Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

MAKALAH

oleh
Kelompok 11

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017

i
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA


diajukan guna memenuhi tugas Keperawatan Jiwa dengan dosen
pengampu: Ns. Erti I. Dewi., M.Kep., Sp.Kep., J.

oleh
Nila Sa’diyah 152310101193
Maya Muftiyani Syilvia 152310101282

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan karuni-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Resiko Perilaku
kekerasan”. Makalah ini disusun berdasarkan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Jiwa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep., Sp.Kep.J selaku fasilitator mata
kuliah Keperawatan Jiwa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember;
2. Ayah dan Ibu yang telah mencurahkan perhatian dan dukungannya baik
secara materil maupun non materil;
3. Rekan satu kelompok yang sudah bekerjasama dan berusaha semaksimal
mungkin sehingga makalah ini dapat terealisasi dengan baik;
4. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah
ini yangtidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jember, Februari 2017

Penulis

DAFTAR ISI

iii
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Tujuan......................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 4
2.1 Contoh Kasus............................................................................. 4
2.2 Pengertian................................................................................... 4
2.3 Psikopatologi dan Psikodiamika............................................... 6
2.4 Diagnosa medis dan Diagnosa Keperawatan.......................... 9
2.5 Penatalaksanaan........................................................................ 9
BAB III. PENUTUP....................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan................................................................................. 13
3.2 Saran........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

iv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari
marah atau ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering
dipandang sebagai rentang dimana agresiv verbal di suatu sisi dan perilaku
kekerasan (violence) disisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan
emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini kan mempengaruhi
perilaku seseorang berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut
terkadang perillaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan
koping yang kurang bagus (Wati, 2010).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang di
ekspresikan dengan melakukan ancaman mencederai orang lain, dan atau
merusak lingkungan. Respon tersebut biasanya muncul akibat adanya
stressor.Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan.Melihat dampak dari kerugian yang di
timbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu di
lakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga professional (Keliat,,
2012).
WHO menyatakan satu dari empat orang di dunia mengalami
masalah mental atau jiwa.Who memperkirakan ada sekitar 450 juta orang
di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Dalam hal ini, Azrul
Azwar (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes) mengatakan angka itu
menunjukan jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat yang
sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk indonesia menderita kelainan
jiwa dari rasa cemas, setress, depresi, penyalahgunaan obat, kenakalan
remaja, sampai skizofrenia (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan dapat dibagi
dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan fisik ( Ketner et al., 1995
dalam Keliat, Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas, 2012). Melihat
dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan
perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-
tenaga profesional. Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa

1
individu yang sakit jiwa adalah aib dan memalukan, tidak bermoral bahkan
tidak beriman.Pada umumnya pasien gangguan jiwa di bawa keluarga ke
rumah sakit jiwa atau unit pelayanan kesehatan jiwa lainnya karena
keluarga tidak mampu merawat dan terganggu perilaku pasien.
Masalah tindakan kekerasan perilaku agresi merupakan kejadian
kompleks yang bukan hanya mencakup aspek perilaku (behavior) tapi
merupakan suatu problema kesehatan jiwa yang dapat dialami oleh
siapapun. Fenomena social yang terjadi beberapa tahun belakangan ini
seperti krisis berkepanjangan, adakan penduduk yang tidak merata karena
sulitnya mencari kehidupan layak sehingga penduduk melakukan migrasi
(urbanisasi) ke wilayah yang lebih menjanjikan pendapatan layak secara
ekonomi seperti di negara Indonesia banyak terjadi PHK, antara lapangan
pekerjaan yang sedikit.
Berdasarkan latar belakang di atas mengenai gangguan kesehatan
jiwa yang salah satunya merupakan perilaku kekerasan maka penulis
tertarik untuk menulis makalah dengan judul asuhan keperawatan dengan
perilaku kekerasan, guna membantu klien dan keluarga dalam menangani
masalah kesehatan yang di hadapi melalui penerapan asuhan keperawatan
jiwa.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep teori dan memberikan
Asuhan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan pada pasien dengan
perilaku kekerasan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan pengertian
perilaku kekerasan.
2. Mahasiswa mampu mengetahui Etiologi dari Perilaku Kekerasan.
3. Mahasiswa mampu mengetahui Tanda dan Gejala Perilaku
Kekerasan.

