV stabil.
b. Observasi adanya distress pernafasan.
c. Observasi :
1. Pembalut selang dada.
2. Observasi selang untuk melihat adanya lekukan, lekukan yang menggantung,
bekuan darah.
3. Sistem drainage dada.
4. Segel air untuk melihat fluktuasi inspirasi dan ekspirasi klien.
5. Gelembung udara di botol air bersegel atau ruang.
6. Tipe & jumlah drainase cairan. Catat warna & jumlah drainase, TTV &
warna kulit.
7. Gelembung udara dalam ruang pengontrol penghisapan ketika penghisap
digunakan
d. Posisikan klien :
1. Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara (pneumothorak).
2. Posisi fowler untuk mengeluarkan cairan (hemothorak)
e. Pertahankan hubungan selang antara dada dan selang drainase utuh dan
menyatu.
f. Gulung selang yang berlebih pada matras di sebelah klien. Rekatkan dengan
plester.
g. Sesuaikan selang supaya menggantung pada garis lurus dari puncak matras
sampai ruang drainase. Jika selang dada mengeluarkan cairan, tetapkan waktu
bahwa drainase dimulai pada plester perekat botol drainase pada saat persiaan
botol atau permukaan tertulis sistem komersial yang sekali pakai.
h. Urut selang jika ada obstruksi.
i. Cuci tangan
j. Catat kepatenan selang, drainase, fluktuasi, TTV klien, kenyamanan klien
7. Pengkajian
Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat
mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik dan
emosi, sebelum pembedahan dan alergi.
a. Pemeriksaan fisik dan manifestasi klinik..
b. System pernafasan.
Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:
1. Potency jalan nafas, meletakan tangan di atas mulut atau hidung.
2. Perubahan pernafasan ( rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X / menit:
depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal: gangguan cardiovasculair atau
rata-rata metabolisme yang meningkat.
3. Auscultasi paru: keadekwatan expansi paru, kesimetrisan.
4. Inspeksi: Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan
diafragma, retraksi sternal: efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.
c. Thorax Drain.
Sistem Cardiovasculer.
1. Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tuiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit
(4x). 2 jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.
2. Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung: depresi miocard, shock,
perdarahan atau overdistensi.
3. Nadi meningkat: shock, nyeri, hypothermia.
4. Kaji sirkulasi perifer ( kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran
ektremitas).
5. Homan’s saign: trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah ( edema ,
kemerahan, nyeri).
d. Keseimbangan cairan dan elektrolit
1. Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.
2. Ukur cairan pada NG tube, out put urine, drainage luka.
3. Kaji intake / out put.
4. Monitor cairan intravena dan tekanan darah.
e. Sistem Persyarafan.
1. Kaji fungsi serebral dan tingkat kesadaran: semua klien dengan anesthesia
umum.
2. Klien dengan bedah kepala leher : respon pupil, kekuatan otot, koordinasi
3. Anesthesia umum: depresi fungsi motor.
f. Sistem perkemihan.
1. Kontrol volunteer fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post
anesthesia inhalasi, IV, spinal.
2. Anesthesia , infus IV, manipulasi operasi: retemnsio urine.
3. Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi: abdomen bawah (distensi buli-buli).
4. Dower catheter: kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam:
komplikasi ginjal.
g. Sistem Gastrointestinal.
1. Mual muntah: 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat
menyebabkan stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada
bedah kepala dan leher serta TIO meningkat.
2. Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.
a. Kaji paralitic ileus: suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.
b. Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan
decompresi dan drainase lambung.
c. Meningkatkan istirahat.
d. Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.
e. Memonitor perdarahan.
f. Mencegah obstruksi usus.
g. Irigasi atau pemberian obat.
h. Jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.
h. Sistem Integumen.
1. Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma,
malnutrisi, obat-obat steroid.
2. Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan – satu tahun.
3. Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan :
• Infeksi luka.
• Diostensi dari udema / palitik ileus.
• Tekanan pada daerah luka.
• Dehiscence.
• Eviscerasi.
j. Pengkajian Nyeri
Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra
operative.
Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi,
diaphorosis, gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian
analgetika.
k. Pemeriksaan Laboratorium.
Dilakukan untuk memonitor komplikasi.
Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan
manifestasi pot operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan darah
lengkap.
Intervensi keperawatan
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan pola napas normal/efektif
b. Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
Intervensi :
Intervensi Rasional
Pertahankan posisi nyaman, biasanya Meningkatkan inspirasi maksimal,
peninggian kepala tempat tidur (head up) meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi
pada sisi yang tak sakit.
Bila selang dada dipasang :
Observasi pola napas dan komplikasi Agar pasien tercukupi oksigennya dan
pola napasnya efektif, serta untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang
bias memperparah kondisi klien
2. Nyeri dada b.d faktor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik
(pemasangan selang dada)
Kemungkinan dibuktikan dengan : RR dan nadi meningkat, raut wajah pasien seperti
menahan rasa sakit, pasien merasa tidak nyaman
Kriteria hasil:
- nyeri berkurang bahkan hilang
- RR dan nadi kembali normal yaitu 16-20x/menit dan 60-100x/menit.
Intervensi :
Intervensi Rasional
- Berikan tehnik relaksasi distraksi Mengalihkan perhatian apsien terhadap
rasa nyerinya sehingga nyeri pasien
berkurang
- Jika nyeri tidak Mengurangi tingakt nyeri yang dirasakan
berkurang,kolaborasikan dengan dokter pasien
untuk pemberian obat analgesic
Observasi skala nyeri setelah intervensi Sebagai evaluasi terhadap interensi yang
yang telah dilakukan telah dilakukan dan untuk merencanakan
intervensi selanjutnya
Kemungkinan dibuktikan oleh: adanya inflamasi didaerah yang terpasang WSD, suhu
tubuh meningkat, nyeri pada daerah yang terpasang WSD
Kriteria hasil :
- tidak terjadi infalamsi pada daerah yang terpasang WSD
- Tidak timbul rasa nyeri
- Suhu tubuh normal (36,5-37,5)
Intervensi :
Intervensi Rasional
Rawat daerah yang terpasang WSD Untuk menjaga kebersihan daerah yang
secara teratur terpasang WSD sehingga dapat
meminimalisir peluang terjadinya infeksi.
Ajarkan kepada keluarga untuk merawat Untuk melindungi tubuh dari resiko
daerah WSD dan instruksikan untuk infeksi
merawatnya secara teratur
Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan Mencegah kontaminasi lingkungan
yang benar terhadap pasien yang dapat emmicu
terjadinya infeksi
Ajarkan kepada pengunjung untuk
mencuci tangan sewaktu masuk dan
meninggalkan ruang pasien
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan
pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam
keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan
pleura / lubrican.
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Hudak & Gallo, 1996, Keperwatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi VI, Jakarta:
Smeltzer, S.C. & Bare. B.G., 2002. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical
2017