Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masalah gizi dapat menimbulkan suatu tidak seimbangnya tubuh
manusia dan dapat menimbulkan penyakit lainnya. Masalah gizi adalah masalah
kesehatan masyarakat. Namun penanggulannya tidak dapat dilakukan dengan
pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah
gizi adalah multi faktor, karena itu pendekatan penanggulangan harus melibatkan
berbagai sektor yang terkait.
Dan pada masalah gizi pada anemia gizi disini merupakan kondisi sakit
seseorang yang disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu: perdarahan,
kekurangan makanan yang mengandung besi, dan lain-lain.Anemia gizi defisiensi
besi dapat dilihat dari kadar Hb, dan penderita yang sering mengalaminya yaitu
pada wanita, disebabkan karena menstruasi, kehamilan dan pada bayi: karena
membutuhkan gizi zat besi yang tinggi karena proses pertumbuhan yang cepat.
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 :
935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml
darah (Price, 2006 : 256).
Dari latar belakang diatas, anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang
diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium, maka masyarakat penting untuk mengetahui tada dan gejala anemia
dan kelompok tertarik membahas mengenai anemia secara lengkap.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Anemia ?
2. Bagaimana penyebab Anemia ?
3. Apa saja gejala Anemia ?
4. Apa saja jenis-jenis Anemia ?
5. Bagaimana pencegahan Primer pada Anemia ?
6. Bagaimana pencegahan Sekunder pada Anemia ?
7. Bagaimana pencegahan Tersier pada Anemia ?
8. Bagaimana pengobatan Anemia ?

C. Manfaat Makalah
1. Mampu mempermudah penyusun dan pembaca guna memahami materi tentang
sistem imunologi dan Hematologi yang berhubungan dengan Anemia.
2. Menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa perawat tentang system
Imunologi dan Hematologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 :
935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml
darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui
anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
Anemia, dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakit kurang darah
yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih
rendah dibandingkan normal.Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan
eritrosit kurang dari 41% pada pria , maka pria tersebut dikatakan anemia.
Demikian pula pada wanita , wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari
12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37% , maka wanita itu dikatakan anemia.Berikut
ini katagori tingkat keparahan pada anemia.
1. Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.
2. Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia saedang.
3. Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.
Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah , setiap ganguan
pembentukan sel darah merah , baik ukuran maupun jumlahnya , dapat
menyebabkan terjadinya anemia.ganguan tersebut dapat terjadi ‘’pabrik’’
pembentukan sel (sumsum tulang)maupun ganguan karena kekurangan komponen
penting seperti zat besi , asam folat maupun vitamin B 12. (Soebroto Ikhsan,Cara
Mudah Mengatasi Problem Anemia,Cetakan 1, Yogyakarta 2009)

3
B. Penyebab Anemia
Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Gizi yang buruk atau
gangguan penyerapan nutrisi oleh usus. Juga adapat menyebabkan seseorang
mengal;ami kekurangan darah. Demikian juga pada wanita hamil atau menyusui,
jika asupan zat besi berkurang, besar kemungkinan akan terjadi anemia.
Pendarahan saluran pencernaan, kebocoran pada saringan darah di ginjal,
menstruasi yang berlerbihan, serta para pendonor darah yang tidak diimbangi
dengan gizi yang baik dapat mjemiliki resiko anemia.
Perdarahan akut juga dapat menyebabkan kekurangan darah. Pada saat
terjadi pendarahan yang hebat, mungkin gejala anemia belum tampak transfusi
darah merupakan tindakan penanganan terutama jika terjadi pendarahan akut.
Pendarahan teresebut biasanya tidak kita sadari. Pengeluaran darah biasanya
berlangsung sedikit demi sedikit dan dalam waktu yang lama.Berikut ini tiga
kemungkinan dasar penyebab anemia :
1. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
Bisa disebut anemia hemolitik ,muncul saat sel darah merah
dihancurkan lebih cepat dari normal (umur sel darah merah normalnya 120
hari).Sumsum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi
kebutuhan tubuh akan sel darah merah.
2. Kehilangan darah.
Kehilangan darah dapat menyebabkan anemia karena perdarahan
berlebihan,pembedahan atau permasalahan dengan pembekuan
darah.Kehilangan darah yang banyak karena menstruasi pada remaja atau
perempuan juga dapat menyebabkan anemia.Semua faktor ini akan
meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat besi ,karena zat besi dibutuhkan untuk
membuat sel darah merah baru.
3. Produksi sel darah merah yang tidak optimal.
Ini terjadi saat sumsum tulang tidak dapat membentuk sel darh merah
dalam jumpah cukup.ini diakibatkan infeksi virus,paparan terhadap kimia
beracun atau obat-obatan(antibiotic, antikejang atau obat kanker).

