Anda di halaman 1dari 13

DISTOSIA

Distosia merupakan persalinan yang abnormal/sulit atau disebut juga persalinan lama.

Distosia merupakan akibat dari 4 gangguan atau kombinasi antara :.

1. Kelainan Gaya dorong (Ekspulsi). Kekuatan His yang tidak memadai atau tidak
terkordinasi dengan baik agar dapat terjadi dilatasi dan pendataan servik (uterine
dysfunction) serta gangguan kontraksi otot pada kala II.
2. Kelainan pada Tulang Panggul (kesempitan panggul)
3. Kelainan Presentasi-Posisi dan Perkembangan janin
4. Kelainan Jaringan Lunak dari saluran reproduksi yang menghalangi desensus janin

Secara sederhana, kelainan diatas dapat secara mekanis dikelompokkan kedalam 3 golongan :

1. Kelainan POWER : kontraksi uterus dan kemampuan ibu meneran


2. Kelainan PASSANGER : keadaan janin
3. Kelainan PASSAGE : keadaan panggul

1. Kelainan Power

1
Kelainan kala satu
Menurut Friedman terdapat 3 tahap fungsional pada persalinan, yaitu:
1. Tahap persiapan yaitu saat hanya terjadi sedikit pembukaan serviks (fase laten).
Fase laten didefinisikan saat ibu merasakan kontraksi yang teratur dan berlangsung
bersama perlunakan serta pendataran serviks. Kriteria minimum Friedman untuk fase
laten ke fase aktif adalah kecepatan pembukaan serviks 1,2 cm/jam bagi nulipara dan 1,5
cm/jam bagi multipara. Disebut fase laten berkepanjangan bila lama fase ini lebih dari 20
jam pada nulipara dan lebih dari 14 jam pada multipara.
2. Tahap pembukaan/dilatasi yaitu saat pembukaan berlangsung paling cepat (fase aktif).
Pada fase aktif dapat terjadi beberapa gangguan diantaranya gangguan protraction
(berkepanjangan/berlarut-larut) dan arrest (macet, tak maju). Protraksi didefinisikan
sebagai kecepatan pembukaan atau penurunan yang lambat, untuk nulipara kecepatan
pembukaannya 1,2 cm/jam atau penurunan kurang dari 1 cm/jam sedangkan untuk
multipara kecepatan pembukaan kurang dari 1,5 cm/jam atau penurunasnnya kurang dari
2 cm/jam. Kemacetan pembukaan didefinisikan sebagai tidak adanya perubahan serviks
dalam 2 jam sedangkan kemacetan penurunan adalah tidak adanya penurunan janin
dalam 1 jam. Faktor yang mempengaruhinya antara lain sedasi berlebihan, anestesia
regional dan malposisi janin.

2
Sebelum diagnosis kemacetan pada persalinan kala 1 ditegakkan, kedua kriteria dibawah
ini harus dipenuhi (ACOG):
- Fase laten telah selesai dengan pembukaan serviks 4 cm atau lebih
- Sudah terjadi pola kontraksi uterus sebesar 200 satuan Montevideo atau lebih dalam
periode 10 menit

3. Tahap panggul berawal dari fase deselerasi pembukaan serviks. Pada saat ini terjadi
cardinal movement.

3
Kelainan kala dua
Tahap kala dua berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan
keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20 menit untuk multipara.
Pada seorang ibu dengan panggul sempit atau janin besar atau dengan kelainan gaya ekspulsif
akibat anestesia regional atau sedasi yang berat maka kala dua dapat sangat memanjang. Kala
dua pada nulipara dibatasi 2 jam sedangkan multipara 1 jam.

Dilatasi servik dan propulsi serta ekspulsi janin dimungkinkan oleh adanya his dan usaha
meneran pada persalinan kala II. Kurangnya intensitas satu atau kedua faktor diatas akan
menyebabkan perjalanan partus yang terhambat atau terganggu.

Tenaga dalam persalinan, meliputi his (kontraksi uterus) serta tenaga meneran ibu. Pada
persalinan normal, his dimulai dari daerah tuba dan ligamentum rotundum dengan dominasi
kekuatan pada fundus uteri, Kemudian menjalar ke dalam dan bagian bawah uterus merata
simetris pada seluruh korpus uteri. Terdapat relaksasi diantara 2 kontraksi. Sesudah tiap His, otot
korpus uteri menjadi lebih pendek.

Pada seluruh kehamilan terdapat tanda Braxton Hicks yaitu kontraksi ringan dengan
amplitudo 5 mmHg/mnt, tidak teratur. Pada kehamilan lebih dari 30 minggu, His makin kuat dan
makin sering. Sesudah lebih dari 36 minggu hingga persalinan dimulai, His makin kuat.

