Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum Puskesmas Kecamatan Jawilan merupakan satuan
organisasi yang memberikan kewenangan kemandirian oleh dinas
kesehatan untuk melaksanakan satuan tugas operasional pembangunan
di wilayah kerja. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
pada Pasal 4 disebutkan bahwasanya puskesmas mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat.
Adapun fungsi puskesmas sebagaimana tertuang pada Pasal 5
Permenkes RI No 75/2014 meliputi:
1. Penyelenggaraan UKM (upaya kesehatan masyarakat) tingkat
pertama di wilayah kerjanya
2. Penyelenggaraan UKP (upaya kesehatan perorangan) tingkat pertama
di wilayah kerjanya
Selain dua fungsi yang terdapat pada pasal 5, selanjutnya pasal 8
menyebutkan bahwa puskesmas juga dapat berfungsi sebagai wahana
pendidikan tenaga kesehatan.
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan
nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan, Untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan berbagai upaya
kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama di Puskesmas Jawilan meliputi:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat

1
B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan klinis bertujuan untuk menjadi acuan bagi
seluruh aktifitas pelayanan klinis yang dilaksanakan di Puskesmas
Jawilan, sehingga pada akhirnya pelayanan klinis dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan yang pada akhirnya dapat mendukung pencapaian
standar pelayanan minimal (SPM).

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan klinis di Puskesmas Jawilan meliputi:
1. Pendaftaran pasien
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi
kesehatan, pasien terlebih dahulu mendaftarkan diri di bagian
pendafaran untuk dicatatkan data sosialnya dan dibuatkan rekam
mediknya. Selanjutnya pasien akan diarahkan ke poli yang dituju.
2. Pemeriksaan pasien
Pemeriksaan pasien dilakukan di poliklinik sesuai dengan keluhan
dan kondisi pasien. Pemeriksaan dilakukan di BP umum, BP gigi,
KIA atau ruang tindakan terbatas
3. Pemeriksaan penunjang
Apabila dianggap perlu maka dokter yang memeriksa kondisi
pasien dapat merujuk pasien ke unit penunjang (laboratorium)
untuk mendapatkan pemeriksaan penunjang yang sesuai demi
mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai kondisi pasien.
4. Pelayanan kefarmasian
Apabila pasien sudah selesai diperiksa dan membutuhkan obat,
maka pasien akan diberi resep yang akan dibawa ke bagian
farmasi untuk mendapatkan obat sesuai dengan yang tertera dalam
resep
5. Konsultasi pasien
Pasien yang membutuhkan penjelasan mengenai kondisi
kesehatan yang lebih rinci akan dirujuk ke unit terkait, misalnya
konsultasi Gizi, konsultasi Psikologi ataupun konsultasi sanitasi.

2
D. Batasan Operasional
1. Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien
untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan
pelayanan kesehatan lainnya tanpa mengharuskan rawat inap.
2. Pelayanan gawat darurat dan rawat inap adalah pelayanan
kesehatan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah
terjadinya kematian, keparahan dan kecacatan sesuai dengan
kemampuan puskesmas.
3. pasien rawat jalan
Pasien puskesmas yang setelah mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kondisinya dapat pulang ke rumah.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan dokter untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan
ketepatan terapi terhadap pasien.
5. Konsultasi
Upaya memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien
mengenai hal hal yang harus diketahui berhubungan dengan
kondisi kesehatannya.

E. Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Peraturan menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyaraka
4.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan klinis


Berikut ini tenaga kesehatan pada pelayanan klinis yang ada di
Puskesmas Jawilan:

3
Pelayanan Profesi Petugas
Nama petugas
Dokter umum

Pengobatan umum Perawat


Dokter gigi

Perawat gigi
Pengobatan gigi

Kesehatan Ibu dan Bidan


Anak
Gizi Klinis Ahli Gizi
Laboratorium Analis lab
Kefarmasian Asisten
apoteker
Mtbs