4
C. Gejala Anemia
Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia di antaranya:
1. Lemah ,letih,lesu ,mudah lelah dan lunglai.
2. Wajah tampak pucat.
3. Mata berkunang-kunang.
4. Sulit berkosentrasi dan mudah lupa.
5. Sering sakit.
6. Pada bayi dan batita biasanya terdapat gejala seperti kulit pucat atau
berkurangnya warna merah muda pada bibir dan bawah kuku.Perubahan ini
dapat terjadi perlahan-lahan sehingga sulit disadari.
7. Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari sel darah merah
,makaterdapat gejala lain seperyi jaundice,warna kuning pada bagian putih
mata ,pembesaran limpa dan warna urin seperti teh.

D. Jenis-jenis Anemia
1. Anemia Defisiensi zat besi
Anemia yang paling banyak terjadi adalah anemia akibat kurangnya
zat besi . Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin.Oleh sebab itu ,
ketika tubuh kekurangan zat besi , produksi hemoglobin akan menurun.
Meskipun demikian , penurunan hemoglobin sebetulnya baru akan terjadi jika
cadangan zat besi (Fe) dsala tubuh sudah benar-benar habis .Kurangnya zat
besi dalam tubuh bisa disebabkan banyak hal .Kekurangan zat besi pada bayi
mungkin disebabkan prematuritas, atau bayi tersebut lahir dari seorang ibu
yang menderita kekurangan zat besi.
Pada anak-anak mungkin disebabkan oleh asupan makanan yang
kurang mengandung zat besi . Sedangkan pada orang dewasa , kurangnya zat
besi pada prinsipnya hampir selalu disebabkan oleh pendaraah menahun atau
berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh. Faktor resiko
terjadinya anemia memang lebih besar pada perempuan di bandingkan kaum
pria .cadangan besi dalam tubuh perempuan lebih sedikit daripada pria
,sedangkan kebutuhan perharinya justru lebih tinggin .setiap harinya seorang

5
wanita akan kehilangan sekitar 1-2 mg zat besi melalui ekskresi secara normal.
pada saat mentruasi ,kehilangan zat besi bisa bartambah hingga 1 mg lagi.
Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat pada saat hamil dan
melahirkan .ketika hamil seorang ibu di tuntut untuk memenuhi kebutuhan zat
besi untuk dirinya,tetapi juga harus memenuhi kebutuhan zat besi untuk
pertumbuhan janinya.selain itu ,pendarahan saat melahirkan juga dapat
menyebabkan seorang ibu kehilangan banyak zat besi.
2. Anemia Defisiensi Vitamin C
Anemia karena kekurangan vitamin c adalah sejenis anemia yang
jarang terjadi,yang disebabkan oleh kekurangan vitamin c yang berat dalam
jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin c biasanya adalah
kurangnya asupan vitamin c dalam makanan sehari hari.
Salah satu fungsi vitamin c adalah membantu menyeret zat
besi,sehingga jika terjadi kekurangan vitamin c ,maka jumlah zat besi yang
diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia. Untuk mendiagnosa penyakit
ini dilakukan pengukuran kadar vitamin c dalam darah. Pada anemia jenis ini
sum-sum tulang menghasilkan sel darah merah berukuran kecil.
3. Anemia Makrositik
Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12
atau asam folat. Anemia ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan berukuran
besar (Makrositer) dengan kadar hemoglobin per eritrosit yang normal atau
lebih tinggi (hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau Mean Corpuscular
Volume merupakan salah satu karakteristik sel darah merah.Sekitar 90%
anemia makrositik yang terjadi adalah anemia pernisiosa. Selain menggangu
proses pembentukan sel darah merah kekurangan vitamin b12 juga
mempengaruhi sistem saraf, sehingga penderita anemia ini akan merasakan
kesemutan ditangan dan kaki ,tungkai dan kaki,dan tangan seolah mati
rasa,serta kaki dalam bergerak.gejala lain yang dapat terlihat diantaranya
adalah buta warna tertentu,termasuk warna kuning dan biru,luka terbuka
dilidah atau lidah seperti terbakar,penurunan berat badan,warna kulit menjadi
lebih gelap, linglung, depresi, penurunan fungsi intelektual.

