Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal,
suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan
jiwa selama ini dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif,
dan area sosiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif
dikostrukkan sebagai tahapan mulai adanya factor predisposisi, factor presipitasi
dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber
koping yang dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang dipilih oleh seorang
individu. Dari sini kemudian baru menentukan apakah perilaku individu tersebut
adaptif atau maladaptif.
Yang dimaksud dengan perilaku adaptif adalah bentuk perilaku yang masih
dapat diterima oleh norma-norma, sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku
di masyarakat. Sedangkan perilaku maladaptif adalah perilaku yang menimbulkan
gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998).
Berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa inilah yang dimaksud
dengan terapi modalitas. Suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang
bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku
maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan terapi modalitas ?
2. Apa yang dimaksud dengan terapi musik ?
3. Apa yang dimaksud dengan terapi rekreasi ?
4. Apa yang dimaksud dengan terapi kelompok ?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian terapi
modalitas dalam keperawatan jiwa pada umumnya, dan apa saja jenis terapi modalitas

1
dalam terapi kognitif serta bagaimana tujuan dan proses yang dilakukan agar
tercapainya terapis bagi klien.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Terapi Modalitas


Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di
berikan dalam upaya mengubah perilaku klien dari perilaku maladaptif menjadi
perilaku adaptif (Keliat, 2004).
Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat
mendasarkan potensi yang dimiliki klien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi
atau penyembuhannya (Sarka, 2008).
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal,
suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan
jiwa selama ini dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif,
dan area sosiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptive
dikostrukkan sebagai tahapan mulai adanya factor predisposisi, factor presipitasi
dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber
koping yang dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang dipilih oleh seorang
individu. Dari sini kemudian baru menentukan apakah perilaku individu tersebut
adaptif atau maladaptive.
Berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa inilah yang dimaksud
dengan terapi modalitas. Suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang
bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku
maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.

B. Terapi Rekreasi
1. Pengertian Terapi Resreasi
Terapi rekreasi merupakan cara baru untuk memberikan perawatan kepada
orang-orang yang menderita dari berbagai cacat dan penyakit. Terapi rekreasi
digunakan di beberapa daerah penyakit seperti Alzheimer, Parkinson, gangguan
kognitif dan neurologis

3
Terapi reakreasi ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan media
reakresi (bermain, berolahraga, berdarmawisata, menonton TV, dan sebagainnya)
dengan tujuan mengurangi keterganguan emosional dan memperbaiki prilaku
melalui diskusi tentang kegiatan reakresi yang telah dilakukan, sehingg perilaku
yang baik diulang dan yang buruk dihilangkan.
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan
pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial.
Terapi rekreasi membantu untuk menyembuhkan orang dengan cara yang
positif dan juga sebagai per umpan balik dari pasien dan penelitian, orang-orang
yang menggunakan terapi ini jarang depresi atau stres karena penyakit mereka.
2. Manfaat Terapi Rekreasi
Adapun manfaat dari terapi rekreasi khususnya untuk klien dengan gangguan
jiwa antara lain :
a. Perkembangan dan pemeliharaan kekuatan, ketahanan, toleransi kerja, dan
koordinasi.
b. Mempraktekkan pengguna gerakan volunteer maupun refleks dalam
tugas/kagiatan terarah.
c. Untuk mengeksplorasi potensi yang bersifat vocational atau melatih skill yang
dibutuhkan dalam penyesuaian kerja.
d. Meningkatkan fungsi sensasi, persepsi dan cognisi.
e. Meningkatkan keterampilan sensasi sosialisasi serta pengembangan emosi
3. Jenis Terapi Rekreasi
Jenis alat bantu yang akan digunakan sepenuhnya tergantung pada jenis terapi
rekreasi orang telah memilih. Misalnya, orang dengan masalah kognitif
dianjurkan untuk mengambil pelajaran musik. Mereka diajarkan musik dengan
bantuan alat musik seperti gitar dan piano. Namun, beberapa orang mungkin
tidak sepenuhnya cocok untuk menggunakan hal-hal ini.

