SIROSIS HEPATIS
Oleh :
MUHAMMAD TAUFIQ USMANI
N 111 17 067
PEMBIMBING KLINIK :
dr. EVA YUNITA W., Sp.PD
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hati
A. Anatomi Hati
Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg
atau kurang lebih 25 % berat badan orang dewasa dan merupakan pusat
metabolisme tubuh dengan fungsi sangat kompleks yang menempati
sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Batas hati sejajar dengan
interkosta V kanan dan batas bawah menyerong keatas dari iga IX kanan
dan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan
terdapat celah transversal sepanjang 5cm dari sistem porta hepatis.
Omentum minor terdapat mulai dari sistem porta yang mengandung
arteri hepatika, vena porta dan duktus koledokus. Sistem porta terletak
didepan vena kava dan di balik kandung empedu.5
B. Fisiologi Hepar
Hati adalah organ metabolic terbesar dan terpenting di tubuh.
Organ ini data dipandang sebagai pabrik biokimia utama di tubuh.
Perannya dalam system pencernaan adalah sekresi garam empedu, yang
membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Hati juga melakukan
berbagai fungsi yang tidak berkaitan dengan pencernaan, termasuk yang
berikut :
1. Memproses secara metabolis ketiga kategori utama nutrient
(karbohidrat, protein dan lemak) setelah zat-zat ini diserap dari
saluran cerna.
2. Mendetoksifikasi atau menguraikan zat sisa tubuh dan hormone serta
obat dan senyawa lain.
3. Membentuk protein plasma, termasuk protein yang dibutuhkan
untuk pembekuan darah dan yang untuk mengangkut hormone
steroid dan tiroid serta kolestrol dalam darah
4. Menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga dan banyak vitamin.
5. Mengaktifkan vitamin D, yang dilakukan hati bersama dengan
ginjal.
6. Mengeluarkan bakteri dan sel darah merah tua, berkat adnya
makrifag residennya.
7. Mengekskresikan kolestrol dan bilirubin, bilirubin adalah produk
penguraian yang berasal dari destruksi sel darah merah tua.6
C. Patogenesis
Sirosis alkoholik atau secara historis disebut sirosis laennec
ditandai oleh pembentukan jaringan parut yang difus, kehilangan sel-sel
hati yang uniform, dan sedikit nodul regeneratif. Sehingga kadang-
kadang disebut sirosis mikronodular. Sirosis mikronodular dapat pula
diakibatkan oleh cedera hati lainnya. Tiga lesi utama akibat induksi
alkohol adalah 1. Perlemakan 2. Hepatitis kronik, dan 3. Sirosis
alkholik.5
Tiga proses yang memiliki peran sentral pada patogenesis sirosis
yaitu kematian sel hati, penimbunan matriks ekstraseluler dan
reorganisasi vaskular. Perubahan yang terjadi pada jaringan ikat dan
matriks ekstraseluler(ECM) merupakan gambaran umum yang terlihat
pada semua bentuk sirosis. Pada jaringan hati normal ECM yang terdiri
atas kolagen interstitium (terbentuk dari serat-serat kolagen tipe I,III,V,
dan IX) hanya terdapat pada simpati hati, area portal dan sekeliling vena
sentralis. Sel hepatosit sendiri tidak memiliki membran basal seperti pada
sel kelenjar pada umumnya namun memiliki kerangka jaringan ikat tipis
yang terdiri atas kolagen tipe IV dan beberapa jenis protein yang mengisi
ruang antar sel endotel sinusoid dan hepatosit (ruang Disse). Kondisi
yang berbeda pada sirosis hati, dalam mengisi ruang disse adalah kolagen
tipe I dan III serta komponen ECM yang lain.8
Patogenesis sirosis hati menurut penelitian terakhir,
memperlihatkan adanya peranan sel stelata. Dalam keadaan normal sel