6
Biasanya kekurangan vitamiin b12 terdiagnosis pada pemeriksaan
darah rutin untuk anemia.pada contoh darah yang diperiksadibawah mikroskop
,tampak selah merah berukuran besar .juga dapat dilihat perubahan sel darah
putih dan trombosit,terutama jika penderita anemia dalam jangka waktu yang
lama.jiika diduga terjadi kekurangan ,maka dilakukan pengukuran kadar
vitamin b12 dalam darah.
4. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh lebih
cepatdari normal.umur sel darah merah normalnya 120 hari .pada anemia
hemolitik,umur sel darah merah lebih pendek sehingga sumsum tulang
penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan sel
darah merah.
5. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah suatu penyakit keturunan
yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit, kaku, dan anemia
hemolitik kronik.pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin
(prootein pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga
mengurangi jumlah oksigen dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi
seperti sabit. sel yang berbentuk sabit akan menyumbat dan merusak pembuluh
darah terkecil dalam limpa, ginjal, otak, tulang, dan menyebabkan kurangnya
pasokan oksigen ke organ tersebut.sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat
melewati pembuluh darah, kerusakan organ, bahkan sampai pada kematian.
6. Anemia Aplastik
Merupakan jenis anemia yang berbahaya, karena dapat mengancam
jiwa. Anemia aplastik terjadi bila” pabrik” (sumsum tulang) pembuatan darah
merah terganggu. Pada anemia aplastik ,terjadi penurunan produksi sel darah
(eritrosit, leukosit dan trombosit). Anemia aplastik disebabkan oleh bahan
kimia ,obat-obatan ,virus dan terkait dengan penyakit-penyakit yang lain.

7
E. Pencegahan Primer pada Anemia
1. Pendidikan
Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan
zat besi melalui makanan Konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek
samping yang mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang
diberikan. Agar mengerti, harus diberikan pendidikan yang tepat misalnya
tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan
bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi. Asupan zat besi
dari makanan dapat ditingkatkan melalui tiga cara :
A Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori sebesar yang
semestinya dikonsumsi.
B Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan jalan
mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan
yang bisa mereduksi penyerapan zat besi.
C Peningkatan gizi berupa makan makanan yang mengandung vitamin zat
bezi, seperti sayur-sayuran (bayam, kangkung, jagung), telur, kismis.
2. Pola istirahat
Mengacu pada kegiatan/aktifitas yang mengakibatkan tubuh
mengalami/beresiko terkena anemia.menghindari kondisi dimana tubuh
mengalami gangguan pembentukan sel darah merah.dan istirahat yang
dianjurkan adalah minimal 8 jam per hari.
3. Pola Hidup
Menjaga agar sedikitnya jumlah hemoglobin dalam eritrosit. Kekurangan
hemoglobin ini menyebabkan kemampuan darah mengikat oksigen berkurang.
4. Pola Aktifitas
Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yang diperlukan
untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.Menghindari situasi
kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen. Melakukan tes
darah secara rutin untuk melihat profil darah dan mencegah terjadinya anemia.

8
5. Melakukan tes laboratorium
Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa membedakan
antara anemia biasa dengan anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin
B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0
mg/hari.