Unit Gawat Darurat


Rawat Inap
Ruang Bersalin

B. Distribusi Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan


Puskesmas Jawilan memiliki satu puskesmas pembantu, sehingga
pelayanan dalam gedung bisa dilakukan di Puskesmas pembantu.
Sedangkan kegiatan luar gedung yang dijadwalkan secara rutin
adalah kegiatan puskesmas keliling dan kegiatan puskesmas
pembantu posyanadu, promkes, kesling, poswindu dll.

 setiap hari dokter bertugas di poli umum, mtbs, poli gigi, atau unit
gawat darurat. setiap dokter masing-masing menempati ruangan
tersendiri. Bila ada pertemuan yang menyangkut upaya klinis

4
yang menjadi tugas keseharian dokter atau yang berkaitan
dengan tugas integrasinya, maka akan didisposisi untuk
melakukan pertemuan, sehingga pelayanan yang lain nya akan
digantikan dokter yang ada.

 Dokter gigi setiap hari bertugas di BP Gigi atau poli gigi.


 Bidan setiap hari melakukan pelayanan diruangan KIA atau
ruang bersalin Masing-masing bidan mempunyai spesifikasi
ketugasan yang berbeda, misalnya sebagai koordinator KIA,
penanggung jawab kesehatan anak atau penanggung jawab
pelayanan KB (Keluarga Berencana). Jika ada undangan
pertemuan untuk bidan maka yang ditugasi adalah disesuaikan
dengan ketugasannya, sedangkan untuk kegiatan puskesmas
keliling dilakukan penjadwalan sesuai anggota tim. Untuk
melakukan kegiatan luar gedung, misalnya kunjungan ibu hamil
risiko tinggi, maka bidan akan menyesuaikan dengan kondisi
pelayanan yang ada di puskesmas.
 Perawat setiap hari melakukan ketugasan sesuai jadwal yang
dibuat oleh perawat supervisor. Ada tiga jenis pelayanan dalam
gedung yang dilakukan perawat yaitu di poli umum, klinik
keperawatan dan ruang tindakan. Jumlah perawat ada 8
(delapan). Setiap perawat mempunyai tugas integrasi atau tugas
lain yang diberikan kepala puskesmas, misalnya penanggung
jawab TB, penanggung jawab UDG dll. Sehingga jika ada
undangan yang menyangkut ketugasanya perawat yang
bersangkutan akan didisposisi mengikuti kegiatan tersebut.
Untuk kegiatan puskesmas keliling, jadwal perawat sesuai
dengan angggota tim.
 Perawat gigi setiap hari bertugas di poli gigi bersama dokter gigi.
Jumlah perawat gigi ada (satu) yang memiliki tugas integrasi,
seperti penanggung jawab UKS

5
 Nutrisionis setiap hari bertugas di poli gizi. Jumlah nutrisionis ada
1 (satu) dengan spesifikasi gizi klinik dan gizi masyarakat.

 Analis laboratorium setiap hari bertugas di ruang laboratorium.


Jumlah analis ada 1 (satu) memiliki tugas integrasi.
 Apoteker (Apt) dan Asisten apoteker (AA) setiap hari bertugas di
pelayanan farmasi. Jumlah Apoteker ada 1 (satu) dan asisten
apoteker 1 (satu) yang setiap hari memiliki tugas masing -
masing

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan pasien pada umumnya berlokasi di lantai satu
gedung puskesmas (lantai bawah) sehingga memudahkan bagi pasien
untuk mengakses. Poli umum (BP umum) merupakan ruangan dengan 1
ruang pemeriksaan dokter, termasuk didalamnya terdapat bed/tempat
tidur pasien. Ruangan ini ber-AC. Di bagian depan ruangan ini/di sisi pintu
masuk terdapat meja dan kursi tunggu pasien pemeriksaan awal
dilakukan oleh perawat.

Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi


petugas. Selain itu ruangan ini memiliki seperangkat komputer sebagai
bagian dari sistem informasi puskesmas yang terhubung dengan server
untuk memasukkan data pasien pada sistem informasi puskesmas,
sedangkan ruang tindakan bersebelahan dengan ruang BP Umum.