4
His yang adekuat pada persalinan normal :

1. Amplitudo : 40-60 mm Hg

2. Frekuensi : 3-5X/ 10 menit

3. Durasi : 60-90 detik

Fungsi His yaitu menipiskan dan membuka SBR dan serviks serta bersamaan dengan
tenaga mneran ibu unuk melahirkan bayi dan placenta. Macam-macam kelainan His :

1. INERTIA UTERI

Inertia Uteri atau Hypotonic Uterine Contraction bila sejak awal persalinan His tidak adekuat
(lemah, singkat dan jarang) dinamakan inertia uteri primer. Bila timbulnya sesudah His kuat
untuk waktu yang lama disebut inertia uteri sekunder.

Peregangan uterus yang berlebihan misalnya pada gemelli dan hidramnion dapat menjadi
penyebab inersia, tapi penyebab pasti belum diketahui.

5
KU pasien umumnya baik, nyeri tidak seberapa dirasakan. Diagnosis paling sulit ditegakkan
pada fase laten. Kesalahan yang sering dilakukan adalah false labour (mempercepat lahirnya
janin padahal persalinan belum dimulai.

2. HIS TERLAMPAU KUAT

Disebut juga Coordinated Hypertonic Uterine Contraction tidak menyebabkan distosia.


Frekuensi dan durasi saat his normal, tonus relaksasi normal, namun kekuatan/amplitudonya
terlalu besar, akibatnya terjadi partus presipitatus.

Pasien mengalami nyeri persisten oleh karena terbentuknya lingkaran Bandl , perlukaan luas
jalan lahir serta rupture uteri. Pada bayi dapat terjadi dekompresi mendadak dan perdarahan
subdural.

Penatalaksanaan yang dilakukan adalah pengawasan yang baik. Pada saat persalinan dilakukan
episiotomi.

3. INKOORDINASI UTERI

Sifat His pada keadaan ini berubah, tonus relaksasi dan kontraksi meningkat, koordinasi antar
bagian tidak sinkron. Akibatnya terbentuk lingkaran konstriksi yaitu spasmus sirkuler setempat.
Biasanya lingkaran tersebut ditemuka dibatas antara SAR dan SBR. Bahaya hipoksia bagi janin.

Pada keadaan inkoordinasi uteri dapat terjadi distocia servikalis primer bila serviks tidak
membuka akibat tidak dapat berelaksasi. Tekanan kepala janin yang terus menerus dapat
mengakibatkan nekrosis dan terlepasnya bagian tengah serviks secara sirkuler. Sedangkan bila
his kuat merobek serviks sampai SBR yang kaku akibat scar atau carcinoma disebut distocia
servikalis sekunder.

6
Penyebab kurang adekuatnya gaya ekspulsif
Kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi otot abdomen dapat terganggu secara bermakna
sehingga bayi tidak dapat lahir secara spontan melalui vagina

2. Kelainan pada tulang panggul

Disproporsi fetopelvik diakibatkan oleh kurangnya kapasitas panggul, ukuran anak yang
besar atau yang paling sering adalah kombinasi antara kedua hal tersebut. Kurangnya diameter
panggul dapat menyebabkan distosia selama proses persalinan.

Jenis – jenis panggul

7
Menurut Caldwell dan Moloy berdasarkan penyelidikan roentgenologik dan anatomic,
morfologi panggul dibedakan atas:

1. Panggul ginekoid dengan pintu atas panggul yang bundar, atau dengan diameter
transversa yang lebih panjang sedikit daripada diameter anteroposterior dan dengan
panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas.
2. Panggul antropoid dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang daripada diameter
transversa, dan dengan arkus pubis menyempit sedikit.
3. Panggul android dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga berhubungan
dengan penyempitan ke depan, dengan spina iskiadika menonjol ke dalam dan dengan
arkus pubis menyempit.
4. Panggul platipelloid dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek daripada
diameter transversa pada pintu atas panggul dan dengan arkus pubis yang luas.

Kesempitan panggul dapat terjadi pada : pintu atas panggul, bidang tengah panggul pintu
bawah panggul atau kombinasi diantaranya.

Pelvimetri klinis dilakukan untuk memperkirakan dimensi pelvik. Untuk menilai pintu atas
panggul dapat digunakan konjugata diagonal yang diperoleh dengan mengukur jarak tepi bawah
simfisis pubis ke promontorium. Konjugata obstetri merupakan jarak dari bagian yang paling
menonjol dari simfisi pubis ke promontorium, berkisar 1,5 - 2 cm lebih pendek daripada
konjugata diagonal. Ukuran konjugata obstetri harus lebih besar dari 10 cm. Pintu bawah
panggul dapat dinilai dengan menggukur diameter intertuberositas dan palpasi arkus subpubik.
Diameter intertuberositas lebih dari 8 cm dan arkus subpubik yang luas merupakan karakteristik
pintu bawah panggul yang adekuat.