stelata mempunyai peran dalam keseimbangan pembentukan matriks
ekstraseluler dan proses degradasi. Pembentukan fibrosis menunjukkan
adanya perubahan proses keseimbangan. Jika terpapar faktor tertentu
yang berlangsung secara terus menerus ( misal: hepatitis virus, bahan-
bahan hepatotoksik), maka sel stelata akan menjadi sel yang membentuk
kolagen. Jika proses berjalan terus maka fibrosis akan berjalan terus di
dalam sel stelata, dan jaringan hati yang normal akan diganti oleh
jaringan ikat.5
Jejas dan perubahan vaskuler juga berperan penting pada
perubahan struktur jaringan hati normal menjadi sirosis. Radang dan
trombosis pada vena portal, arteri hepatik dan atau vena sentral
menyebabkan perubahan yang sifatnya berselang-seling antara area
hipoperfusi dan area hiperperfusi. Pada area hipoperfusi ditemukan
atrofia parenkim hati dan pada area hiperperfusi tampak gambaran
regenerasi dan kompensasi berlebih parenkim hati. Lesi vaskular yang
banyak berperan dalam proses terjadinya gangguan fungsi hati adalah
hilangnya kemampuan fenestrasi sel endotel sinus dan terbentuknya
hubungan pintas vena portal dengan vena hepatik dan antara arteri
hepatik dengan vena portal. Pada dinding sinusoid normal terdapat
fenestra sel endotel yang berfungsi memudahkan terjadinya penebalan
membran basal mengubah dinding sinusoid meningkat. Tekanan
sinusoid yang meningkat menyebabkan aliran vaskular menjadi lebih
cepat tanpa disertai pertukaran material terlarut dalam plasma maupun
yang terlarut di sitoplasma sel hati.keadaan tersebut terutama berdampak
pada pertukaran protein (contoh albumin, faktor pembekuan, lipoprotein)
antara plasma dengan sel hati. Perubahan fungsional ini diperparah oleh
kondisi awal yang menyebabkan tekanan vaskular di hati menjadi
abnormal dan berperan pada disfungsi hati karena hilangnya mikrovili
yang terdapat pada permukaan sel hati, berikutnya akan terjadi pula
hilangnya kemampuan transfer membran.8
D. Manifestasi Klinik
Pasien dengan sirosis dapat dating ke dokter dengan sedikit
keluhan sama sekali, atau dengan keluhan penyakit lain. Keluhan yang
terakhir ini dapat timbul tidak khas sehingga kita menduga bukan
penyakit hati yang jadi penyebabnya. Beberapa keluhan dan gejala yang
sering timbul pada sirosis antara lain kulit berwarna kuning, rasa capek,
lemah, nafsu makan menurun, gatal, mual, penurunan berat badan, nyeri
perit, dan mudah berdarah (akibat penurunan produksi factor-faktor
pembekuan darah).4
Pasien sirosis juga dapat mengalami keluhan dan gejala akibat
komplikasi sirosis hatinya. Pada beberapa pasien, komplikasi ini dapat
menjadi gejala pertama, yang membawa pasien pergi ke dokter. Pasien
sirosis dapat tetap bejalan kompensata selama bertahun-tahun, sebelum
berubah menjadi dekompensata. Serosis dekompensata dapat di kenal
dari timbulnya bermacam komplikasi seperti icterus, perdarahan varises,
asites atau ensefalopati. Icterus terjadi karena kegagalan fungsi hati dan
pengobatan terhadap komplikasi ini biasanya mengecewakan, kecuali
pasien mendapat transplantasi. Karena itu, penting untuk mengenal dan
mengobati penyebab (misalnya hepatitis alkoholik, obat hepatotoksik)
yang mungkin menjadi pencetus timbulnya icterus tersebut.4
Sesuai dengan consensus baveno IV, sirosis hati dapat di
klasifikasikan menjadi empat stadium klinis berdasarkan ada tidaknya
varises, asites dan perdarahan varises.