6
Ruang KIA terhubung langsung dengan ruang KB/Imunisasi, sisi
depan ruang KIA adalah ruang laktasi. Ketiganya saling terkait, sehingga
memudahkan pemberian pelayanan KIA, seperti pemeriksaan ibu hamil,
pelayanan KB, pemeriksaan calon pengantin serta pemberian imunisasi
pada balita. Ruangan KIA juga ber-AC, dilengkapi dengan meja
administrasi, bed pemeriksaan, bed ginekologi, wastafel, lemari peralatan
dan perangkat komputer pendukung sistem informasi puskesmas.
Ruang pelayanan Gigi terdiri dari 2 ruang pemeriksaan oleh 2
dokter gigi dan 2 perawat gigi. Ruangan ini ber-AC, dilengkapi peralatan
yang sudah memadai seperti dua dental unit, almari alat dan meja
administrasi.
Ruang Konsultasi Gizi memiliki ruang tersendiri sehingga
memberikan privasi kepada pasien untuk dapat berkonsultasi kepada
petugas dengan nyaman. Selain itu petugas juga lebih mudah dan
nyaman ketika menyusun program maupun menyusun laporan karena
memiliki ruangan tersendiri yang akan menunjang kinerjanya. Ruang ini
terdiri dari meja kerja untuk konsultasi, timbangan dan seperangkat alat
bantu peraga seperti food models.
Ruang laboratorium terdiri dari 1 ruangan, ber-AC. Dilengkapi
dengan meja kerja, almari, wastafel dan beberapa peralatan pemeriksaan
laboratorium.
Ruang farmasi terdiri dari 2 ruangan, yaitu ruang untuk pelayanan
obat dan ruang tempat penyimpanan obat. Ruang pelayanan obat terletak
di lantai 1, dilengkapi dengan almari obat, meja peracikan obat dan almari
es, sedangkan ruang penyimpanan obat terletak dilantai 2, dilengkapi
dengan AC dan rak-rak penyimpanan obat.

2. Peralatan
Ruang Alat

7
BP Umum  tensimeter
 stetoskop
 termometer
 hammer
 senter
 diagnostik set
 timbangan
 pengukur tinggi badan
 pita pengukur
BP Gigi  tensimeter
 stetoskop
 tang rahang dewasa
 tang rahang anak
 bor gigi
 scaling set
 spuit
Ruang KIA  tensimeter
 stetoskop
 stetoskop laennec
 termometer
 doppler
 KB set
 Partus set
 Kulkas vaksin
 Spuit
 Pita pengukur
Ruang laboratorium  Centrifuge darah
 Centrifuge urine
 Box fiksasi
 Lampu spiritus
 Objek glass
 Deck galass
 Tabung
 Mikroskop
 Spuit

Ruang farmasi
 Timbangan obat
 Blender
 Laminator
 Kalkulator
 Plastik obat
 Mesin puyer

8
 Kertas puyer
 Label obat
 Sendok obat
Pendaftaran  alat tulis
 buku register
 rak status
 komputer
 nomor antrian

9
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. BP Umum
A. Petugas Penanggung jawab
 Dokter
B. Perangkat Kerja
 Tensimeter
 Stetoskop
 Termometer
C. Tatalaksana
 Petugas melakukan pemanggilan pasien.
 Petugas melakukan anamnese untuk mengetahui keluhan
dan kondisi pasien lebih lanjut dan memeriksa tanda vital
pasien, kemudian mencatatkannya di rekam medis. Pasien
dipersilakan menuju meja dokter.
 Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Bila dokter merasa pasien
perlu mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut, maka dokter
akan membuat surat rujukan baik internal atau eksternal dan
memberikannya kepada pasien. Bila tidak, maka pasien
mendapatkan resep sesuai kondisi penyakitnya.

B. BP Gigi
A. Petugas Penanggung jawab
 Dokter gigi
 Perawat gigi
B. Perangkat kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Kursi gigi set
C. Tatalaksana
 Petugas menekan tombol panggilan poli
 Petugas melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital
pasien dan mencatatkannya di rekam medis. Pasien disiapkan di
kursi gigi untuk diperiksa dokter.

10
 Dokter memeriksa kondisi kesehatan mulut pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Bila pasien memerlukan
tindakan perawatan gigi, maka dokter gigi akan melakukan
tindakan. Bila tidak dan pasien membutuhan obat, maka dokter
akan menuliskan resep untuk pengambilan obat di farmasi.

