PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terpenting yang dapat dihambat pada bahan nabati antara lain respirasi,
respirasi yang tinggi biasanya disertai oleh umur simpan yang pendek. Hal
itu juga merupakan petunjuk laju kemunduran mutu dan nilainya sebagai
Akibat kegiatan itu, komposisi maupun mutu sayur dan buah selalu
ikan yang telah kita temukan di Indonesia ini. Ikan sangat penting untuk
burn merupakan perubahan warna, tekstur, dan citarasa serta nilai yang
kepada ikan. Hal ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar ikan
(perishable food). Pembusukan disebabkan oleh enzim, baik dari ikan itu
sendiri maupun mikroba dan proses ketengikan (rancidity). Kadar air ikan
B. Tujuan
terhadap kualitas produk hasil pertanian (hewan dan nabati) yang meliputi warna,
Selama pembekuan terjadi pelepasan energy (panas sensible dan panas laten).
demikian produk beku dapat memiliki daya awet yang lama (Kusnandar, 2010).
bekunya, dan sebagian dari air berubah wujud dari fase cair ke fase padat dan
membentuk kristal es. Adanya kristalisasi air ini menyebabkan mobilitas air terba-
tas sehingga aktivitas air pun menurun. Penurunan aktivitas air ini berpengaruh
bahan dan produk olahan yang mudah rusak (biasanya memiliki kadar air atau
aktivitas air yang tinggi) seperti buah, sayur, ikan, daging dan unggas. Pada suhu
beku, sebagian besar air yang ada di dalam bahan pangan (90%-95%) membeku.
(Kusnandar, 2010).
Proses pendinginan dan pembekuan tidak mampu membunuh semua
mikroba, sehingga pada saat dicairkan kembali (thawing), sel mikroba yang tahan
terhadap suhu rendah akan mulai aktif kembali dan dapat menimbulkan masalah
bagian yang lebih dalam, proses pembekuan berlangsung lebih lambat. Pada awal
proses pembekuan terjadi fase precooling dimana suhu bahan diturunkan dari
awal ke suhu titik beku. Pada tahap ini semua kandungan air bahan berada dalam
keadaan cair. Setelah tahap precooling terjadi tahap perubahan fase, pada tahap ini
terjadi pemebentukan kristal es. (Rohanah, 2012). laju pembekuan ada dalam 3
golongan yaitu ;
2) Pembekuan sedang, jika waktu pembekuan adalah 20-30 menit atau lebih
Prinsip dasar dari semua proses pembekuan cepat adalah cepatnya pengambilan
Apel
Buah apel mempunyai bermacammacam varietas dan memiliki ciri-ciri
Anna, Princess Noble, dan Wangli/Lali Jiwo. Pada beberapa varietas apel, aroma
terasa sangat tajam. Citarasa, aroma, maupun tekstur apel sebenarnya dihasilkan
dari kurang lebih 230 komponen kimia, termasuk pula beragam asam seperti asam
asetat, format serta 20 jenis asam lain. Selain itu, ada kandungan alkohol berkisar
30 – 40 jenis, ester seperti etil asetat sekitar 100 jenis, karbonil seperti
(metabolisme) yang menghasilkan suatu zat atau produk akhir yang dapat
Kentang
Pada sayuran paling baik dimakan segera sesudah dipanen. Hal ini
Umumnya sayuran seperti kentang dapat disimpan pada suhu ruang dalam jangka
waktu yang relative lama tanpa terjadi penurunan mutu yang serius (Setiadi dan
Surya, 2000).