Stadium 1 : tidak ada varises, tidak ada asites
Stadium 2 : varises, tanpa asites
Stadium 3 : asites dengan atau tanpa varises
Stadium 4 : perdarahan dengan atau tanpa asites
Stadium 1 dan 2 dimasukkan dalam kelompok sirosis kompensata,
sementara stadium 3 dan 4 dalam kelompok sirosis dekompensata.4
E. Diagnosis
Pada stadium kompensata sempurna kadang-kadang sangat sulit
menegakkan diagnosis sirosis hati. Pada proses lebih lanjut stadium
kompensata bias di tegakkan dengan bantuan pemeriksaan klinis yang
cermat, labolatorium biokimia/serologi dan pemeriksaan pencitraan
lainnya. Pada stadium dekompensata, diagnosis tidak terlalu sulit karena
gejala dan tanda klinis biasanya sudah tampak dengan adanya
komplikasi.4
Anamnesis
Perasaan mudah lelah dan berat badan menurun
Anoreksia, dyspepsia
Nyeri abdomen
Jaundice, gatal, warna urin lebih gelap dan feses dapat lebih pucat
Edema tungkai atau asites
Perdarahan : hidung, gusi, kulit, saluran cerna
Libido menurun
Riwayat : jaundice, hepatitis, obat-obatan hepatotoksik, transfuse
darah
Kebiasaan minum alcohol
Riwayat keluarga : penyakit hati, penyakit autoimun
Perlu juga di cari gejala dan tanda :
Gejala awal sirosis (kompesata)
Perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan menurun,
perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun.
Gejala lanjut sirosis (dekompesata)
Bila terdapat kegagalan hati dan hipertensi portal, meliputi
hilangnya rambut badan, gangguan tidur, demam sub febris,
perut membesar. Bias terdapat gangguan pembentukan darah,
perdarahan gusi, epistaksis, hematemesis, melena, icterus,
perubahan siklus haid, serta perubahan mental. Pada laki-laki
dapat impotensi, buah dada membesar, hilangnya dorongan
seksualitas.5
Pemeriksaan fisik
o Status nutrisi, demam, factor hepatikum, icterus, pigmentasi,
purpura, clubbing finger, white nails, eritema palmaris,
ginekomastia, atrofi testis, distribusi rambut tubuh, pemesaran
kelenjar parotis, kontraktur dupuytren (dapat di temukan pada sirosis
akibat alkoholisme namun dapat juga idiopatik), hipogonadisme,
asterixis bilateral.
o Hepatomegaly dan atau splenomegaly. Pada palpasi hati teraba lebih
keras dan berbentuk lebih ireguler dari pada hati yang normal. Spider
teleangiectasis, terutama pada pasien dengan sirosis alkoholik.
o Spider ditemukan di kulit dada. Namun spider juga dapat di jumpai
pada mereka yang tidak mempunyai penyakit hati.
o Icterus atau jaundice
o Asites dan edema
o Pasien dengan deposit tembaga (copper) yang abnormal dimatanya
atau yang menunjukan gejala-gejala neurologi tertentu, mungkin
mengidap penyakit Wilson, yang merupakan kelainan genetic akibat
akumulasi tembaga yang abnormal di seluruh tubuh, termasuk dalam
hati yang dapat menimbulkan sirosis.4,5
Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan radiologis
o Pemeriksaan barium meal, dapat melihat varises untuk konfirmasi
adanya hipertensi porta.
o USG : bias menilai permukaan hati, ukuran, homogenitas, dan
adanya massa. Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan nodular,
permukaan irregular dan peningkatan ekogenitas parenkim hati.