D. KIA
A. Petugas Penanggung jawab
 Bidan
B. Perangkat Kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Doppler
 Spuit
C. Tatalaksana
 Petugas menekan tombol panggilan poli
 Petugas akan melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda
vital serta mencatatakannya di rekam medis.
 Pasien ibu hamil yang akan memeriksakan kehamilannya akan
dipersilakan naik ke bed periksa untuk dilakukan pemeriksaan
kondisi kehamilannya. Hasil pemeriksaan akan dicatat di rekam
medis.
 Bila memerlukan pemeriksaan penunjang yang lain, ibu hamil
akan dirujuk internal. Bila memerlukan imunisasi akan diberi
immunisasi.
 Bila sudah selesai ibu hamil diberi resep untuk pengambilan
vitamin atau obat lainnya.
 Pasien bayi yang akan immunisasi akan diperiksa dulu apakah
cukup sehat untuk mendapatkan immunisasi hari ini.
 Bila kondisi bayi sehat, maka bayi akan diberi jenis immunisasi
sesuai jadwalnya. Untuk jenis immunisasi yang dapat
menimbulkan demam, kepada orang tua bayi akan deberi resep
pengambilan obat penurun panas.
 Pasien peserta KB akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi,
kemudian akan diberikan pelayanan KB sesuai keinginan pasien.

11
 Pasien calon pengantin akan dilakukan pemeriksaan dan
konsultasi. Bila memerlukan immunisasi, maka calon pengantin
akan diberi immunisasi.

D. Laboratorium

1. Petugas Penanggung jawab


 Analis laboratorium
2. Perangkat Kerja
 Alat pelindung Diri
 Microscope
 Centrifuge
 Accucheck
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urutnya
dan menerima surat permintaan laboratorium yang dibawa
dari perujuk.
 Petugas menyiapkan peralatan dan bahan reagen yang
sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.
 Petugas menerima spesimen yang akan diperiksa, atau
petugas sendiri yang melakukan pengambilan spesimen dari
pasien.
 Petugas mempersilakan pasien menunggu diluar sementara
petugas melakukan pemeriksaan terhadap spesimen.
 Bila hasil pemeriksaan sudah keluar, petugas memanggil
pasien dan menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium
untuk diserahkan ke unit perujuk.

E. Farmasi
A. Petugas Penanggung jawab
 Apoteker
 Asisten Apoteker
B. Perangkat Kerja
 Alat tulis
 Blender obat
 Kertas pembungkus obat
 Plastik pembungkus obat

12
C. Tatalaksana
 Pasien meletakkan lembar resep di kerangjang yang telah
disediakan dan menunggu obat disiapkan.
 Petugas mengambil lembar resep dan membacanya untuk
memastikan resep dapat dibaca dengan jelas dan obat-obat
yang tertulis di dalam lembar resep tersedia.
 Apabila ada keraguan atau kekurangjelasan, maka petugas
akan menanyakan kepada petugas yang menulis resep.
 Petugas kemudian menyiapkan obat yang tertera di resep
dan memasukkannya ke dalam bungkus plastik, menuliskan
informasi penggunaan obat di bungkusnya dan kemudian
menyerahkannya kepada pasien.
 Sambil menyerahkan obat, petugas juga menyampaikan
informasi yang perlu diketahui pasien atau keluarganya
sehubungan dengan penggunaan obat.

13
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu,


maka perlu didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal,
melalui perencanaan yang baik dan berdasarkan kebutuhan masyarakat
dan usulan pemegang program yang sudah berdasarkan hasil pemetaan
masalah. Ketersediaan logistik harus dijamin kecukupannya dan
pemeliharaan yang sudah dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan alat
dan bahan dalam pelaksanaan upaya klinis Puskesmas diselenggarakan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

14
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1. IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama
pasien dan tanggal lahir pasien, tidak termasuk nomor dan lokasi
kamar.
b. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan pemberian obat, tranfusi
darah atau produk lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain
untuk keperluan pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur
lainnya.

