Anda di halaman 1dari 6

Nabi Nuh a.s.

adalah nabi ketiga sesudah Adam dan Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi
Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metualih bin Idris.

Isi kandungan

 1Kisah Nabi Nuh


o 1.1Dakwah Nabi Nuh kepada kaumnya
o 1.2Nabi Nuh berputus asa dari kaumnya
 2Kisah Nabi Nuh dalam Al-Quran
 3Pengajaran dari Kisah Nabi Nuh

Kisah Nabi Nuh


Berlalulah beberapa tahun dari kematian Nabi Adam. Banyak hal berubah di muka bumi.
Dan bertepatan dengan fitrah manusia itu sendiri, terjadilah kealpaan terhadap wasiat Nabi Adam.
Kesalahan yang dahulu kembali berulang. Seperti mana tika Nabi Adam dan Hawa melupakan
ketetapan tuhan untuk menjauhi pohon didalam syurga, seperti itulah manusia melupakan ajaran
ilahi yang dilangsungkan dimuka bumi selepas turun dari syurga.
Sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh, telah hidup lima orang saleh dari datuk-datuk kaum Nabi
Nuh. Mereka hidup selama beberapa zaman kemudian mereka mati. Nama-nama mereka adalah
Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.
"Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu
dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa',
yaghuts, ya'uq dan nasr". ~ Surah Nuh ayat 23"
Setelah kematian mereka, orang-orang membuat patung-patung dari mereka, dalam rangka m
enghormati mereka dan sebagai peringatan terhadap mereka. Kemudian berlalulah waktu,
lalu orang-orang yang memahat patung itu mati. Lalu datanglah anak-anak mereka, kemudian anak-
anak itu mati, dan datanglah cucu- cucu mereka. Kemudian timbullah berbagai dongeng dan
khurafat yang membelenggu akal manusia di mana disebutkan bahawa patung-patung itu memiliki
kekuatan khusus.
Dalam situasi seperti ini, Allah SWT mengutus Nuh a.s untuk membawa ajaran ilahi kepada
kaumnya. Nabi Nuh adalah seorang hamba yang akalnya tidak terpengaruh oleh keadaan sekeliling,
yang menyembah selain Allah SWT. Allah SWT memilih hamba-Nya Nuh dan mengutusnya di
tengah-tengah kaumnya.
Dakwah Nabi Nuh kepada kaumnya
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa
kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?" ~ Surah Al-Mu'minun ayat 23"
Nabi Nuh a.s menjelaskan kepada kaumnya bahawa mustahil terdapat selain Allah Yang
Maha Esa sebagai Pencipta. Ia memberikan pengertian kepada mereka, bahawa dunia telah lama
menipu mereka dan telah tiba waktunya untuk menghentikan tipuan ini. Nuh menyampaikan kepada
mereka, bahawa Allah SWT telah memuliakan manusia: Dia telah menciptakan mereka, memberi
mereka rezeki, dan menganugerahi akal dan tubuh yang sihat kepada mereka. Manusia
mendengarkan dakwahnya dengan penuh minat. Dakwah Nabi Nuh cukup menggoncangkan jiwa
mereka.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah
berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan
kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang
memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang
kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan
bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.Di samping itu Nabi Nuh
juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada ganjaran yang akan diterima oleh manusia
atas segala amalannya di dunia iaitu syurga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala
pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi,
fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan
tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang
lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada
yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan
menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka
membantahnya atau mematahkannya.
Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaganya berdakwah kepada
kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan,
siang mahupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka ternyata hanya
sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang
menurut sementara riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang. Mereka pun terdiri dari orang-
orang yang miskin berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan
tinggi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-
penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari dakwahnya dan sesekali
tidak merelakan melepas agamanya dan kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka,
bahkan mereka berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan
menggagalkan usaha dakwah Nabi Nuh.
Berkata mereka kepada Nabi Nuh:
"Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda daripada kami sebagai manusia
biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, nescaya
Ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti
ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dapat diikuti orang-orang rendah
kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi
kami mereka seperti sampah masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak
mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa
memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Cuba
agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau sadurkan kepada kami itu betul-betul
benar, nescaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-
pengikutmu itu. kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki
kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-
pemimpinnya, tidaklah mudah kami menerima ajakanmu dan dakwahmu.Engkau tidak mempunyai
kelebihan di atas kami tentang soa-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.kami jauh lebih
pandai dan lebih mengetahui daripada mu tentang hal itu semua.nya.Anggapan kami terhadapmu,
tidak lain dan tidak bukan, bahawa engkau adalah pendusta belaka."
Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:
"Adakah engkau mengira bahwa aku dapat memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa
aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap
menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap
mempertahankan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan
karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki.Aku hanya seorang manusia yang mendapat
amanah dan diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu
tetap berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang
diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya dan
ganjaran-Nya keatas diri kamu. Aku hanya pesuruh dan rasul-Nya yang diperintahkan untuk
menyampaikan amanah-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah
kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan seksaan-Nya di atas kamu
sekalian jika Ia kehendaki.Dialah pula yang berkuasa menurunkan seksa dan azab-nya di dunia
atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha
Kuasa ,Maha Mengetahui, maha pengasih dan Maha Penyayang.".
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:
"Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat
kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang
terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari
pengaulanmu karena kami tidak dapat bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan
mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan
kepercayaan. Dan bagaimana kami dapat menerima satu agama yang menyamaratakan para
bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya
yang berkedudukan dengan orang yang miskin dan papa."
Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:
"Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai
mahupun yang bodoh, yang kaya mahupun miskin, majikan ataupun buruh ,diantara penguasa dan
rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum
Allah. Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan
para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat ku harapkan akan meneruskan
dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan daripadaku orang-
orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala
kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di
kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dapat
mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka
mengadu bahawa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-
mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak
dpt diterima oleh akal dan fikiran yang sihat. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang bodoh
dan tidak berfikiran sihat.
Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan
merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah
mereka: "Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta
mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak
akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi
engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. Datangkanlah
apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat
kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum
mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu."
Nabi Nuh berputus asa dari kaumnya
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun
berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala
dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang maha Kuasa memimpin mereka keluar
dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum
syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mengangkat darjat manusia yang