USG juga dapat melihat asites, splenomegaly, thrombosis vena
porta, pelebaran vena porta serta skrining adanya karsinoma hati
pada sirosis.4
Pemeriksaan endoskopi
F. Penatalaksanaan
Pengobatan spesifik dapat di berikan untuk berbagai kelainan hati
sebagai usaha mengurangi keluhan dan mencegah sirosis hati. Beberapa
contoh, misalnya prednisolone azatioprin untuk hepatitis autoimun,
interferon dan antiviral yang lain untuk hepatitis B dan C, flebotomi
untuk hemokromatosis, ursoedeoxycholoc acid (UDCA) untuk sirosis
bilier primer, dan zinc serta penisilamin untuk penyakit Wilson. Semua
pengobatan ini menjadi tidak efektif bila hepatitis kronik sudah menjadi
sirosis. Sekali sirosis terjadi, pengobatan terutama di tujukan kepada
komplikasi yang mungkin telah timbul.4
Pengobatan sirosis antara lain mencegah kerusakan hati lebih
lanjut, mengobati komplikasi sirosis, mencegah kanker hati atau deteksi
sedini mungkin, dan transplantasi hati.4
H. Prognosis
Prognosis pasien sirosis tergantung ada tidaknya komplikasi
sirosis. Pasien sirosis kompensata mempunyai harapan hidup lebih lama
bila tidak berkembang menjadi sirosis dekompensata. Di perkirakan
harapan hidup sepuluh tahun pasien sirosis kompensata sekitar 47%.
Sementara ini pasien sirosis dekompensata mempunyai harapan hidup
hanya sekitar 16% dalam waktu 5 tahun.4
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor,
meliputi etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi dan penyakit lain
yang menyertai. Klasifikasi child-pugh juga untuk menilai prognosis
pasien sirosis yang akan menjalani operasi, variabel meliputi kadar
bilirubin, albumin, ada tidaknya asites dan ensefalopati juga status
nutrisi.5
Tabel 2.1 klasifikasi child-pugh
Klasifikasi child-pugh pasien sirosis hati dalam terminologi cadangan
fungsi hati
Derajat kerusakan Minimal sedang Berat
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Tn. P
Umur : 50 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Dusun IV Sosial Kec. Dolo Barat
Agama : Kristen
Tanggal Pemeriksaan : 5/02/2018
Ruangan : Pav. Bougenville RSUD UNDATA PALU
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri perut
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien laki-laki umur 50 tahun rujukan dari
Pkm. Kaleke dengan diagnosis hepatoma perlangsungan sirosis. Masuk rumah
sakit dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan sudah sejak lama, tiap malam
terasa sakit. Perut terasa keras, dan tidak nyaman serasa penuh dibagian perut
kanan atas keluhan ini dirasakan 5 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien juga
mengeluhkan tampak kekuningan di seluruh tubuhnya dan nyeri belakang.
Tangan kiri tidak bisa digerakkan. Demam (-), mual (-), muntah (-), nyeri
kepala (-), demam (-), pusing (-), sesak (-), BAB (+) biasa, BAK (+) tidak
lancer, urin keluar sedikit-sedikit dan tampak berwarnah seperti teh pekat.
Pasien mengatakan menyangkal mengkonsumsi minuman beralkohol.
Kepala
Wajah : Simetris, posisi central, tampak lemas
Deformitas : Tidak ada
Bentuk : Normochepali
Mata
Konjungtiva : Anemis -/-
Sklera : Ikterus +/+
Pupil : Bulat, isokor +/+
Mulut : Sianosis (-), Lidah kotor (-).