F. Pencegahan Sekunder pada Anemia


1. Pengawasan penyakit infeksi
Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak
gizi yang tidak diingini. Meskipun, jumlah episode penyakit tidak berhasil
dikurangi, pelayanan pengobatan yang tepat telah terbukti dapat menyusutkan
lama serta beratnya infeksi. Tindakan yang penting sekali dilakukan selama
penyakit berlangsung adalah mendidik keluarga penderita tentang cara makan
yang sehat selama dan sesudah sakit. Pengawasan penyakit infeksi memerlukan
upaya kesehatan seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan
dan kebersihan perorangan. Jika terjadi infeksi parasit, tidak bisa disangkal
lagi, bahwa cacing tambang (Ancylostoma dan Necator) serta Schistosoma
yang menjadi penyebabnya.
Sementara peran parasit usus yang lain terbukti sangat kecil. Ada
banyak bukti tertulis, bahwa parasit parasit dalam jumlah besar dapat
menggaggu penyerapan berbagai zat gizi. Karena itu, parasit harus
dimusnahkan secara rutin. Bagaimanapun juga, jika pemusnahan parasit usus
tidak dibarengi dengan langkah pelenyapan sumber infeksi, reinfeksi dapat
terjadi sehingga memerlukan obat lebih banyak. Pemusnahan cacing itu sendiri
dapat efektif dalam hal menurunkan parasit, tetapi manfaatnya di tingkat
hemoglobin sangat sedikit. Jika asupan zat besi bertambah, baik melalui
pemberian suplementasi maupun fortifikasi makanan, kadar hemoglobin akan
bertambah meskipun parasitnya sendiri belum tereliminasi.
2. Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi
Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses
secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai negara.

9
Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan
defisiensi zat besi.
Di negara industri, produk makana fortifikasi yang lazim adalah
tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung.
Di negara sedang berkembang lain telah dipertimbangkan untuk memfortifikasi
garam, gula, beras dan saus ikan.
3. Tranfusi Darah
Suatu tindakan medis yang bertujuan mengganti kehilangan darah
pasien. Darah yang tersimpan di dalam kantong darah dimasukan ke dalam
tubuh melalui selang infus.
4. Pemberian tablet atau suntikan zat besi
Pemberian tablet tambah darah pada pekerja atau lama suplementasi
selama 3- 4 bulan untuk meningkatkan kadar hemoglobin, karena kehidupan
sel darah merah hanya sekitar 3 bulan atau kehidupan eritrosit hanya
berlangsung selama 120 hari, maka 1/20 sel eritrosit harus diganti setiap hari
atau tubuh memerlukan 20 mg zat besi perhari. Tubuh tidak dapat menyerap
zat besi (Fe) dari makanan sebanyak itu setiap hari, maka suplementasi zat besi
tablet tambah darah sangat penting dilakukan. Suplementasi dijalankan dengan
memberikan zat gizi yang dapat menolong untuk mengoreksi keadaan anemia
gizi. Karena menurut hasil penelitian anemiagizi di Indonesia sebagian besar
disebabkan karena kekurangan zat besi.
5. Melakukan tes laboratorium
Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa membedakan
antara anemia biasa dengan anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin
B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0
mg/hari. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah.

10
G. Pencegahan Tersier pada Anemia
1. pemberian suntikan untuk menghentikan pendarahan. Pemberian suntikan
untuk menghentikan pendarahan seperti vitmin B12 atau B kompleks.
2. Mengonsumsi bahan makanan sumber utama zat besi, asam folat, vitamin B6,
dan vitamin B12 seperti daging dan sayuran sesuai kecukupan gizi yang
dianjurkan.
3. Melakukan tes laboratorium untuk mengetahui kandungan B12 dalam darah
sehingga bisa membedakan antara anemia biasa dengan anemia pernicious.
Bila ternyata kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian
asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.
4. Mengkonsumsi Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah.
5. Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Menghindari situasi
kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.

H. Pengobatan Anemia
Perlu diketahui, anemia hanyalah sebuah gejala dan menemukan
penyebabnya adalah langkah penting dalam penanganan anemia.Pada dasarnya
pengobatan akan disesuaikan dengan penyebab terjadinya anemia .