Ada beberapa jenis terapi rekreasi dan beberapa yang paling populer adalah:
a. Alat bantu musik seperti gitar dan piano,
b. hewan yang membantu terapi,
c. teknik relaksasi,

4
d. mediasi,
e. spiritualitas,
f. yoga,
g. terapi bioskop,
h. berkebun
C. Terapi musik
1. Pengertian Terapi musik
Terapi music adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, tombre, bentuk dan
gaya yang di organisir sedemikian rupa hingga tercipta misik yang bermanfaat
untuk kesehatan fisik dan mental.
Terapi music adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua ornag
karena kita tidak menbutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi
alunan music. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan
kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses
emosi (system limbic). Musik sangat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik
bagi para pendengar yang mendengarakan maupun bagi pemusik yang
menggubahnya. Sasaran terapi music dalam lapangan pandang kedokteran adalah
pada perkembangan manusia sebagai suatu kesatuan yang unik dan tak
terpisahkan.
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para pendengar
yang mendengarkan maupun bagi pemusik yang menggubahnya. Sasaran terapi
musik dalam lapangan pandang kedokteran adalah pada perkembangan manusia
sebagai satu kesatuan yang unik dan tak terpisahkan.
Salah satu figur yang paling berperan dalam terapi music di awal abad ke-20
adalah Eva Vescelius yang banyak mempublikasikan terapi musik lewat tulisan-
tulisannya. Ia percaya bahwa objek dari terapi music adalah melakukan
penyelarasan atau harmonisasi terhadap seseorang melalui fibrasi. Demikian pula
dengan Margareth Anderton, seorang guru piano berkebangsaan inggris, yang
meengemukakan tentang efek alat music (khusus untk pasien dengan kendala
psikologis) karena hasil penelitiannya menunjukkan bahwa timbre (warna suara)
music dapat menimbulkan efek terapeutik.

5
Kwalitas dari music yang memiliki andil terhadap fungsi-fungsi dalam
pemgungkapan perhatian terletak pada struktur dan urutan matematis yang di
miliki, yang mampu menuju pada ketidakberesan dalam kehidupan seseorang.
Peran sertanya Nampak dalam suatu pengalaman musical seperti menyanyi,
dapat menghasilkan intergrasi pribadi yang mempersatukan tubuh, pikiran, dan
roh. Bagi penyanyi dalam sebuah kelompok, music memberikan suatu
komunikasi yang intim dan emosional antara pemimpin dan anggota kelompok
secara individu, juga antara anggota itu sendiri, dan masih terjadi ketika
hubungan antarpribadi itu menjadi terbatas atau pecah. Music dapat
mempersatukan suatu kelompok yang beraneka ragam menjadi suatu unit yang
fungsional. Fungsi music sebagai ungkapan perhatian dapat dilihat ketika music
dialami sebagai suatu pemberian dari orang-orang yang kelihatannya tidak
memiliki apa-apa.

2. Manfaat Terapi Musik


a. Relaksasi, mengistirahatkan tubuh dan pikiran
Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah
perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi musik
memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi
yang sempurna. Dalam kondisi relaksasi (istirahat) yang sempurna itu,
seluruh sel dalam tubuh akan mengalami re-produksi, penyembuhan alami
berlangsung, produksi hormon tubuh diseimbangkan dan pikiran mengalami
penyegaran
b. Meningkatkan kecerdasan.
Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensi seorang
disebut efek mozart. Hal ini telah diteliti secara ilmiah oleh frances Rauscher
et al dari Universitas California. penelitian lain juga membuktikan bahwa
masa dalam kandungan dan bayi adalah waktu yang paling tepat untuk
menstimulasi otak anak agar menjadi cerdas. Hal ini karena otak anak dalam
masa pembentukan, sehinngga sangat baik apabila mendapatkan rangsangan

