LAPORAN KASUS
1.2. Anamnesis
Sesak
Keluhan sesak napas yang dirasakan ± 1 minggu di sertai batuk yang dirasakan selama ± 1
bulan batuk yang disertai dengan darah. Menurut pasien ia kesulita mengeluarkan lendir saat
batuk. Sulit tidur pada malam hari karena sesak dan nyeri pada dada bagian kiri. Sesak napas
mulai terasa berkurang apabila pasien dalam keadaan duduk atau tidur dengan menggunakan
bantal kepala yang cukup tinggi, sesak napas dan nyeri dada terasa memberat saat pasien
batuk dan dalam keadaan berbaring. Pasien mengaku napsu makan menurun± 1 minggu
karena lidah terasa pahit saat menelan sehingga pasien kehilangan napsu makan. Menurut
pasien, pasien juga mengalami demam sejak ± 1 minggu hingga masuk RS saat ini, pasien
juga mengeluh belum BAB sejak ±3 hari yang lalu. Sebelum pasien di bawah ke RSUD
YOWARI sebelumnya pasien sempat dibawah ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan
penangan namun keluhan yang dirasakan pasien tidak kunjung berkurang. Dilakukan
pemeriksaan α dengan hasil dinyatakan non reaktif pada tanggal 25 april 2017 di lanjutkan
pada tanggal 27 april 2017 pemeriksaan cairan ascites positif ke arah eksudat. Sudah
diberikan obat program paru kategori I (1x3 tablet) acc dr. David, Sp.PD.
1.5 Resume
Keluhan sesak napas yang dirasakan ± 1 minggu di sertai batuk yang dirasakan selama ± 1
bulan batuk yang disertai dengan darah. Menurut pasien ia kesulita mengeluarkan lendir saat
batuk. Sulit tidur pada malam hari karena sesak dan nyeri pada dada bagian kiri. Sesak napas
mulai terasa berkurang apabila pasien dalam keadaan duduk atau tidur dengan menggunakan
bantal kepala yang cukup tinggi, sesak napas dan nyeri dada terasa memberat saat pasien
batuk dan dalam keadaan berbaring. Pasien mengaku napsu makan menurun± 1 minggu
karena lidah terasa pahit saat menelan sehingga pasien kehilangan napsu makan. Menurut
pasien, pasien juga mengalami demam sejak ± 1 minggu hingga masuk RS saat ini, pasien
juga mengeluh belum BAB sejak ±3 hari yang lalu. Sebelum pasien di bawah ke RSUD
YOWARI sebelumnya pasien sempat dibawah ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan
penangan namun keluhan yang dirasakan pasien tidak kunjung berkurang. Dilakukan
pemeriksaan α dengan hasil dinyatakan non reaktif pada tanggal 25 april 2017 di lanjutkan
pada tanggal 27 april 2017 pemeriksaan cairan ascites positif ke arah eksudat. Sudah
diberikan obat program paru kategori I (1x3 tablet) acc dr. David, Sp.PD.
Pada pemeriksaan fisik kesadaran pasien composmentis, GCS E4V5M6, tekanan darah
100/20 mmHg, nadi 102x/menit, respirasi 28x/menit, suhu badan 37, oC, SpO2 99%. Pada
inspeksi bagian mata tidak terdapat conjungtiva anemis,pada pemeriksaan daerah thoraks
didapatkan retraksi intercostae D=S dan pada pemeriksaan auskultasi didapatkan rhonki,
rhonki basah kasar pada apex dan medial pulmo dextra, rhonki basah kasar pada basal
paru sinistra. Pada pemeriksaan laboratorium nilai hemoglobin 13,7 g/dl, trombosit
454+, hematokrit 41,2%, MCV 83,1 fL, MCH 27,6 pg, MCHC 33,3 g/dl.
1.6 Diagnosis Kerja
Efusi pleura sinistra
TB
1.7 Penatalaksanaan
IVFD RL ½ guyur, lanjut RL 20tpm
Ceftriaxon 2x1 gr
Dexametazon3x1 ampul
Ranitidin 2x1 ampul
PCT 3x1 tablet
Codein 3x1/2
New dratab 3x1
O2 2-3 lpm
Rencana :
Edukasi keluarga untuk tindakan yang akan dilakukan
Observasi vital sign
Konsul Sp.PD
Pro rontgen thorax AnteroPosterior/Lateral
1.8 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
1.9. Follow Up
Hari/Tanggal Follow Up
Jumat, S : lemas (+), sakit kepala (+) sesak berkurang
28-04-2017 O : KU: Lemas, Kes: composmentis
TTV:TD=100/80 mmHg, N=120x/menit, R=32x/menit
SB=36oC, SpO2=98%
Kepala/Leher :Normochepal, conjungtivaanemis (-),
skleraikterik (-), oral candidiasis (-),
pernapasan cuping hidung (-), pembesaran
kelenjar getah bening (-)
Thoraks : Pulmo : tampaksimetris, ikutgeraknapas (+),
suara napas vesikuler (+/+), retraksi (-),
rhonki (+/+) rhonki basah kasar pada apex,
rhonki basah kasar pada basal paru sinistra,
wheezing (-/-)
Cor: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Tampak datar, supel, bunyi usus (+), nyeri tekan
pada regio epigastrium, hepar/lien tidak
teraba
Ekstremitas :Akral teraba hangat, udem (-), CRT <2”
A : -TB paru extra pulmonal
- GEA
P : IVFD D5% 20 tetes per menit / 24 jam
Inj. Ceftriaxone 2x1 gram (IV) “skin test terlebih dahulu”
Inj. Ranitidine 2x1 ampul (IV)
Paracetamol tablet 3x500 mg (p.o) “jika demam ≤ 38oC”
O2 2-3 liter per menit
Bisculvan 3x1 iv
Acc pengobatan TB ambil di PKM genyem
Sabtu,
29-04-2017 S : sesak (+)
O : Ku: Lemas, Kes: composmentis
TTV:TD=110/70 mmHg, N=118x/menit, R=45x/menit
SB=36,9oC, SpO2=98%,
Minggu,
30-04-2017
S : sesak (-)
O : Ku: tampak baik, Kes: composmentis
TTV :TD=100/60 mmHg, N=83x/menit, R=24x/menit
SB=36,oC, SpO2=99%
Hasil Golongan darah : “AB”
Kepala/Leher :Normochepal, conjungtiva anemis (-),
skleraikterik (-), oral candidiasis (-),
pernapasan cuping hidung (-), pembesaran
kelenjar getah bening (-).