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA ANEMIA

A. Pengkajian
Untuk pengkajian data subjektik berfokus pada:
1. Biodata
a. Nama
Nama klien untuk mengenal, memanggil, dan menghindari terjadinya
kekeliruan.
b. Umur
Ditanyakan untuk mengetahui umur klien, untuk memastikan data
agar data klien lebih akurat.
c. Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan pasien / klien. Dengan diketahuinya agama pasien,
akan memudahkan perawata melakukan pendekatan di dalam melaksanakan
asuhan keperawatan.
d. Suku
Untuk mengetahui dari suku mana klien berasal dan menentukan cara
pendekatan serta pemberian asuhan.
e. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar dalam
memberikan asuhan.
f. Pekerjaan
Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien
dan apakah pekerjaan klien dapat mempengaruhi kesehatan klien / tidak.
g. Penghasilan
Untuk mengetahui status ekonomi penderita dan mengetahui pola
kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan klien.

12
h. Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal klien dan menilai apakah
lingkungan cukup aman bagi kesehatannya serta mempermudah untuk
melakukan kunjungan ulang.

2. Keluhan Utama
Ditanyakan untuk mengetahui keluhan yang dirasakan klien saat
pengkajian.

3. Riwayat Kesehatan yang Lalu


Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita klien
sebelumnya apakah klien pernah menderita penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan seperti: jantung, darah tinggi,
ginjal, kencing manis, juga pernahkah klien menderita kanker ataupun tumor,
serta untuk mengetahui apakah klien pernah dirawat di rumah sakit atau tidak.

4. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ditanyakan untuk mengetahui apakah klien sedang menderita
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan
seperti: jantung, darah tinggi, ginjal, kencing manis, juga apakah ibu sedang
menderita kanker ataupun tumor.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama:
a) Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit
menular seperti TBC, hepatitis.
b) Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan
pembekuan darah, jiwa, asma.
c) Riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan kemungkinan hamil
kembar adalah faktor ras, keturunan, umur wanita, dan paritas. Oleh karena
itu apabila ada yang pernah melahirkan atau hamil dengan anak kembar

13
harus diwaspadai karena hal ini bisa menurun pada ibu.(Manuaba,
2000:265)

6. Data Fokus Pengkajian


Menurut doengoes (2000) , asuhan keperawatan pada klien dengan
anemia pengkajiannya adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produtivitas,
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/takipnea; dispnea pada bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan
otot dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun,
postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan
keletihan.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis; perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB); angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD ; peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan
nadi melebar; hipotensi postural. Distrimia; Abnormalis EKG, mis; depresi
segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung ; murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna): pucat pada
kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar
kuku. (Catatan; pada pasien kulit hitam, pucat tampak sebagai keabu
abuan); kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang
(PA). Sklera: Biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokontriksi
kompensasi). Kuku; mudah patah, berbentuk seperti sendok (koikologikia)
(DB). Rambut; kering, udah putus, menipis; tumbuh uban secara
premature (AP).

14
c. Integritas ego
Tanda : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya : penolakan transfuse darah.
Gejala : depresi.
d. Eleminasi
Gejala : riwayat piclonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom
malabsorpsi (DB). Hematemasis, feses dengan darah segar, melena. Diare
atau konstipasi. Penurunan haluaran urine
Tanda : distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukkan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Tanda : Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat
badan.
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan
pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia
tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.
Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik :
hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang
(aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi,
tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara, sakit kepala (DB)
h. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru, napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

15
i. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau
amenore (DB), Hilang libido (pria dan wanita), Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
1. Adanya keluhan Defisiensi B12, Asam Perubahan Nutrisi
tidak nafsu makan. folat, zat besi,
2. Porsi makan kegagalan produksi
berkurang SDM, Destruksi SDM
3. Mual/muntah berlebih,
4. Penurunan berat pendarahan/hemofilia
badan
Penurunan SDM