6
yang positif. Ketika seorang ibu yang sedang hamil sering mendengarkan
terapi musik, janin di dalam kandungannya juga ikut mendengarkan. Otak
janin pun akan terstimulasi untuk belajar sejak dalam kandungan. Hal ini
dimaksudkan agar kelak si bayi akan memiliki tingkat intelegensia yang lebih
tinggi dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa dibesarkan tanpa
diperkenalkan pada musik.
c. Meningkatkan motivasi.
Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan
mood tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul dan segala
kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi terbelenggu,
maka semangatpun menjadi lurus, lemas, tak ada tenaga untuk beraktivitas.
Dari hasil penelitian, ternyata jenis musik tertentu bisa meningkatkan
motivasi, semangat dan meningkatkan level energi seseorang.
d. pengembangan diri.
Musik ternyata sangat berpengaruh terhadap pengembangan
seseorang. Hati-hati, karena musik yang anda dengarkan menentukan kualitas
pribadi anda. Hasil penelitian kami menunjukan bahwa orang yang punya
masasalah perasaan, biasanya cendrung mendengarkan musik yang sesuai
perasaannya. Misalnya orang yang putus cinta, mendengarkan musik atau lagu
bertema putus cinta atau sakit hati. Dan hasilnya adalah masalahnya menjadi
semakin parah. Dengan mengubah jenis musik yang didengarkan menjadi
musik yang memotivasi, dalam beberapa hari masalah perasaan bisa hilang
dengan sendirinya atau berkurang sangat banyak. Dan jika anda mau, Anda
bisa mempunyai kepribadian yang anda inginkan dengan cara mendengarkan
jenis music yang tepat
e. Meningkatkan Kemampuan Mengingat
Terapi music bisa meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan.
Hal ini bisa terjadi karena bagian otak bisa memproses music terletak
berdekatan dengan memori. Sehingga ketika seseorang melatih otak dengan
terapi music, maka secara otomatis memorinya juga ikut terlatih. Atas dasar

7
inilah terapi music banyak digunakan di sekolah-sekolah modern di Amerika
dan Eropa untuk meningkatkan prestasi akademik siswa. Sedangkan di pusat
rehabilitasi, terapi music banyak digunakan untuk menangani masalah
kepikunan dan kehilangan ingatan.
f. Kesehatan Jiwa
ilmuan Arab, Abu Nasr al-farabi (873-950M) dalam bukunya “Great
Book About Music”, mengatakan bahwa music membuat rasa tenang,
sebagai pendidikan moral, mengendalikan emosi, pengembangan spiritual,
menyembuhkan gangguan psikologis. Pernyataan itu tentu saja berdasarkan
pengalamannya dalam menggunakan music sebagai terapi. Sekarang di
zaman Modern, terapi music banyak digunakan oleh psikolog maupun
psikiater untuk mengatasi berbagai macam gangguan kejiwaan, gangguan
mental atau gangguan psikologis.
g. Mengurangi Rasa Sakit
Musik bekerja pada system saraf otonom yaitu bagian sistem saraf
yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan
fungsi otak, yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua
system tersebut bereaksi sensitive terhadap music. Ketika kita merasa sakit,
kita menjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita menegangkan
otot-otot tubuh, hasilnua secara relaks secara fisik dan mental, sehingga
membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit. Dalam proses
persalinan, terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan mengurangi
rasa sakit. Sedangkan bagi para penderita nyeri kronis akibat suatu penyakit,
terapi music terbukti membantu mengatasi rasa sakit.
h. Menyeimbangkan Tubuh
Menurut penelitian para ahli, stimulasi music membantu
menyeimbangkan organ keseimbangan yang terdapat di telinga dan otak.
Jika organ keseimbangan sehat maka kerja organ tubuh lainnya juga menjadi
lebih seimbang dan lebih sehat.
i. Meningkatkan Kekebalan Tubuh