Prosedur dalam Identifikasi Pasien


Ada 2 identitas yaitu menggunakan NAMA dan TANGGAL
LAHIR yang disesuaikan dengan tanda pengenal resmi. Pengecualian
prosedur identifikasi dapat dilakukan pada kondisi kegawatdaruratan
pasien di UGD.
Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas adalah:

15
 Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir
sebelum melakukan prosedur, dengan pertanyaan terbuka, contoh :”
Nama bapak siapa?” “Tolong sebutkan tanggal lahir Bapak”.
 Bila pasien tidak dapat menyebutkan nama, identitas pasien dapat
ditanyakan kepada penunggu/ pengantar pasien.

2. MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF


Cara komunikasi yang efektif di puskesmas:
a. Menggunakan teknik SBAR (Situation – Background – Assessment –
Recomendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi antar pemberi layanan.
 Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
 Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan
kondisi pasien terkini.
 Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
 Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah pasien saat ini.

b. Komunikasi Verbal (Write down/tulis, Read back/baca kembali


 Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh
penerima instruksi/ laporan.
 Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan
kembali oleh penerima instruksi/ laporan.
 Instruksi/ laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasikan oleh
individu pemberi instruksi/ laporan.
 Untuk istilah yang sulit atau obat – obatan kategori LASA (Look Alike
Sound Alike) diminta penerima pesan mengeja kata tersebut perhurup
misalnya : UBRETID
S Situasi
Saya menelepon tentang (nama pasien,

16
umur, dan lokasi)………….
Masalah yang ingin disampaikan…..
Tanda- tanda vital :
B Background/ latar belakang
Status mental pasien :
Kulit:…
Alat Bantu…
A Assesment/ Penilaian
Sampaikan masalah yang sedang terjadi dan
katakan penilaian anda.
R Rekomendasi
Apakah (katakan apa yang ingin disarankan)
Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan?
Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan…

3. MENINGKATKAN KESELAMATAN PENGGUNAAN OBAT YANG


PERLU DIWASPADAI (HIGH ALERT)
Obat- obatan yang perlu diwaspadai adalah :
1. Elektrolit pekat : KCl, MgSO4, Natrium Bikarbonat, NaCl 0,3%
2. NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) / LASA (Look Alike Sound
Alike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip.
Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai:
 Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi
penandaan yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan
“High Alert”
 NaCl 0,3% dan KCl tidak boleh disimpan di ruang perawatan
kecuali diUnit Perawatan Intensif (ICU).
 Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus
memastikan bahwa elektrolit pekat disimpan di lokasi dengan akses
terbatas bagi petugas yang diberi wewenang.

17
 Obat diberi penandaan yang jelas berupa stiker berwarna merah
bertuliskan “High Alert” dan khusus untuk elektrolit pekat, harus
ditempelkan stiker yang dituliskan “Elektrolit pekat, harus
diencerkan sebelum diberikan”
 Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA.
 Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat
pasien tanpa pengawasan.
 Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat
menerima / memberi instruksi
Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi:
a. Elektrolit Pekat
- KCL 7,46%
- Meylon 8,4%
- MgSO4 20%
- NaCl 3 %
b. Golongan Opioid
- Fentanil
- Kodein HCL
- Morfin HCl
- Morfin Sulfat
- Petidin HCl
- Sufentanil
c. Antikoagulan
- Heparin Natrium
- Enoksaparin Natrium
d. Trombolitik
- Streptokinase

18
e. Antiaritmia
- Lidokain
- Amiodaron
f. Insulin
g. Obat Hipoglikemia Oral
h. Obat Agonis Adrenergik
- Efinefrin
- Norefineprin
i. Anestetik Umum
- Propofol
- Ketamin
j. Kemoterapi
k. Obat Kontras
l. Pelemas Otot
- Suksinilkolin
- Rokuronium
- Vekuronium
m. Larutan Kardioplegia
n. Sound Alike Look Alike Drugs

4. KEPASTIAN KETEPATAN: TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR,


TEPAT PASIEN OPERASI
Indikator Keselamatan Operasi:
a. menggunakan tanda yang mudah di kenali untuk identifikasi lokasi
operasi dan mengikutsertakan pasien dalam proses penandaan.
b. Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yg
tepat, dan pasien yang tepat sebelum operasi, serta seluruh peralatan
yang dibutuhkan tersedia benar dan berfungsi.