2
4. Mahasiswa mampu memberikan Asuhan keperawatan pada pasien
dengan perilaku kekerasan meliputi pengkajian, pohon masalah,
diagnosa keperawatan serta tindakan keperawatan.

3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Contoh Kasus


Seorang laki-laki berusia 28 tahun. Dua bulan lalu, ia baru saja dipecat
dari pekerjaannya. Dia dibawa ke Rumah Sakit dikarenakan marah-marah dan
memukul tetangga depan rumahnya, sering tertawa sendiri dan sering
mengganggu lingkungan karena sering memecahkan kaca tetangganya. Klien
juga mengatakan terkadang sering dibisiki suara orang seperti menyuruh untuk
memukul dan melempar kaca rumah dan mobil. Selain itu didapatkan data bahwa
klien belum menikah. Klien juga mengatakan bahwa dulu pernah putus dengan
pacarnya sehingga tidak mau menikah. Klien juga memiliki riwayat minum-
minuman keras dan merokok, dan sampai saat ini klien merupakan perokok aktif.
2.2 Pengertian
Keadaan emosi yg merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau
marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sbg bag
penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke
dalam diri atau secara dekstruktif (Barry, 1998). Perilaku kekerasan adalah suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis (Berkowitz, 1993). Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan
untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart
dan Sundeen, 1995). Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana
seseorang dimana melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik,
baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh
gelisah yang tidak terkontrol (Wati, 2010). Perilaku kekerasan adalah suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang, baik secara fisik
maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini, perilaku kekerasan dapat di lakukan
secara verbal di arahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua benuk yaitu perilaku kekerasan saat sedang
berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan)
(Keliat, 2012).

4
Tanda dan gejala klien perilaku kekerasan:
1. Mudah kesal dan jengkel ,
2. Semua barang tidak ada harganya sehingga dibanting-banting.
3. Muka merah dan tegang
4. Pandangan tajam
5. Mengatupkan rahang dengan kuat
6. Menegepalkan tangan
7. Jalan mondar-mandi
8. Bicara kasar
9. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
10. Mengancam secara verbal atau fisik
11. Melempar atau memukul benda/ orang lain
12. Merusak barang atau benda
13. Tidak memiliki kemampuan mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan
(Keliat, 2012).
Menurut Fitria (2009) tanda dan gejala perilaku kekerasan diantaranya
adalah:
1. Fisik : mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara dengan nada
keras, kasar dan ketus.
3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri, atau orang lain,
merusak lingkungan, amuk atau agresif.
4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk ingin berkelahi, menyalahkan
dan menuntut.
5. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak
jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral dan kreatifitas terhambat.
7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
8. Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.
Rentang Respon Marah :

Respon Respon
Adaptif Maladptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

5
Kegagalan yang dapat menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan
melarikan diri atau respon melawan dan menantang. Respon melawan dan
menantang merupakan respon maladaptif. Berikut perilaku yang menampakkan
mulai dari rentan yang rendah sampai tinggi :
1. Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa
lega.
2. Frustasi : merasa gagal mencapai suatu tujuan yang disebabkan karena adanya
tujuan yang tidak realistis.
3. Pasif : diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
sedang dialami.
4. Agresif : memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang
lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Pada
tahap ini umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai
orang lain.
5. Kekerasan : sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan
ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata
ancaman, melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat
adalah melukai atau merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan
diri.

2.3 Psikopatologi atau Psikodinamika


Stress, cemas, dan marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang
harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecamasan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat
menimbulkan Adanya ancaman
kemarahan yang/ mengarahStress
pada perilaku kekerasan. Respon
Cemas
kebutuhan
terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara
eksternal dapat barupa perilak kekerasan sedangkan secara internal dapat berupa
Tidak mampu Timbul kemarahan
mengungkapkan
perilaku depresi dan penyakit fisik.
2.3.1 Psikopatologi secara verbal