Leher
KGB : pembesaran (-)
Tiroid : pembesaran (-)
JVP : peningkatan (-)
Massa Lain : Tidak ada
Dada
Paru-Paru
Inspeksi : Simetris bilateral, Spider nevi (+) thorax lateral sinistra
Palpasi : Massa (-), Vocal fremitus simetris bilateral Ka=ki
Perkusi : Sonor lapang paru
Auskultasi : Bunyi nafas vesiculer +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi :
Batas atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas Kanan : SIC IV linea parasternalis dextra
Batas Kiri : SIC V linea axillaris anterior sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni reguler, Murmur (-),
Perut
Inspeksi : tampak sedikit cembung, dan berwarna kuning, umbilikus
menonjol. Spider nevi (+) abdomen lateral sinistra
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Perkusi : tympani dan didapatkan asites (+) (pada pemeriksaan
Shifting dullness)
Palpasi : Distensi abdomen (+), hepatomegali (+) dan konsistensinya
teraba kasar dan teraba seperti nodul, splenomegaly (-)
nyeri tekan kuadran kanan atas (+)
Anggota Gerak
Atas : Akral Hangat +/+, edema -/-. kekuatan otot 5/5. Kuku murchrche
(+), eritema palmaris(-)
Bawah : Akral Hangat +/+, edema -/-. Kekuatan otot 5/3. Kuku murchrche
(+)
PEMBAHASAN
Pasien laki-laki umur 50 tahun rujukan dari Pkm. Kaleke dengan diagnosis
hepatoma perlangsungan sirosis. Masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut
yang dirasakan sudah sejak lama, tiap malam terasa sakit. Perut terasa keras, dan
tidak nyaman serasa penuh dibagian perut kanan atas keluhan ini dirasakan 5 hari
sebelum masuk rumah sakit, pasien juga mengeluhkan tampak kekuningan di
seluruh tubuhnya dan nyeri belakang. Tangan kiri tidak bisa digerakkan. Demam (-
), mual (-), muntah (-), nyeri kepala (-), demam (-), pusing (-), sesak (-), BAB (+)
biasa, BAK (+) tidak lancer, urin keluar sedikit-sedikit dan tampak berwarnah
seperti teh pekat. Pasien mengatakan menyangkal mengkonsumsi minuman
beralkohol.
Pada pemeriksaan fisik di temukan wajah tampak lemas dan terlihat agak
kuning. konjungtiva anemis (-/-) sklera tampak ikterus (+/+), mulut tidak tampak
sianosis. Pada pemeriksaan leher tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah
bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-) dan peningkatan JVP (-), dan massa (-).
Pada pemeriksaan regio thoraks tampak berwarna kuning, pernapasan
simetris, dan reguler, tidak teraba adanya massa, pada pemeriksaan perkusi
didapatkan sonor dikedua lapang paru, bunyi nafas vesikuler dikedua lapang paru,
ronkhi (-/-). Wheezing (-/-), pada jantung iktus kordis tidak terlihat, dan saat di
palpasi iktus cordis teraba (+), cardiomegali(-), bunyi jantung s1 dan s2 tampak
reguler dan murmur(-).
Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi didapatkan perut cembung berwarna
kuning, umbilicus menonjol, auskultasi didapatkan peristaltik normal, perkusi
didapatkan asites (+), palpasi didapatkan distensi abdomen (+), heparomegali (+),
splenomegali (-), nyeri tekan pada kuadran kanan atas (+).
Pada pemeriksaan labolatorium, di dapatkan hasil darah rutin RBC : 3,37 x
106/UL, WBC : 11,1 x 103/UL, HGB : 11,0 x g/dl, HCT : 34,5 %, PLT : 102 X
103/UL. Pemeriksaan HBsAg di dapatkan reaktif (+). Pada pemeriksaan fungsi hati
didapatkan SGOT: 216 U/L, SGPT: 112 U/L dan ginjal Urea: 49.3 mg/dl, creatinin:
0.79 mg/dl. Pada pemeriksaan laboratorium diadapatkan trombositopenia dan
hipoalbumin. Trombositopenia terjadi akibat terganggunya kerja trombopoetin
yang diakibatkan dari kerusakan hati sehingga mengakibatkan gangguan
keseimbangan antara destruksi dan produksi trombosit sehingga menurun
jumlahnya. Pada penderita sirosis hepatis terjadi penurunan kadar serum albumin
(hipoalbuminemia) karena penurunan sintesis akibat nekrosis sel parenkim hepar.
Dengan terjadinya jaringan parut maka fungsi hati untuk mensekresi albumin makin
berkurang.
Pada pemeriksaan USG abdomen didapatkan kesimpulan pasien didiagnosis
sirosis hepatis dengan hipertrofi prostat grade III.
Penatalaksanaan pada kasus ini terbagi 2 yaitu non medikamentosa dan
medikamentosa. Penatalaksanaan non medikamentosa berupa tirah baring, diet
rendah garam, diet rendah lemak. Sementara itu penatalaksanaan medikamentosa
berupa IVFD Asering/D 5% 20 tpm, spironolactone 100 mg 1-0-0, furosemide inj.