rendah (4,4 oC) atau lebih rendah menyebabkan terjadinya akumulasi gula sebab
mengarah ke akumulasi pati, tetapi di bawah suhu kritis (10oC untuk kentang dan
15oC untuk ubi jalar) maka konversi gula menjadi pati menurun, sehingga gula
berkumpul di jaringan. Oleh karena itu penyimpanan kentang pada suhu > 10oC
Ikan
asam amino esensial yang lengkap, dan lemak yang tersusun sebagian besar oleh
asam lemak tak jenuh (omega-3, omega-6 dan omega-9) yang berkhasiat terhadap
untuk pertumbuhan dan pengganti sel-sel tubuh kita yang telah rusak, dan juga
termasuk bagian utama dari susunan (komposisi) tubuh kita. Selain mengandung
protein, beberapa jenis ikan juga mengandung minyak ikan (vitamin A) dan
mineral-mineral yang berfaedah bagi manusia. Bagian tubuh ikan yang tidak
dimakan oleh manusia biasa juga dimanfaatkan sebagai makanan ternak ataupun
suhu selalu rendah mendekati 0o C dan dijaga pula jangan sampai suhu naik akibat
terkena sinar matahari atau kekurangan es. Penanganan ikan harus dilakukan
bahan dan media pendinginan yang sangat cepat dalam menurunkan suhu ikan
pada pusat thermal ikan. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat kesegaran ikan. Tingkat kesegaran ikan akan semakin cepat menurun atau
ikan akan mudah menjadi busuk pada suhu tinggi dan sebaliknya pembusukan
Ikan sebagian besar terdiri dari air yaitu sekitar 80%. Selama proses
pembekuan bagian terbesar (air) itu berubah dari fase cair menjadi fase padat atau
es. Proses pembekuan berarti pengenyahan panas dari ikan agar suhu ikan
menurun melalui 00C dan terus menurun melalui -200C, -300C dan boleh sampai
mengandung air sekitar 60%-80% yang terdiri atas cairan yang terdapat di dalam
sel, jaringan, dan ruangan-ruangan antar sel. Cairan itu berupa larutan koloid
encer yang mengandung berbagai macam garam (terutama kalium fosfat dasar)
dan protein. Sebagian besar dari cairan itu (±67%) berupa free water dan
selebihnya (±5%) berupa bound water. Bound watermerupaka air yang terikat kuat
secara kimia dengan substansi lain dari tubuh ikan. Ikan mulai membeku pada
suhu antara -0,60C sampai -20C, atau rata-rata pada -10C. Yang mula-mula
membeku adalah free water, disusul oleh bound water. Pembekuan dimulai dari
bagian luar dan bagian tengah membeku paling akhir. Tapi sangat sulit sekali
membekukan keseluruhan cairan yang terdapat pada ikan, karena air terikat
(bound water) sangat sulit dibekukan dan memiliki titik beku yang sangat rendah,
serta sulit tercapai dalam kondisi komersial. Pada umumnya, jika pembekuan
gatal, ruam kulit, mata bengkak, bahkan beberapa orang sampai ada yang pingsan.
Namun efek ini tergantung dari daya tahan tubuh individu yang
dengan cara memilih dan mengonsumsi ikan yang masih segar. Sepanjang ikan
yang kita konsumsi masih dalam keadaan segar dan bermutu baik, dijamin
keracunan histamin tidak akan terjadi. Karena itu, para penggemar masakan ikan
titik beku daging (< -1,5 oC). Pembekuan bertujuan untuk memperpanjang masa
daging minimum sampai -12 oC. Saat ini pembekuan daging sapi diperoleh
dengan membekukan daging pada suhu udara -25 oC sampai -45 oC dengan
kecepatan udara antara 2 sampai 9 meter per detik. Sebelumnya daging tersebut
harus didinginkan hingga suhu bagian dalam daging mencapai +10 oC. Sedangkan
ruang < -18 oC dengan kecepatan udara > 1 cm per jam (Hari, 2003)
(Pestariati, 2003)
kemudian membekukan karkas tersebut dengan suhu ruang -25 sampai -30 oC
dengan kecepatan udara 2 – 3 m/detik selama 24 jam. Setelah itu, karkas disimpan
berlangsung. Jika daging belum mengalami rigor mortis dan sudah dibekukan,
maka rigor mortis akan terjadi pada saat daging tersebut dicairkan (thawed).
Proses tersebut dikenal dengan thaw rigor. Daging yang mengalami thaw
rigor akan kehilangan cairan daging (jus daging) yang relatif banyak dan relatif
keras (liat atau alot). Agar daging/karkas dapat relatif segera dibekukan setelah
- Timbangan
- Streofoam
- Wrap plastik
- Pisau
- Talenan
- Panci pengukus
- freezer
- Kentang
- Apel
- Ikan
- Daging sapi
Diberi perlakuan pada setiap bahan yaitu 8 perlakuan yakni tanpa steam
blanching dikemas dan disimpan dalam frzer serta ada yang disimpan pada suhu
ruang, tanpa steam blanching tanpa dikemas dan ada yang disimpan dalam frezeer
dan ada yang disimpan pada suhu ruang, dengan steam blanching suhu 80ºC
selama 5 menit dikemas dan ada yang disimpan di dalam freezer dan ada yang
disimpan padasuhu ruang. Dengan steam blanching 5 menit tanpa dikemas
keudian disimpan pada suhu ruang dan frezeer
Daging dan ikan dibersihkan kemudian dipotong menjadi beberapa bagian lalu di
timbang dan dicatat beratnya
Bahan kemudian dikemas dengan plastik atau dengan wrap plastik dan beberapa
bahan dibiarkan tanpa dikemas
Bahan emudian di simpan padasuhu ruang dan sebagian lagi pda freezer
Dilakukan pengamatanpada minggu ke-0, 1, dan 2 untuk daging dan untuk ikan
yang disimpan di dalam freezer, sementara untukdaging dan ikan yang disimpan
padasuhu ruang dilakukan pengamatan pada hari ke -0, 1 dan 2 terhadap wara
susut bobot, aroma, tekstur
Pada saat aka menimbang bahan pada minggu ke 1 dan 2 pada bahan yang
disimpan di dalam freezerterlebih dahulu dilakukan thawing
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
yang dihasilkan.