Merasa belum lega

Marah berkepanjangan

Marah pada diri sendiri,


orang lain, lingkungan
6

Depresi psikomatik agresif : mengamuk / melakukan kekerasan


2.3.2 Psikodinamika
1. Faktor predisposisi
Menurut (Stuart & Sundeen, 1995), faktor predisposisi yaitu berbagai
pengalaman yang dialami tiap orang yang artinya mungkin terjadi atau
tidak terjadi. Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan timbulnya
perilaku kekerasan :
a. Faktor psikologis, faktor ini mendukung bahwa kegagalan yang
pernah dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
menyebabkan agresif atau amuk. Masa anak-anak yang tidak
menyenangkan seperti perasaan ditolak, dihina, dianiaya, ataupun
penganiayaan juga dapat menyebabkan gangguan jiwa pada usia
dewasa.
b. Faktor biologis, faktor ini merupakan respon biologis yang timbul
karena kegiatan sistem syaraf otonom yang bereaksi terhadap sekresi
epineprin, sehingga tekanan darah meningkat, wajah merah, pupil
melebar, dan frekuensi urine meningkat. Terdapat gejala yang sama
dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan
otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan reflek
cepat. Hal ini terjadi karena energi yang dikeluarkan saat marah
bertambah.
c. Faktor sosial budaya, budaya tertutup dan/atau membalas secara diam
(pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku

7
kekerasan akan menciptakan seolah – olah perilaku kekerasan
diterima (permissive). Budaya atau kultural juga mempengaruhi
perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan
ekspresi agresif yang dapat diterima ataupun tidak dapat diterima,
sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah
dengan cara asertif.
d. Faktor perilaku, reinforcement yang diterima saat melakukan
kekerasan dan seringnya mengobservasi kekerasan di rumah atau di
luar rumah dapat menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan.
e. Faktor spiritual, kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi
ungkapan marah individu. Aspek tersebut mempengaruhi hubungan
individu dengan lingkungan. Individu yang percaya kepada Tuhan
Yang Maha Esa, selalu meminta kebutuhan dan bimbingan kepadanya.
2. Faktor presipitasi
Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila dirinya
merasa terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injuri secara psikisatau
lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang.
Ketika seseorang merasa terancam, mungkin orang tersebut tidak
menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya.
Ancaman dapat berupa internal (merasa gagal dalam bekerja, merasa
kehilangan seseorang yang dicintainya, dan ketakutan terhadap penyakit
yang diderita) maupun eksternal (serangan secara psikis, kehilangan
hubugan yang sangat bermakna, dan adanya kritikan dari orang lain).

2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan


2.4.1 Diagnosa Medis
F-20 Skizofrenia
F-10 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
Pohon masalah :
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Akibat)

Resiko perilaku kekerasan core problem


8
Gangguan konsep diri : HDR (etiologi)
Diagnosa (Carpenito, L.J. 2000) :
1. Resiko cidera : perilaku mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.
2. Perilaku kekerasan
3. Gangguan konsep diri : HDR

2.5 Penatalaksanaan (Terapi Medis dan Keperawatan)


2.5.1 Terapi Medis
Terapi medis ini diakukan dengan farmakoterapi, antara lain :
a. Obat anti psikosis, misal: phenotizin (CPZ/HLP)
b. Obat anti depresi, misal : amitriptyline
c. Obat anti ansietas, misal : diazepam, bromozepam, dan clobozam
d. Obat anti insomnia, misal :phneobarbital

2.5.2 Terapi Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Resiko Tujuan : Klien tidak 1. Bina hubungan saling percaya:
cidera : mencederai diri sendiri, salam terapeutik, empati, sebut
Perilaku orang lain, dan nama perawat dan jelaskan
mencederai lingkungannya. tujuan interaksi.
2. Beri kesempatan klien untuk
diri sendiri, Kriteria Hasil :
mengungkapkan perasaan.
orang lain, 1. Klien dapat membina
3. Bantu klien untuk
dan hubungan saling
mengungkapkan perasaan
lingkungan. percaya.
jengkel / kesal.
2. Klien dapat
4. Observasi tanda perilaku
mengidentifikasi
kekerasan.
penyebab perilaku 5. Diskusikan perasaan, tanda,
kekerasan. dan gejala yang dirasakan klien
3. Klien dapat
jika terjadi penyebab perilaku
mengidentifikasi tanda
kekerasan.

