Meskipun tidak ada pengobatan kuratif untuk herpes genital, terapi antiviral dapat
mengurangi durasi gejala dan frekuensi maupun keparahan dari kekambuhan. Artikel
ini membahas diagnosis herpes genital, pilihan pengobatan yang tersedia dan peran
General Practioner dalam pengendalian herpes genital.
Herpes genital disebabkan oleh virus herpes simplex (HSV). Terdapat dua jenis HSV
antara lain tipe 1 dan tipe 2, jenis ini dapat menginfeksi baik daerah orolabial atau area
anogenital. Secara historis, herpes oral terutama disebabkan oleh HSV-1 dan herpes anogenital
terutama disebabkan oleh HSV-2 tetapi telah berubah selama beberapa dekade terakhir. Infeksi
mulut masih disebabkan hampir seluruhnya oleh HSV-1, tetapi infeksi genital sekarang lebih
mungkin disebabkan oleh HSV-1 daripada HSV-2.1
Setelah infeksi awal, HSV menjadi laten di ganglia sensorik lokal, dan adakalanya
terjadi reaktivasi untuk meluruhkan virus tanpa gejala atau ulkus genital simptomatik. Oleh
karena itu menghasilkan infeksi seumur hidup dan mungkin terjadi kekambuhan.
HSV adalah endemik di seluruh dunia. Pada tahun 2012, Organisasi Kesehatan Dunia
memperkirakan prevalensi global HSV-1 menjadi 67%2 dan HSV-2 menjadi 11,3%.3
HSV primer sering ditemukan tanpa gejala, mencapai hingga 80% orang dengan tes
antibodi HSV positif tidak dapat mengingat pernah mengalami gejala herpes. Hal ini berarti
kebanyakan herpes genital ditularkan ketika pasien tidak memiliki gejala apa pun.
Tidak ada pengobatan kuratif, tetapi ada pilihan untuk mengurangi frekuensi dan
keparahan dari kekambuhan bagi pasien yang mengalami.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan klinis yang menyeluruh sangat penting, karena diagnosis bandingnya
luas (lihat Tabel 1), dan cabang diagnosis herpes untuk pasien cukup besar, terutama berkaitan
dengan kemungkinan dampak psikologis yang merugikan. Jangan mengandalkan diagnosis diri
pasien (lihat Kotak 1).
Setiap pasien yang baru dicurigai herpes harus dirujuk ke klinik GUM untuk tes
definitif, tetapi jika hari yang sama atau rujukan mendesak tidak mungkin, maka harus
melakukan tes diagnostik dalam perawatan primer.
Tes untuk HSV harus selalu menyertakan jenis virus untuk membedakan antara
kedua jenis. Tes amplifikasi asam nukleat (NAAT) adalah standar emas; swab harus diambil
dari dasar ulkus. Pada LSL dengan proktitis, swab rektal harus diambil. Beberapa pemeriksa
masih menggunakan kultur HSV untuk diagnosis, tetapi pemeriksaan ini akan kehilangan
hingga 30% sampel PCR-positif jadi ini tidak direkomendasikan sebagai tes standar.
Menggunakan tes antibodi untuk mendiagnosis herpes adalah hal yang
memungkinkan, tetapi tes ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih rendah daripada
tes NAAT dan respon imun jenis-spesifik dapat memakan waktu berminggu-minggu untuk
berkembang, sehingga hasilnya bisa negatif pada tahap awal infeksi. Namun, serologi dapat
membantu ketika menginvestigasi tukak genital rekuren dengan penyebab yang tidak
diketahui, pada kehamilan, dan untuk membantu konseling untuk pasangan di mana satu
pasangan mungkin negatif dan satu positif untuk herpes.
Rata-rata tingkat kekambuhan untuk herpes genital yang disebabkan oleh HSV tipe
2 adalah 0,34 rekurensi per bulan, atau empat per tahun, sedangkan untuk tipe 1 hanya satu
rekurensi per tahun. Jika infeksi herpes dicurigai, maka tes untuk IMS lain harus selalu
dilakukan, termasuk tes HIV.
Dengan episode yang parah, pasien sering terlalu sakit untuk dapat mentolerir
pemeriksaan spekulum. Dalam kasus seperti itu, disarankan untuk meminta pasien kembali
untuk pemeriksaan penuh dan skrining IMS dua minggu kemudian.
Seringkali bagian terburuk dari diagnosis herpes genital untuk pasien adalah hal
psikologis, terutama yang berkaitan dengan stigma sosial yang terkait dengan kondisi tersebut.
Ketika memberi tahu pasien bahwa mereka memiliki herpes genital, sebaiknya sebisa mungkin,
dan hindari istilah-istilah seperti 'tidak dapat disembuhkan'.
Jika seorang pasien belum disesuaikan dengan diagnosis dalam kurun waktu satu
tahun maka mereka harus dirujuk untuk konseling. Klinik GUM mungkin memiliki akses ke
layanan konseling atau spesialis kejiwaan untuk pasien yang berjuang dengan diagnosis
mereka.
Jika dalam 5 hari Jika hamil Jika >5 hari sejak Disarankan ke klinik GUM
terdapat outbreak disarankan episode pertama untuk penegakan
dapat diberikan ke klinik dapat diberikan diagnosis skrining IMS
asiklovir dan GUM asiklovir untuk
analgesik episode
berikutnya
Jika pasien datang ke
klinik GUM terlambat,
Jika >6 episode dapat disarankan
dalam setahun Jika >6 episode
dalam setahun pemberian asiklovir dan
dapat disarankan analgesik
ke klinik GUM dapat disarankan
untuk terapi ke klinik GUM
supresi untuk terapi
supresi
KESIMPULAN
Ketika ditangani dengan sensitif, herpes genital dapat menjadi kondisi yang sangat memuaskan
untuk dikelola. Cara yang meyakinkan pada konsultasi pertama akan sangat membantu pasien
untuk tenang dengan diagnosis tersebut, tetapi meskipun demikian, pasien dapat memperoleh
manfaat dari janji tindak lanjut untuk memantau kemajuan mereka. Penting untuk diingat
bahwa pereda nyeri yang memadai harus diberikan baik pada infeksi awal maupun yang
berulang, dan bahwa kasus yang rumit harus dirujuk ke klinik GUM untuk penatalaksanaan
lebih lanjut.
REFERENSI
1. Roberts CM, et al. Increasing proportion of herpes simplex virus type 1 as a cause of
genital herpes infection in college students. Sex Transm Dis 2003;30(10):797–800.
2. Looker KJ, et al. Global and regional estimates of prevalent and incident herpes
simplex virus type 1 infections in 2012. PLoS One 2015;10(10): e0140765.
3. Looker KJ, et al. Global estimates of prevalent and incident herpes simplex virus type
2 infections in 2012. PLoS One 2015;10(1):e114989.
4. Langenberg AGM, et al. A prospective study of new infections with herpes simplex
virus type 1 and type 2. New Engl J Med 1999;341(19):1432–8.
5. Heslop R, et al. Interventions for men and women with their rst epi- sode of genital
herpes. Cochrane Database Syst Rev 2016;8:CD010684.
6. Patel R, et al. 2014 UK national guideline for the management of anogenital herpes. Int
J STD AIDS 2015;26(11):763–76.
7. Foley E, et al. Management of genital herpes in pregnancy. BASHH and RCOG,
October 2014. Available from: https://www.rcog.org.uk/globalas-
sets/documents/guidelines/management-genital-herpes.pdf