19
c. Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time
out sesaat sebelum prosedur tim out sesaat sebelum prosedur operasi
dimulai.

Prosedur penandaan lokasi yang akan dioperasI :


a. Orang yang bertanggung jawab untuk membuat tanda pada pasien
adalah Operator/orang yang akan melakukan tindakan.
b. Operator yang membuat tanda itu harus hadir pada operasi tersebut.

c. Penandaan titik yang akan dioperasi adalah sebelum pasien


dipindahkan ke ruang di mana operasi akan dilakukan. Pasien ikut
dilibatkan, terjaga dan sadar; sebaiknya dilakukan sebelum
pemberian obat pre-medikasi.
d. Tanda berupa “X” dititik yang akan dioperasi.
e. Tanda itu harus dibuat dengan pena atau spidol permanen berwarna
hitam dan jika memungkinkan, harus terlihat sampai pasien disiapkan
dan diselimuti.
f. Lokasi untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan, tusukan
perkutan, atau penyisipan instrumen harus ditandai.
g. Semua penandaan harus dilakukan bersamaan saat pengecekkan
hasil pencitraan pasien diagnosis misalnya sinar-X, scan, pencitraan
elektronik atau hasil test lainnya dan pastikan dengan catatan medis
pasien dan gelang identitas pasien.
h. Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi (laterality),
struktur multipel (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multiple level (tulang
belakang).

Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan:


 Kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi caesar)
 Kasus intervensi seperti kateter jantung
 Kasus yang melibatkan gigi

20
 Prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana penandaan akan
menyebabkan tato permanen

Dalam kasus-kasus di mana tidak dilakukan penandaan, alasan harus


dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan. Untuk pasien dengan
warna kulit gelap, boleh digunakan warna selain hitam atau biru gelap
(biru tua) agar penandaan jelas terlihat, misalnya warna merah.
Check list keselamatan pasien operasi
Proses check list ini merupakan standar operasi yang meliputi
pembacaan dan pengisian formulir sign in yang dilakukan sebelum pasien
dianestesi di holding area, time out yang dilakukan di ruang
operasi sesaat sebelum incise pasien operasi dan sign out setelah operasi
selesai (dapat dilakukan di recovery room). Proses sign in, time out dan
sign out ini dipandu oleh perawat sirkuler dan diikuti oleh operator, dokter
anestesi, perawat.

5. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN


KESEHATAN
Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan
tangan pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Ada 2 cara cuci tangan yaitu :

21
1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik

Alat Pelindung Diri


Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan
tubuh, ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker,
tutup kepala, kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.

6. PENGURANGAN RISIKO CEDERA AKIBAT PASIEN JATUH


Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai rIsiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan
lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat rIsiko
jatuh pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga
lainnya.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

22
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
oleh masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja
di puskesmas semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM)
puskesmas, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar
puskesmas ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan
dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian
pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di
puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan
yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
khususnya pasal 165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala
bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”. Berdasarkan pasal di atas
maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai kewajiban untuk
menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya
kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas harus
menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia
layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi
bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di puskesmas merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam
hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien,
pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekita.

Tujuan umum

23
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
puskesmas, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan
puskesmas berjalan baik dan lancar.

2. Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat
Kerja) dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.

Alat Keselamatan Kerja


1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. Jas
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya
untuk memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
b. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja
c. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam
kebakaran, eye shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang
lainnya.
d. Buanglah sampah pada tempatnya.
e. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
f. Dilarang merokok

24
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan


suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada
pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan klinis diperlukan agar
produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga memuaskan
masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah
pelaksanaan langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali
agar semuanya berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu
produk yang direncanakan dapat tercapai dan terjamin. Dalam pengertian
Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu dilakukan dengan
orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan kesehatan
keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan
pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.

25
BAB IX
PENUTUP

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya


pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas
kesehatan kabupaten/ kota. Sedangkan Puskesmas bertanggungjawab
hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan
kemampuannya. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan
oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan

26
kesehatan nasional. Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja Puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

27

Anda mungkin juga menyukai