terdapat pada bahan seperti daging dan ikan serta kerja enzim dalam bahan
berlangsung bahkan setelah panen bahan segar (buah dan sayur). Respirasi
suhu yang lebih rendah ini menjadi dasar dari proses pengolahan dengan
suhu rendah, yaitu pendinginan ataupun pembekuan, dalam pengawetan
kentang, daging, dan ikan. Untuk apel dan kentang ada yang diblanching
dan ada yang tidak diblanching, perlakuannya pun ada yang disuhu ruang
tanpa ataupun dengan pengemas, dan ada juga difreezer yang dikemas dan
suhu rendah dibawah titik beku, sehingga bahan yang disimpan berada
dalam kondisi beku. Pembekuan yang baik dapat dilakukan pada suhu
sekitar -17°C atau lebih rendah lagi. Dengan kata lain, pembekuan adalah
proses penurunan suhu bahan pangan sampai bahan membeku, yaitu jika
suhu pada bagian dalam bahan paling tinggi sekitar -18°C, meskipun
umumnya produk beku memiliki suhu yang lebih rendah dari ini.
sampai -24°C. Dalam kondisi suhu tersebut, bahan pangan menjadi awet
karena mikroba tidak dapat tumbuh dan enzim menjadi tidak aktif. Dengan
tahan disimpan antara 12-18 bulan, sementara ikan dapat disimpan selama
semakin lambat. Jika air dalam makanan telah sempurna membeku maka
mikroba tidak akan berkembang biak, tetapi pada beberapa bahan pangan
garam atau zat-zat lain yang menurunkan titik bekunya. Kerusakan bahan
jenis mikroba, sehingga pada saat dicairkan kembali (thawing) sel mikroba
yang tahan terhadap suhu rendah akan mulai aktif kembali dan dapat
(M.Amin, 2009).
didapatkan hasil sebagai berikut, yaitu pada bahan apel yang diblanching
kemasan ataupun tanpa kemas suhu ruang dan freezer pada hari pertama
perlakuan berwarna kuning pada awal, kecuali kentang blanching dan non
Kondisi ketiga, pada apel yang diblanching tanpa kemas disuhu ruang
terjadi perubahan warna yang cukup signifikan akibat dari adanya kerja
adanya karetenoit dan xantifil yang semula tertutup menjadi terbuka akibat
dari efek suhu pembekuan dan kristal es. Pori-pori buah yang disimpan
pada suhu rendah menjadi lebih terbuka akibat membekunya air dalam
dilakukan kontrol yang tepat terhadap waktu dan suhu yang digunakan
untuk blanching, karena waktu dan suhu yang tidak tepat dapat
bahan pangan hewani, yaitu daging dan ikan. Akan tetapi dari hasil yang
merah menjadi cokelat tua, ataupun pada bahan ikan dengan perlakuan
suhu ruang terjadi perubahan warna pada periode kedua dari putih ke abu-
transparan atau bercak- bercak yang berwarna putih atau kuning kotor.
dikemas, dan steam blanching terjadi peningkatan tekstur bahan dari agak
keras menjadi keras. Pada bahan apel dan kentang yang diberi perlakuan
terjadi penurunan tekstur dari agak keras menjadi lunak pada periode
pertama dan menjadi keras kembai pada periode kedua. Sementara pada
bahan apel dengan perlakuan yang sama dengan atau tanpa blanching dan
periode pertama.