8
Dr John Diamond dan Dr David Nobel, telah melakukan riset
mengenai efek dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka
menyimpulkan bahwa : Apabila jenis music yang kita dengar sesuai dan
dapat diterima oleh tubuh manusia, maka tubuh akan bereaksi dengan
mengeluarkan jenis hormone (serotonin) yang dapat menimbulkan rasa
nikmat dan senang sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat (dengan
meningkatnya sistem kekebalan tubuh) dan membuat kita menjadi lebih
sehat.
j. Meningkatkan Olahraga
Mendengarkan musik selama olahraga dapat memberikan olahraga
yang baik dalam beberapa cara, diantaranya meningkatkan daya tahan,
meningkatkan mood dan mengalihkan Anda dari setiap pengalaman yang
tidak nyaman selama olahraga.

D. Terapi Kelompok
1. Pengertian Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam
kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok.
2. Jenis/macam Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok terdiri dari empat jenis purwaningsih (2010).

a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi/kognitif


Merupakan terapi yang bertujuan untuk membantu pasien menstimulasi
persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptif.
b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
Merupakan terapi aktivitas yang digunakan untuk menstimulasi pada
sensasi pasien, kemudian diobservasi reaksi sensori pasien berupa
ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka dan

9
ucapan. Terapi aktivitas ini untuk menstimulasi sensori pasien yang
mengalami kemunduran fungsi sensoris.
c. Terapi aktivitas kelompok orientasi realita
Merupakan pendekatan yang dilakukan untuk mengorientasikan pasien
terhadap situasi nyata. Biasanya dilakukan pada kelompok yang
mengalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Pasien
diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar pasien yaitu diri sendiri,
orang lain yang dekat dengan pasien, lingkungan yang pernah mempunyai
hubungan dengan pasien dan waktu saat ini maupun yang lalu.
d. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
Merupakan terapi yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pasien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam
lingkungan sosial. Pasien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan
individu yang ada disekitar pasien.

3. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok


Tujuan terapi aktivitas kelompok menurut purwaningsih (2010).
a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi/kognitif
1) Meningkatkan kemampuan orientasi realita
2) Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
3) Meningkatkan kemampuan intelektual
4) Mengungkapkan perasaannya
b. Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
1) Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
a) Meningkatkan kemampuan sensori
b) Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c) Meningkatkan kesegaran jasmani
d) Mengekspresikan perasaan
2) Terapi aktivitas kelompok orientasi realita
a) Pasien mampua mengidentifikasi stimulus internal dan eksternal
b) Pasien dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan
c) Pembicaraan pasien sesuai realita
3) Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
a) Pasien mampu meningkatkan hubungan interpersonal
b) Pasien dapat memberi tanggapan terhadap orang lain
c). Pasien dapat mengungkapkan idenya dan saling bertukar persepsi
dengan orang lain
d). Pasien menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
4. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok

10
Menurut Purwaningsih (2010) Terapi Aktivitas Kelompok mempunyai
beberapa manfaat:
a. Umum
1) meningkatkankemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan baik dengan atau dari orang lain
2) melakukan sosialisasi
3) membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif
b. Khusus
1) Meningkatkan identitas diri
2) Menyalurkan emosi secara konstruktif
3) Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial
c. Rehabilitasi
1) Meningkatkan keterampilan ekspresi diri
2) Meningkatkan kemampuan sosial
3) Meningkatkan kemampuan empati
4) Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah
5. Tahapan Dalamterapi Aktivitas Kelompok
Fase-fase dalam terapi aktivitas kelompok menurut purwaningsih
(2010) adalah sebagai berikut:
a. Pre kelompok
Pada fase ini dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa
yang menjadi leader, anggota, tempat dan waktu kegiatan kelompok
dilaksanakan serta proposal lengkap dengan media apa saja yang
digunakan beserta dana yang dibutuhkan.
b. Fase awal
Pada fase awal ini ada tiga tahapan yang tejadi yaitu:
1) Orientasi yaitu anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing-
masing, leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota.
2) Konflik merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran
anggota, tugas anggotanya dan saling ketergantungan yang akan tejadi.
3) Kebersamaan yaitu anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi
masalah dan anggota mulai menemukan siapa dirinya.
c. Fase kerja
Pada fase ini kelompok sudah menjadi sebuah tim, pada fase ini
akan terjadi:
1). Fase yang menyenangkan bagi leader dan anggotannya