9
tanda perilaku 6. Diskusikan bersama klien
kekerasan. tentang perilaku kekerasan
4. Klien dapat
yang biasa dilakkan saat
mengendalikan perilaku
marah : terhadap orang lain,
kekerasan.
diri sendiri, dan lingkungan.
7. Diskusikan bersama klien cara
mengendalikan perilaku
kekerasan dengan : pukul kasur,
bantal, atau tarik nafas dalam.
8. Bantu klien untuk latihan
dalam mengendalikan perilaku
kekerasan.
2. Perilaku Tujuan : Klien dapat 1. Bina hubungan saling percaya.
2. Diskusikan dengan klien
kekerasan berhubungan dengan orang
mengenai kemampuan dan
lain secara optimal.
aspek positif yang dimiliki.
Kriteria Hasil :
3. Hindari memberi penilaian
1. Klien dapat membina
negatif.
hubungan saling 4. Bantu klien untuk merencankan
percaya dengan kegiatan yang disukai.
5. Beri kesempatan klien untuk
perawat.
2. Klien dapat mencoba kegiatan yang telah
mengidentifikasi direncanakan.
6. Beri pendidikan kesehatan pada
kemampuan dan aspek
keluarga tentang cara merawat
positif yang dimiliki.
3. Klien dapat menilai klien dengan harga diri rendah.
kemampuan yang dapat
digunakan.
4. Klien dapat
menetapkan /
merencanakan kegiatan
sesuai kemampuan yang
dimiliki.
3. Gangguan Tujuan : Pasien dapat 1. Bina hubungan saling percaya
konsep diri mengontrol perilaku dengan mengungkapkan prinsip
kekerasan pada saat komunikasi tcrapeutik.

10
berhubungan dengan orang 2. Sapa pasien dengan ramah laik
lain. verbal maupun non verbal.
3. Perkenalkan diri dengan sopan
Kriteria Hasil :
4. Tanyakan nama iengkap pasien
1. Ekspresi wajah
dan nama panggilan disukai
bersahabat ,
pasien.
menunjukkan rasa 5. Jelaskan tujuan pertemuan.
6. Jujur dan menepati janji.
senang, ada kontak
7. Tunjukkan sikap empati dan
mata, mau berjabat
menerima pasien apa adanya.
tangan, mau 8. Beri perhatian kepada pasien
menyebutkan nama, dan perhatikan kebutuhan dasar
mau menjawab salam, pasien .
klien mau duduk
berdampingan dengan
perawat, dan mau
mengutarakan masalah.

11
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang di
ekspresikan dengan melakukan ancaman mencederai orang lain, dan atau
merusak lingkungan. Respon tersebut biasanya muncul akibat adanya
stressor.Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang
lain, maupun lingkungan.Melihat dampak dari kerugian yang di timbulkan, maka
penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu di lakukan secara cepat dan
tepat oleh tenaga-tenaga professional.
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang dimana
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya
sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak
terkontrol. Dengan tanda dan gejala meliputi : Muka merah dan tegang,
pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat, menegepalkan tangan , jalan
mondar-mandir, bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau berteriak, mengancam
secara verbal atau fisik, melempar atau memukul benda/ orang lain, merusak
barang atau benda, tidak memiliki kemampuan mencegah/ mengendalikan
perilaku kekerasan.

12
3.2 Saran
Diharapkan perawat dapat mengkaji dan membantu klien dengan resiko
perilaku kekerasan untuk tidak bertindak kekerasan yang dapat berisiko
menciderai diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Selain itu, diharapkan
para perawat lebih mendalami mengenai pengkajian dan diagnosa keperawatan
jiwa khususnya klien denga risiko perilaku kekerasan. Hindarkan klien dari
faktor predisposisi maupun presipitasi yang bisa menyebabkan perilaku
kekerasan. Beritahu keluarga untuk membantu klien selama masa penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Keliat ,Budi Ana. 2012. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Ana. Dkk. 2012. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa.
Jakarta : EGC
Stuart GW, Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Wati, F. K. 2010. Buku ajar keperawatan jiwa. jakarta: Salemba Medika.

Yosep, Iyus. 2007. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Edisi I. Bandung : Refika
Aditama

13
14

Anda mungkin juga menyukai