tertindas dan lemah ke tingkat yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha
menghilangkan sifat-sifat sombong dan bongkak yang melekat pada para pembesar kaumnya dan
medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia. Akan tetapi
dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyedarkan dan menarik kaumnya
untuk mengikuti dan menerima dakwahnya beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah kecuali
sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang, walaupun ia telah
melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh
kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya, karena ia
mengharapkan akan datang masanya di mana kaumnya akan sedar diri dan datang mengakui
kebenarannya dan kebenaran dakwahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesedaran kaumnya ternyata
makin hari makin berkurangan dan bahawa sinar iman dan takwa tidak akan menebus ke dalam hati
mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan Iblis. Hal mana Nabi Nuh berupa berfirman
Allah yang bermaksud:
"Sesungguhnya tidak akan seorang daripada kaumnya mengikutimu dan beriman kecuali mereka
yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka janganlah engkau bersedih hati karena apa
yang mereka perbuatkan." Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh
dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar menurunkan Azab-Nya di
atas kaumnya yang berkepala batu seraya berseru:"Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan seorang
pun daripada orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha
menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan
melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir spt
mereka."
Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan dan tidak perlu lagi
menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah
dengan mati tenggelam.
=== Nabi Nuh membuat kapal ===but, kemudian dengan mengambil tempat di luar dan agak jauh
dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun bekerja siang Setelah menerima
perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya
dan mulai mereka mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk maksud terseg dan malam
menyelesaikan pembinaan kapal yang diperintahkan itu. Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota
dan masyarakatnya, agar dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan
pembinaan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan cemuhan kaumnya yang kebetulan atau
sengaja melalui tempat kerja membina kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olok dengan
mengatakan: "Wahai Nuh! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuat
kapal?Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi
seorang tukang kayu dan pembuat kapal.Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari
air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik
kapalmu ke laut?"Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap dingin dan
tersenyum seraya menjawab:"Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika kamu sekarang mengejek dan
mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan
kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini.Tunggulah saatnya azab dan hukuman
Allah menimpa atas diri kamu."
Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut
pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah:"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila
tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam
kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi
dan belayarlah dengan izin-Ku." Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang
deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan
desa menggenangi daratan yang rendah mahupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit
sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah
terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh
atas dasar perintah Allah.
Dengan iringan "Bismillahi majraha wa mursaha" belayarlah kapal Nabi Nuh dengan lajunya
menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan
ribut. Di kanan kiri kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang
menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia menerkam mereka
di dalam lipatan gelombang-gelombang itu. Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal
memperhatikan cuaca dan melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di
atas permukaan air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama "Kan'aan"
timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas kasihan kepada orang-
orang yang sedang menerima hukuman Allah itu. Pada saat itu, tanpa disadari, timbullah rasa cinta
dan kasih sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas
menghadapi maut ditelan gelombang.
Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat
suaranya memanggil puteranya:Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama
keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar
dari bahaya maut yang engkau menjalani hukuman Allah." Kan'aan, putera Nabi Nuh, yang tersesat
dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu
menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang
menentang:"Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas geladak
kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak
akan dijangkau oleh air bah ini."
Nuh menjawab:"Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan
engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Masa tidak akan ada yang dapat
melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang
memperolehi rahmat dan keampunan-Nya." Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya
tenggelamlah Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata
ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar
kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan kafir tidak
beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:"Ya Tuhanku,
sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari keluargaku dan
sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha
Berkuasa."Kepadanya Allah berfirman:"Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah
termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak
dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir daripada kaummu.Coretlah namanya dari
daftar keluargamu.Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalan mu dan beriman
kepada-Ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku
janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya.Adapun orang-orang yang mengingkari
risalah mu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah
mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak
gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum
ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang
bodoh."
Nabi Nuh sedar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya
kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir
termasuk puteranya sendiri. Ia sedar bahawa ia tersesat pada saat ia memanggil puteranya untuk
menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang
menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus
mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda. Ia sangat sesalkan kelalaian dan kealpaannya
itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan berseru:"Ya Tuhanku
aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku
sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak
memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang yang
rugi."
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah kaum Nuh yang
kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi
kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit " Judie " dengan iringan perintah Allah kepada Nabi
Nuh:"Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan selamat
dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu."

Kisah Nabi Nuh dalam Al-Quran


Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28 surah di antaranya surah Nuh dari
ayat 1 sehinga 28, juga dalam surah "Hud" ayat 25 sehingga 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh
dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa di atas
mereka.

Pengajaran dari Kisah Nabi Nuh


Bahawasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan kepercayaan atau
penamaan aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan daripada hubungan yang
terjalin karena ikatan darah atau kelahiran. Kan'aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi
Nuh, oleh Allah s.w.t. dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya karena ia menganut kepercayaan
dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia
berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.
Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman Allah dalam Al-Quran yang
bermaksud:"Sesungguhnya para mukmin itu adalah bersaudara." Demikian pula hadis Rasulullah
s.a.w.yang bermaksud:"Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali jika ia mencintai saudaranya
yang beriman sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri."Juga peribahasa yang
berbunyi:"Adakalanya engkau memperolehi seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu."

Anda mungkin juga menyukai