Pada perlakuan penyimpanan dalam suhu ruang untuk bahan apel
tanpa kemas) dan kentang (non blanching tanpa kemas, dan blanching
bahan menurun menjadi lunak pada periode kedua. Dapat dilihat, bahwa
tekstur dari agak keras menjadi keras, sedangkan pada daging dan ikan
menjadi lebih lunak dan warna menjadi lebih mantap dan cerah. Secara
keras. Hal tersebut terjadi karena sesuai menurut Hariyadi (2007) proses
telah berubah menjadi es. Proses ini akan berhenti ketika padatan
keras .
rendah).
kemasan akan menghambat kerja atau aktivitas mikroba pada bahan yang
pertama adalah 76 dan pada periode kedua semakin turun menjadi 74.
Perlakuan kemas suhu ruang dengan berat awal 83 g susut bobot pada
hari pertama dan kedua 76. Pada suhu ruang yang tanpa dikemas berat
awal 76 dan turun menjadi 74 pada hari ke 1 dan 72 pada hari ke 2. Pada
danturun menjadi 72 pada hari ke 1 dan turun lagi menjadi 57 pada hari ke
2.
pada freezer memiliki susut bobot 3,17% lalu turun menjadi -13,11%
pada hari terakhir dengan berat awal 63g. Pada kemas suhu ruang periode
awal 86g. Perlakuan ketiga yaitu tanpa kemas suhu ruang dengan berat
awal 72g memiliki penyusutan bobot pada periode pertama yaitu 8,33%
dan mengalami kenaikan drastic pada susut bobot hari kedua yaitu sebesar
berat awal 134 g dan mengalami penyusutan sebesar 5g pada hari pertama
dengan berat awal 112g mengalami penyusutan saat minggu pertama yaitu
sebesar 5g. Perlakuan tanpa kemas yang disuhu ruang berat awalnya 131g
yaitu tanpa kemasan di freezer dengan berat awal 129g hanya terjadi
dikemas memiliki berat awal 134 g penyusutan sebesar 3,73% dan 4,65%.
Perlakuan dengan kemasan yang disimpan disuhu ruang dengan berat awal
15,25% saat awal den naik drastic pada hari ketiga yaitu sebesar 19,54%.
Pada daging dan ikan yang disimpan dalam freezer berat awal
berturut-turut 66g dan 98g mempunyai susut bobot pada periode pertama
berurutan adalah 10,6% dan 8,47%, pada periode keduanya -0,03% dan
-0,04%. Untuk daging dan ikan yang disimpan disuhu ruang, memiliki
berat awal berturut-turut 107g dan 104g, pada periode pertama tidak
dengan terjadinya penambahan berat antara lain pada bahan apel yang
es/kristal es. Sementara susut bobot yang terjadi tidak terlalu signifikan
akibat pembekuan. Hal ini sesuai dengan literature, bahhwa suhu rendah
dan kurang elastis. Dengan demikian protein pada daging tidak mampu
atau susut bobot yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan pembekuan.
bobot bahan. Dalam praktikum, hal ini terlihat antara lain pada bahan apel
pada bahan apel yang diberi perlakuan tanpa dikemas, pembekuan, dan
gram.
agar tehindar dari suhu dan kelembaban yang ekstrim (terlalu tinggi /
respirasi dan reaksi-reaksi lain yang ditimbulkan oleh suhu tinggi, suhu
sebab itu pada proses blanching perlu diperhatikan waktu serta suhu
tekstur, dan berat bobot suatu bahan pangan. Hal ini terjadi karena,
Akan tetapi pada bahan segar, terdapat beberapa jenis sayuran dan
buah-buahan tropis yang tidak tahan terhadap suhu rendah. Jenis bahan
kerusakan pada bahan pangan akibat suhu rendah. Kerusakan ini dapat
rusak. Dalam praktikum, hal ini terlihat pada bahan apel dan kentang yang
diberi perlakuan pembekuan tanpa pengemasan terjadi perubahan warna
Buah dan sayur memiliki komponen kadar air yang besar sebagai
penyusun utamanya (kadar air tinggi). Dengan adanya kadar air yang
Estiasih (2009) buah dan sayur sebagian besar memiliki tekstur yang lebih
daya ikat protein terhadap air dan air bebas di dalam daging akan lepas
menuju ke udara disekitarnya yang akan hilang bersama dengan uap air.
Kerusakan struktur molekul akibat pengolahan suhu rendah ini juga dapat
baik untuk produk bahan nabati maupun hewani. Dengan demikian akan
didapatkan bahan dengan umur simpan yang panjang serta mutu produk
yang memuaskan.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
semula tertutup menjadi terbuka akibat dari efek suhu pembekuan dan
kristal es.