11
2). Perasaan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan hubungan
saling percaya yang telah terbina
3). Semua anggota bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati
4). Tanggung jawab setiap anggota sama, kecemasan menurun,
kelompok lebih stabil dan realistis
5). Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan
dan tugas kelompok dalam menyelesaikan tugasnya.
6). Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif
d. Fase terminasi
Ada 2 jenis teminasi, yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara.
Anggota kelompok mungkin akan mengalami terminasi premature, sukses
atau tidak sukses. Terminasi dapat menyebabkan kecemasa,regresi atau
kecewa. Untuk hal itu terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan
menujukkan sikap betapa bermaknnya kegiatan tersebut, menganjurkan
anggota untuk memberi umpan balik pada tiap anggota. Akhir terapi
aktivitas kelompok harus dievaluasi, bisa melalui pre atau post test.
6. Peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok
Peran perawat dalam memberikan terapi aktivitas kelompok menurut
purwaningsih (2010) sebagai berikut:
a. Tugas sebagai leader dan co leader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi
dalam kelompok,membantu kelomopok untuk menyadari dinamisnya
kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok menetapkan tujuan dan
membuat peraturan serta memimpin dan mengarahkan jalannya terapi
aktivitas kelompok.
b. Tugas sebagai fasilitator
Perawat sebagai fasilitator adalah perawat harus ikut serta dalam
kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberikan
stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya
kegiatan terapi aktivitas kelompok.

c. Tugas sebagai observer

12
Tugas seorang observer adalah mengamati serta mencatat respon pasien,
mengamati jalannya proses terapi aktivitas kelompok dan menangani
anggota kelompok yang drop out.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi modalitas merupakan jenis terapi yang digunakan untuk mengubah perilaku
maladaptif klien guna mengatasi masalah gangguan kejiwaan yang dialaminya.
B. Saran
Sampai dengan saat ini belum ada jenis terapi modalitas tunggal yang dapat

13
mengatasi semua masalah gangguan jiwa klien. Kombinasi terapi modalitas
merupakan suatu keharusan. Untuk itu perawat mempunyai peranan yang sangat
penting untuk mengkombinasikan berbagai terapi modalitas sehingga perubahan
perilaku yang dicapai akan maksimal. Untuk mencapai langkah ini tentu diperlukan
tingkatan kemampuan perawat dalam melaksanakan berbagai pendekatan/strategi
terapi modalitas ini. Belajar berkelanjutan karenanya menjadi hal yang wajib
dilakukan setiap perawat jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Guze, B., Richeimer, S., dan Siegel, D.J. (1990). The Handbook of Psychiatry.
California: Year Book Medical Publishers.
Niven, Neil. 1995. Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawat dan Profesional
Kesehatan Lain. Hal: 207. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC
Sadock, kaplan. 1997. Sinopsis Psikiatri “Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis”. Edisi ketujuh. Jilid Dua. Jakarta Barat: Binarupa Aksara.

14
Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing.
(Ed ke-7). St. Louis: Mosby, Inc.
Anonim , 2011
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/06/20/terapi-kognitif-dan-perilaku-
untuk-gangguan-panik / di akses pada 08 maret 2018 pukul 11 : 40 WIB

15

Anda mungkin juga menyukai