Thoraks: Pulmo : tampak simetris, ikut gerak napas (+),
suara napas vesikuler (+/+) retraksi (-), rhonki
(-/-),wheezing (-/-)
Cor: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Tampak datar, supel, bunyi usus (+), hepar/lien
tidak teraba
Ekstremitas: Akral teraba hangat, udem (-), CRT <2”
A : -TB extra pulmonal
P : boleh pulang
-salbutamol 3x2 gr
Azytromizin 1x50 gr
Ranitidin 2x1 p.o
Vit B complex 3x1 gr
Codein 3x10 gr
MP 3x4 gr
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pendahuluan
Pleura adalah membran tipis terdiri dari dua lapisan, yaitu pleura viseralis
dan pleura parietalis.Kedua lapisan ini bersatu di daerah hilus arteri dan
mengadakan penetrasi dengan cabang utama bronkus, arteri dan vena bronkialis,
serabut saraf dan pembuluh limfe.Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari
sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler, dan pembuluh getah
bening.
2.1.2. Patofisiologi
2.1.3. Diagnosis
2.1.3.2. Torakosintesis
2.1.3.3. Sitologi
2.1.3.4. Bakteriologi
2.1.4. Pengobatan
Pipa selang dimasukkan pada ruang antar iga dan cairan efusi
dialirkan ke luar secara perlahan. Setelah tidak adal lagi cairan yang
keluar, masukkan 500 mg tetrasiklin yang dilarutkan dalam 20 cc
garam fisiologis ke dalam rongga pleura, selanjutnya diikuti dengan 20
cc garam fisiologis. Kunci selang selama 6 jam dan selama itu pasien
diubah-ubah posisinya, sehingga tetrasiklin dapat didistribusikan ke
saluran rongga pleura. Selang antar iga kemudian dibuka dan cairan
dalam rongga pleura kembali dialirkan keluar sampai tidak ada lagi
yang tersisa.Selang kemudian dicabut. Jika dipakai zat korinebakterium
parvum, masukkan 7 mg yang dilarutkan dalam 20 cc garam fisiologis
dengan cara seperti sebelumnya.
Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang serous-santokrom dan bersifat
eksudat. Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkulosis paru melalui
focus subpleura yang robek atau melaui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga
secara hematogen dan menimbulkan efusi pleura bilateral. Cairan efusi yang biasanya
serous, kadang bisa juga hemoragik.Bisa ditemukan jumlah leukosit antara 500 – 2000
per cc. Mula-mula yang domina adalah sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel
limfosit.Cairan efusi sangat sedikit mengandung kuman tuberkulosis, karena adanya
reaksi hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein.Pada dinding pleura dapat ditemukan
adanya granuloma.
2.3.1. Definisi
2.3.2. Klasifikasi
Kasus baru
Kasus Lain
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula
pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma,
kanker paru, dan lain-lain.
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik.Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah
gejala respiratori.
Gejala respiratori
Gejala sistemik
Gejala sistemik yang timbul sebagai gejala-gejala tuberkulosis paru
dapat berupa :
a. Demam.
b. Keringat malam.
c. Anoreksia.
d. Berat badan menurun.
2.3.4. Diagnosa
2.3.5. Penatalaksanaan
1. Kategori I
a. TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks terdapat
lesi luas.
b. Paduan obat yang dianjurkan adalah 2RHZE/4RH atau
2RHZE/6HE atau 2RHZE/4R3H3.
2. Kategori II
a. TB paru kasus kambuh
Jika BTA saat ini negativ, klinis dan radiologi tidak aktif
atau ada perbaikan maka pengobatan OAT dihentikan. Bila
gambaran radiologi aktif, lakukan analisis lebih lanjut untuk
memastikan diagnosis TB dengan mempertimbangkan juga
kemungkinan panyakit paru lain. Bila terbukti TB, maka
pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih
kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama
(2RHZES/1RHZE/5R3H3E3).
Berobat ≤ 4 bulan
Bila BTA positif, pengobatan dimulai dari awal dengan
paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan
yang lebih lama (2RHZES/1RHZE/5R3H3E3).
3. Kategori III
a. TB paru (kasus baru), BTA negatif atau pada foto toraks terdapat
lesi minimal.
b. Paduan obat yang diberikan adalah 2RHZE/4R3H3.
4. Kategori IV
5. Kategori V
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, H. (2015). Penyakit – Penyakit Pleura. Dalam: S. Sutiati et al, ed.,Buku Ajar Ilmu