6. Chilling injury adalah kerusakan karena suhu rendah yang
B. Saran
Diharapkan para praktikan lebih teliti lagi, agar hasil yang didapatkan
sesuai, dan para praktikan diharapkan lebih diperhatikan lagi dalam penempatan
atau penyimpanan bahan saat di dalam freezer, agar bahan tidak tertukar dan
tercampur.
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah. R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Afrianto, Eddy dkk. 2014. “Pengaruh suhu dan Lama Blanching Terhadap
Penurunan Kesegaran Filet Tagih Selama Penyimpanan Pada Suhu Rendah.
Jurnal Akuatika. Vol. 5 No. 1 Hal : 45-54
Amin,Jaksen.2009. Rekayasa Bioproses . Palembang : Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Asgar dan Musaddad. 2008. Pengaruh Media, Suhu, dan Lama BlansingSebelum
Pengeringan terhadap Mutu Lobak Kering. Jurnal Hortikultura. Vol. 18 No.
1 hal:87-94
Darsana, L., Wartoyo, T. Wahyuti, 2003. Pengaruh Saat Panen dan Suhu
Penyimpanan Terhadap Umur Simpan dan Kualitas Mentimun Jepang
(Cucumis sativusL.). Jurnal Agrosains Volume 5 No 1.
http://pertanian.uns.ac.id/
Dragon, S. 2008. Pengawetan Pada Suhu Rendah. PT Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Hari, S. 2003. Efek Suhu pada Penyimpanan Produk Pangan. Bogor: ITB
Haryadi, Purwiyatno. 2007. “Teknologi Pembekuan Pangan”. FOODREVIEW
INDONESIA. Vol.2 No. 7 Hal : 30-35
Hudaya, S. 2008. Pengawetan Dengan Menggunakan Suhu Rendah. Gramedia.
Jakarta.
Kamaruddin, A., Y.A. Purwanto, A. Rofiq, dan A. Saepuluyun, 2003. Pendinginan
Adsorbsi Sebagai Pendinginan Tambahan untuk Penyimpanan Sayuran
Tropis. Working Paper No 1. http://ipb.ac.id
Kusnandar, Feri. 2010. Pembekuan. Artikel digital library.USU.
M.Amin,Jaksen.2009.”Rekayasa Bioproses”.Palembang : Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Munzir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh: Berbasis Teknologi Pengolahan Pangan,
Bandung, CV. ALVABETA.
Murniyati dan Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan
Ikan.Kanasius. Yogyakarta
Novita, N. 2009. Pengaruh Jenis Bahan PengemasTerhadap Kualitas Produk
Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan
Dingin. Universitas Sumatera Utara: Medan
Octavianie, Y. 2002. Kandungan Gizi dan Palatabilitas bakso Campuran Daging
dan Jantung Sapi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Purba, A., 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Pasca Panen. Jurusan Teknologi
Pertanian. FP-USU, Medan.
Purnawijayanti, H. A. 2001. Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja Pengolahan
Makanan. Kanisius. Jakarta.
Rachmawan, Obin. 2001. Pembekuan, Pendinginan, dan Pengemasan Komoditas
Pertanian. DEPDIKNAS: Proyek Pengembangan Sistem dan Standar
Pengelolaan SMK.
Rahardi, F., 2006. Agribisnis Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rohanah, Ainun. 2002. Pembekuan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera
Utara. USU digital library.
Rusendi, Dadi. Sudaryanto. Nurjannah, Sarifah. Widyasanti, Asri. Rosalinda,
S.2010.Penuntun Praktikum MK. Teknik Penanganan Hasil Pertanian.
Unpad
Rusendi, Dadi. Sudaryanto. Nurjannah, Sarifah. Widyasanti, Asri. Rosalinda,
S.2010.Penuntun Praktikum MK. Teknik Penanganan Hasil Pertanian.
Unpad.
Setiadi dan Surya F.N,2000. Kentang, Varietas dan Pembudidayaan. Penebar
Swadaya. Jakarta
Sudaryanto, T. Dan A. Munif. 2005. Pelaksanaan Revitalisasi
Pertanian. Agrimedia, Volume 10 No. 2, Desember 2005.
Tjitrosoepomo, G.. 2000. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Yuniar dan Effendy,Sahrul.2011.”Teknik Pengolahan Pangan”.Palembang :
Politeknik Negeri Sriwijaya.