Apl/24jam, Inj. Ketorolac 1 amp (KP), curcuma 3x2.
Penatalaksanaan dalam kasus ini lebih kepada penatalaksanaan pada
komplikasi dari sirosis hepatis. Penatalaksanaan asites berupa tirah baring, diet
rendah garam yaitu konsumsi garam 5,2 gram atau 90 mmol/hari. Pemberian obat
antidiuretic diawali dengan spironolactone 100-200 mg sekali sehari maksimal 400
mg. bila respon tidak adekuat di kombinasi dengan furosemide. Parasintesis bila
asites sangat besar, hingga 4-6 liter dan di lindungi pemberian albumin.
Spironolactone adalah kelompok obat antagonis aldosterone diuretic, tapi
obat ini lebih di kenal dengan nama potassium sparing diuretic. Berbeda halnya
dengan diuretic lain, obat ini tidak menyebabkan terbuangnya potassium (kalium)
dari tubuh. Karena itu obat ini juga bias mengatasi penimbunan cairan atau edema,
gangguan ginjal, gagal jantung aldostreronisme primer, hipertensi, penyakit hati,
dan sindrom nefrotik. Spironolactone juga berfungsi mencegah penimbunan cairan
dalam tubuh dengan meningkatkan jumlah urine yang di produksi oleh ginjal.
Furosemide merupakan obat yang digunakan untuk membuang cairan
berlebih di dalam tubuh. Cairan berlebih yang menumpuk di dalam tubuh dapat
menyebabkan sesak nafas, lelah, kaki dan pergelagan kaki membengkak. Kondisi
ini juga dikenal dengan sebutan edema dan bias disebabkan oleh penyakit gagal
jantung, penyakit hati, dan penyakit ginjal. Furosemide juga digunakan untuk
tekanan darah tinggi saat obat diuretic lainnya tidak bias mengatasinya lagi. Obat
ini bias digunakan sendiri atau di kombinasikan dengan obat diuretic lainnya seperti
triamtene atau spironolactone. Kadang-kadang obat ini juga diberi bersama dengan
mineral kalium.
Sirosis menyebabkan fungsi hati mulai terganggu, curcuma yang berperan
sebagai hepatoprotektor berfungsi membantu memelihara fungsi hati. Walaupun
kerusakan hati tidak teratasi dengan obat ini, tetapi cukup ebantu dalam menjaga
fungsi hati. Dan pemberian human albumin berfungsi untuk meningkatkan kadar
albumin dalam darah agar tidak terjadi akumulasi cairan dalam peritoneum.
Prognosis pasien sirosis tergantung ada tidaknya komplikasi sirosis. Pasien
sirosis kompensata mempunyai harapan hidup lebih lama bila tidak berkembang
menjadi sirosis dekompensata. Di perkirakan harapan hidup sepuluh tahun pasien
sirosis kompensata sekitar 47%. Sementara ini pasien sirosis dekompensata
mempunyai harapan hidup hanya sekitar 16% dalam waktu 5 tahun.
BAB V
KESIMPULAN
Pasien sirosis juga dapat mengalami keluhan dan gejala akibat komplikasi
sirosis hatinya. Pada beberapa pasien, komplikasi ini dapat menjadi gejala pertama,
yang membawa pasien pergi ke dokter. Pasien sirosis dapat tetap bejalan
kompensata selama bertahun-tahun, sebelum berubah menjadi dekompensata.
Serosis dekompensata dapat di kenal dari timbulnya bermacam komplikasi seperti
icterus, perdarahan varises, asites atau ensefalopati. Icterus terjadi karena kegagalan
fungsi hati dan pengobatan terhadap komplikasi ini biasanya mengecewakan,
kecuali pasien mendapat transplantasi. Karena itu, penting untuk mengenal dan
mengobati penyebab (misalnya hepatitis alkoholik, obat hepatotoksik) yang
mungkin menjadi pencetus timbulnya icterus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA