Anda di halaman 1dari 6

Keteknikan Sistem

Nama Anggota :

1. Ary Kusuma Purwadady 135100200111010


2. Tony Crisna Wahyu A.R 155100200111052
3. Gayuh Disrobiyansyah 155100201111054
4. Larasati Padmi Ayunani 155100201111034
5. Widyawati Sriprahana 155100201111077

ANALISIS KUANTITATIF PENGGUNAAN NANOTECHNOLOGY TERHADAP


POLUTAN YANG DILEPASKAN DI LINGKUNGAN

Polusi merupakan istilah yang umum didengar. Polusi udara adalah salah satu bentuk
yang sedemikian rupa mengacu pada kontaminasi udara, terlepas dari di dalam ruangan atau
di luar ruangan. Semua perubahan fisik, biologis atau kimia pada udara di atmosfer dapat
disebut sebagai polusi. Hal ini terjadi bila ada gas berbahaya, debu, asap yang masuk ke
atmosfer dan membuat tanaman, hewan dan manusia sulit untuk bertahan hidup karena udara
menjadi kotor. Sumber polusi udara umumnya berasal dari aktivitas kendaraan bermotor, asap
dari industri pabrik dan aktivitas manusia seperti pembakaran sampah, dan merokok.

Sekitar 92 % populasi dunia tinggal di tempat dengan polusi udara melampaui batas
maksimal yang ditetapkan WHO. Data ini dihasilkan dari analisis paling rinci yang dilakukan
WHO, termasuk informasi dari pengukuran satelit dan lebih dari 3.000 stasiun pemantauan di
darat. Bernafas dengan menghirup udara yang tingkat polusinya diatas ambang batas WHO
dapat menyebabkan kanker paru-paru, penyakit kardiovaskular dan stroke. Sekitar tiga juta
kematian tiap tahunnya terkait dengan polusi udara luar ruangan. Sementara polusi udara
dalam ruang, seperti asap dari kayu bakar dan tungku memasak, menjadi penyebab satu dari
tiap sembilan kematian di dunia. Jumlah korban terbesar berasal dari negara-negara di Asia
Tenggara dan Pasifik barat. Data antar negara menunjukkan bahwa Turkmenistan merupakan
negara dengan tingkat kematian tertinggi yang disebabkan oleh polusi udara luar ruang.
Sementara Tajikistan, Uzbekistan, Afghanistan dan Mesir, menduduki peringkat selanjutnya.
“Negara-negara kaya menjadi lebih baik dalam meningkatkan kualitas udara, tetapi
sebaliknya dengan negara-negara miskin. Seperti itulah tren secara keseluruhan,” ujar Carlos
Dora, perwakilan dari WHO. Meski demikian, Dora menambahkan bahwa Amerika Utara
lebih baik dalam meminimalisasi polusi udara dibandingkan dengan Eropa, sebagian besar
karena Eropa masih bergantung pada bahan bakar diesel dan praktek peternakan yang
menghasilkan amonia serta metana. Tiongkok, negara yang menduduki peringkat keenam
dalam hal tingkat kematian akibat polusi udara, relatif kaya, tetapi terkendala oleh kabut asap
di kota-kota dan polusi udara dari sumber industri. Untuk mengurangi polusi udara, WHO
merekomendasikan penggunaan alat transportasi berkelanjutan, pengelolaan sampah, dan
memanfaatkan energi terbarukan.

Nanoteknologi adalah manipulasi atau perakitan sendiri atom, molekul, atau cluster
molekul ke dalam struktur untuk menciptakan material dan perangkat dengan yang baru atau
sangat banyak sifat yang berbeda. Nanoteknologi bisa bekerja dari atas ke bawah (yang
berarti mengurangi ukuran struktur terkecil ke skala nano misalnya aplikasi fotonik di
nanoelectronics dan nanoengineering) atau bottom up (yang melibatkan manipulasi atom
individu dan molekul menjadi struktur nano dan lebih mirip kimia atau biologi).
Nanoteknologi merupakan teknologi berbasis pengelolaan materi berukuran nano atau satu
per miliar meter, merupakan lompatan teknologi untuk mengubah dunia materi menjadi jauh
lebih berharga dari sebelumnya. Dengan menciptakan zat hingga berukuran satu per miliar
meter (nanometer), sifat dan fungsi zat tersebut bisa diubah sesuai dengan yang diinginkan.
Nanoteknologi dapat digunakan untuk mendegradasi residu pestisida baik itu di air, udara
maupun di tanah melalui mekanisme fotokatalis oksida logam dengan menggunakan materi
berbahan oksida semikonduktor seperti titanium oksida (TiO2) dan Zinc oksida (ZnO).
Materi ini dapat menyerap foton dan menginisiasi proses reduksi oksidasi (redoks) sehingga
akan memecah molekul organik kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana. Melalui
proses fotokatalisis, residu pestisida dapat diubah menjadi mineral yang bermanfaat dan tidak
membahayakan lingkungan.Fotokatalisis didefinisikan sebagai suatu proses kombinasi antara
fotokimia dan katalis yaitu suatu proses transformasi kimiawi dengan melibatkan cahaya
sebagai katalisator yang akan mempercepat transformasi tersebut. Proses yang terjadi adalah
TiO2 yang diradiasi sinar ultraviolet akan menghasilkan elektron e-dan H+. Rekombinasi
keduanya pada permukaan akan tereduksi oleh racun atau kontaminan atau mikroorganisme.
e-akan berinteraksi dengan O2 menghasilkan O2-(reduksi) dan H+akan berinteraksi dengan
H2O menghasilkan OH-dan H2O (oksidasi). Daya oksidasi tersebut terbukti dapat
menghancurkan polutan dan mikroorganisme merugikan. Cara yang sama diharapkan mampu
dilakukan untuk mendegradasi polutan dari residu pestisida di lingkungan. Upaya yang
dikembangkan sebagai alternatif adalah menambahkan dopen yaitu semi konduktor yang
mempunyai celah pita (bandgap) relatif lebih lebar misalnya dengan penambahan mangan,
timah, sulfur dan nitrogen. Semi konduktor ini akan mampu mentransfer elektron menuju ke
sistem fotokatalis. Dengan cara ini materi akan memiliki kemampuan untuk menyerap cahaya
tampak akan lebih tinggi sehingga tidak terlalu tergantung pada sinar ultraviolet.

Beberapa terobosan penting telah muncul di bidang nanoteknologi. Pengembangan ini


dapat ditemukan di berbagai produk yang digunakan di seluruh dunia. Sebagai contohnya
adalah katalis pengubah pada kendaraan yang mereduksi polutan udara, devais pada
komputer yang membaca-dari dan menulis-ke hard disk, beberapa pelindung terik matahari
dan kosmetik yang secara transparan dapat menghalangi radiasi berbahaya dari matahari, dan
pelapis khusus pakaian dan perlengkapan olahraga yang dapat meningkatkan kinerja dan
performa atlit. Hingga saat ini para ilmuwan yakin bahwa mereka baru menguak sedikit dari
potensi teknologi nano.
Nanoteknologi datang dengan berbagai aspek dan salah satunya adalah kemampuan
untuk mengatasi persoalan polusi. Pertama, dengan kemajuan nanoteknologi akan
menyebabkan berkurangnya penggunaan bahan bakar pada teknologi transportasi. Akibatnya
polusi udara dari gas hidrokarbon dapat di minimalisir dan bahkan di tiadakan. Ini dapat
terjadi karena nanoteknologi akan menemukan produk baru yang sangat ringan tapi sangat
kuat untuk menggantikan baja jadi berat kendaraan yang berkurang akan mengurangi
penggunaan bahan bakar minyak 10-20 % per kilometer. Kedua, industri-industri yang
menerapkan nanoteknologi akan mengemisikan gas buangan dan limbah yang sangat sedikit
sekali. Ini terjadi karena sensitivitas fabrikasi barang berbasis nanoteknologi yang sangat
tinggi terhadap gas kotor dan limbah. Ketiga, penggunaan nanofilter akan mampu menyaring
debu-debu yang berukuran dibawah orde 1 mikron. Polusi disebabkan pengatur udara oleh
gas, debu dan partikel. Masalahnya hanya bagi debu yang berukuran dibawah 1 mikronmeter
masih lolos dari filter konvensional. Dengan menggunakan nanofilter personal ini dapat
diatasi. Keempat, pembuatan berbagai barang industri berbasis nanoteknolgi akan
memerlukan bahan yang sangat sedikit namun kualitasnya sama dengan atau lebih dari
prosduk konvensional. Kelima, solar cell yang efisiensinya tinggi akan ditemukan lewat
nanoteknologi. Solar cell ini memiliki efisiensi tinggi dan akhirnya mengurangi pemakaian
sumber energi senyawa karbon (minyak bumi dan batu bara). Keenam, penemuan bateray dan
fuel cell berkapasitas tinggi serta daya hidup lama dengan nanoteknologi akan membantu
mengurangi tekanan polusi pada konsumsi yang besar. Nanoteknologi akan menemukan
bahan-bahan elektroda yang memiliki potensial elektrokimia yang tinggi sehingga memiliki
daya hantar listrik yang tinggi karena tidak terjadi penumpukan muatan pada elektroda. Hal
ini memungkinkan pembuatan bateray berkapasitas tinggi dan berdaya hidup lama.
Sedangkan untuk saat ini telah ditemukan fuel cell berkapasitas tinggi seperti dari metanol
yang dipakai pada laptop NEC dengan lama hidup 5 jam dan tahun 2005 telah mengeluarkan
produk dengan lama hidup 40 jam. Kedua sumber energi diatas akan sangat optimal pada era
nanoteknologi dan menjadi ancaman bagi sumber energi minyak bumi dan batu bara.
Ketujuh, dengan nanoteknologi akan terjadi penghematan energi besar-besaran karena akan
dihasilkan konduktor listrik yang resistansinya 0. Bahan untuk ini adalah karbon nano tube
(CNT) yang diketahui memiliki resistansi rendah sekali. Kedelapan, penggunaan energi
hidrogen sebagai sumber energi. Penguasaan energi ini akan sangat mendorong penggunaan
hidrogen sebagai pembangkit energi baru untuk menggantikan energi dari senyawa karbon
yang ada. Nanoteknologi memang tampak sangat menolong dalam mengatasi persoalan
polusi. Masalahnya kalau Indonesia tidak menetapkan nanoteknologi pada produk-produk
industrinya maka di suatu saat, pada saat negara maju telah menguasai segalanya, Indonesia
akan mengalami kesulitan besar. Barangkali saja akan ada regulasi internasional untuk
menghentikan pabrik-pabrik yang tidak berbasis nanoteknologi karena tidak ramah
lingkungan.
Teknologi-Nano adalah pembuatan dan penggunaan materi atau devais pada ukuran
sangat kecil. Materi atau devais ini berada pada ranah 1 hingga 100 nanometer (nm). Satu nm
sama dengan satu-per-milyar meter (0.000000001 m), yang berarti 50.000 lebih kecil dari
ukuran rambut manusia. Saintis menyebut ukuran pada ranah 1 hingga 100 nm ini sebagai
skala nano (nanoscale), dan material yang berada pada ranah ini disebut sebagai kristal-nano
(nanocrystals) atau material-nano (nanomaterials). Beberapa terobosan penting telah muncul
di bidang nanoteknologi. Pengembangan ini dapat ditemukan di berbagai produk yang
digunakan di seluruh dunia. Sebagai contohnya adalah katalis pengubah pada kendaraan yang
mereduksi polutan udara, devais pada komputer yang membaca-dari dan menulis-ke hard
disk, beberapa pelindung terik matahari dan kosmetik yang secara transparan dapat
menghalangi radiasi berbahaya dari matahari, dan pelapis khusus pakaian dan perlengkapan
olahraga yang dapat meningkatkan kinerja dan performa atlit. Hingga saat ini para ilmuwan
yakin bahwa mereka baru menguak sedikit dari potensi teknologi nano.

Life cycle assesment


Life cycle assessment (LCA) adalah penilaian kuantitatif dari emisi, sumber daya
yang dikonsumsi dan dampak potensial terhadap kesehatan dan lingkungan yang dapat
dikaitkan dengan produk selama seluruh siklus hidupnya, dari ekstraksi bahan baku, konversi
bahan baku, pembuatan produk, distribusi, melalui penggunaannya dan proses akhir
kehidupan. Ini disebut sebagai pendekatan “cradle-to-grave”. Ini adalah proses kunci dalam
mendorong perbaikan lingkungan, pemeriksaan di masa depan dan menghindari "pergeseran
beban" memecahkan satu masalah sambil menciptakan yang lain, dari satu tahap dalam siklus
hidup ke siklus yang lain. Pada prinsipnya, menilai nanoteknologi dan nanoproduk
menggunakan LCA memberikan kesempatan untuk tindakan proaktif untuk mencegah atau
meminimalkan efek merugikan potensial terhadap kesehatan manusia dan lingkungan selama
siklus hidup seluruh nanoproduct tersebut. Penerapan LCA pada tahap awal pengembangan
teknologi nano mempromosikan identifikasi konsekuensi lingkungan yang serius sebelum
mereka menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Setelah
diidentifikasi, ancaman yang ditimbulkan oleh teknologi yang muncul dapat dikurangi
melalui integrasi masalah lingkungan ke dalam agenda penelitian teknis - yang disebut
integrasi enviro-teknis. Namun, produk LCA yang dilengkapi nano, dan setiap integrasi
enviro-teknis yang dihasilkan, menghadapi hambatan yang signifikan dan mengikuti
rekomendasi ini saat ini tidak praktis. Hambatan untuk LCA Nanotechnology yaitu kerangka
kerja LCA yang ada bergantung pada data inventarisasi terperinci yang dikumpulkan dalam
skala besar, menjadikannya retrospektif dan tidak memadai untuk karakteristik ketidakpastian
yang tinggi dari teknologi yang berkembang pesat. Sumber ketidakpastian khusus termasuk:
1. Ketidakpastian mengenai dampak kesehatan manusia dan ekologi dari nanomaterial
2. Ketidakpastian dalam mengekstrapolasi data persediaan skala laboratorium untuk skala
komersial
3. Memilih unit fungsional yang relevan dengan fase penggunaan nanomaterial yang
menangkap manfaat potensial nanomaterial rekayasa
Tabel 1 menunjukkan bahwa LCA teknologi nano membutuhkan pengetahuan dari berbagai
bidang studi, karena pertanyaan penelitian yang berbeda dan metode investigasi diperlukan
pada setiap tahap siklus hidup. Dengan demikian, LCA nanoteknologi tidak dapat
melanjutkan tanpa penelitian paralel dalam bidang-bidang khusus prasyarat, dan harus
menggabungkan ilmu sosial, ilmu material, dan ilmu lingkungan agar dapat diterapkan.

Anda mungkin juga menyukai