3. Kelainan presentasi, posisi, dan perkembangan janin (passenger)

Gangguan terhadap jalannya proses persalinan dapat disebabkan oleh kelainan presentasi, posisi
dan perkembangan janin intrauterin.

8
1. POSISI OKSIPITALIS POSTERIOR

Ubun- ubun kecil di belakang dapat dianggap sebagai variasi persalinan biasa namun jika tidak
berputar ke depan sehingga tetap di belakang maka dinamakan posisi oksiput posterior
persistens.

2. PRESENTASI PUNCAK KEPALA

Presentasi puncak kepala (sinsiput) terjadi bila kepala yang seharusnya fleksi mengalami defleksi
ringan sehingga ubun0- ubun besar merupakan bagian terendah.

Mirip dengan posisi oksipitalis posterior persistens. Hanya saja pada presentasi puncak kepala
tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal, sirkumferensia frontooksipitalis adalah lingkaran
kepala yang melalui jalan lahir dengan glabella sebagai titik perputaran di bawah simfisis.

3. PRESENTASI MUKA

Terjadi bila kepala dalam keadaan defleksi maksimal sehingga oksiput tertekan pada punggung
dan muka merupakan bagian terendah yang menghadap ke bawah. Presentasi muka primer yaitu
sudah terjadi sejak masa kehamilan. Sekunder bila terjadi waktu persalinan.

4. PRESENTASI DAHI

Keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal dan defleksi maksimal
sehingga dahi merupakan bagian terendah.

9
5. LETAK SUNGSANG

Ada beberapa jenis letak sungsang yaitu: presentasi bokong, presentasi bokong kaki sempurna,
presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.

6. LETAK LINTANG

Letak janin melintang di uterus dengan posisi bokong sedikit lebih tinggi daripada kepala.

10
7. PRESENTASI GANDA

Keadaan diamana selain kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki
atau keadaan disamping bokong dijumpai tangan. Paling sering adalah adanya tangan atau
lengan di samping kepala.

Presentasi rangkap. Tangan kiri berada didepan bagian terendah janin dan biasanya desensus
kepala dapat berlangsung normal

Dampak persalinan lama pada ibu-janin

Infeksi intrapartum
Infeksi dapat mengancam ibu dan janinnya pada partus lama terutama bila disertai pecahnya
ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta
pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis. Pneumonia pada janin akibat aspirasi
cairan amnion yang terinfeksi mungkin saja terjadi. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan
memasukkan bakteri vagina ke uterus.

Ruptur uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya selama partus lama terutama
pada ibu dengan paritas tinggi dan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala

11
janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak engaged dan tidak terjadi penurunan,
segmen bawah uterus menjadi sangat teregang kemudian dapat menyebabkan ruptur.

Pembentukan fistula
Fistula terjadi apa bila bagian terbawah janin menekan kuat pintu atas panggul dalam waktu yang
cukup lama sehingga bagian jalan lahir yang terletak diantaranya dan dinding panggul
mengalami tekanan yang berlebihan. Tekanan tersebut menyebabkan gangguan sirkulasi lalu
dapat terjadi nekrosis dan beberapa hari setelah melahirkan akan terbentuk fistula vesikovaginal,
vesikoservikal atau rektovaginal.

Cedera otot-otot dasar panggul


Saat kelahiran bayik, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan
ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar
panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomik otot,saraf dan jaringan ikat. Efek
dari keadaan pada otot dasar panggul selama melahirkan ini akan menyebabkan inkontinensia
urin dan alvi serta prolaps organ panggul.

Kaput suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yang besar di
bagian terbawah janin. Hal ini bisa terjadi bila keadaan panggul sempit dan dapat hilang dalam
beberapa hari.

Molase kepala janin


Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu
sama lain di sutura-sutura besar. Hal itu dinamakan molase. Molase dapat tidak menimbulkan
kerugian namun dapat juga menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin, dan
perdarahan intrakranial pada janin. Faktor-faktor yang berkaitan dengan molase adalah
nuliparitas, stimulasi persalinan dengan oksitosin, dan pengeluaran janin dengan ekstrasi vakum.

12
DAFTAR PUSTAKA

 Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC : Williams Obstetric 21st ed,
McGraw-Hill, 2001.
 Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, Tenth Edition. 2007
 Wikjosastro H, Haifuddin AB, Rachimhadhi T : Distosia karena kelainan letak serta
bentuk janin dalam ilmu kebidanan 3rd ed, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 1999.

13

Anda mungkin juga menyukai