Hb berurang

Anemia

Suplai O2 dan nutrisi


berkurang

Gastrointestinal

Penurunan kerja GI

Kerja lambung
menurun

Asam lambung naik

16
Anoreksia

Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
1. Adanya Defisiensi B12, Asam Intoleransi Aktivitas
keluhan lemas folat, zat besi,
2. Kelelahan kegagalan produksi
3. Tubuh sulit SDM, Destruksi SDM
bergerak berlebih,
4. Kekuatan otot pendarahan/hemofilia
< 5:5
Penurunan SDM

Hb berurang

Anemia

Suplai O2 dan nutrisi


berkurang

Hipoksia

Mekanisme Aerob

ATP berkurang

Kelelahan

Intoleransi Aktivitas

17
1. Klien sering Defisiensi B12, Asam Ansietas
bertanya folat, zat besi,
2. Klien tampak kegagalan produksi
gelisah SDM, Destruksi SDM
3. Tampak Cemas berlebih,
pendarahan/hemofilia

Penurunan SDM

Hb berurang

Anemia

Transfuse darah

Ketidak Nyamanan

Ansietas

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi apada anak anemia adalah
sebagai berikut :
1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya kerja lambung
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Atp berkurang
3. Ansietas/takut berhubungan dengan prosedur diagnostic/transfuse

18
D Intervensi
Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 1. Berikan konseling diet 1. untuk memastikan
Perubahan nutrisi:
pada pemberi perawatan bahwa anak
kurang dari kebutuhan
khusus mendapat suplai
tubuh berhubungan
yang adekuat
dengan menurunnya
dengan memberi
kerja lambung.
makanan yang kaya
Kriteria Hasil :
akan besi, folat dan
1. Keluarga
B12
menghubungkan
2. Berikan ASI eksklusif 2. agar pemenuhan
riwayat diet dengan
atau susu secukupnya adekuat dan
memperjelas
pada anak sebagai konsumsi susu yang
kepatuhan anak
makanan suplemen berlebih dapat
terhadap pengobatan
setelah makanan padat menurunkan
2. Anak diberikan
masukan makanan
suplemen besi yang
padat yang
dibuktikan dengan
mengandung besi,
feses yang berwarna
folat, dan B12
hijau
3. Ajarkan pada anak 3. untuk mendorong
3. Anak minum obat
tentang pentingnya anak agar patuh
dengan tepat
memakan makanan yang
mengandung besi.
4. Berikan dosis pemberian 4. untuk absorpsi
obat sesuai dengan maksimum
advice dokter
5. Berikan jus buah atau 5. karena vitamin C
preparat multivitamin memudahkan
absorpsi
6. Anjurkan keluarga untuk 6. Bahan tersebut akan
tidak memberikan menurunkan

19
konsumsi obat bersama absorpsi besi
susu atau antasida
7. Kaji karakteristik feses 7. dosis yang adekuat
akan mengubah
feses menjadi
berwarna hijau
gelap

2 1. kehilangan atau 1. menunjukkan


Intoleransi aktivitas
gangguan keseimbangan, perubahan
berhubungan dengan
gaya jalan dan neurology karena
Atp berkurang.
kelemahan otot. defisiensi vitamin
Kriteria Hasil :
B12 mempengaruhi
1. Anak bermain dan
keamanan
istirahat dengan
pasien/risiko cedera.
tenang dan
2. Observasi adanya tanda 2. merencanakan
melakukan aktivitas
kerja fisik (takikardi, istirahat yang tepat
yang sesuai dengan
takipnea, nafas pendek,
kemampuan
pusing, perubahan warna
2. Anak tidak
kulit)
menunjukkan
3. Antisipasi dan bantu 3. mencegah kelelahan
adanya kelemahan
dalam aktivitas pada anak serta
atau keletihan
kehidupan sehari-hari untuk mencegah
3. Anak menunjukkan
diluar batas toleransi anak dari rasa bosan
pernafasan,
anak dan beri aktivitas dan menarik diri
frekuensi, dan
bermain pengalihan yang
kedalaman normal,
meningkatkan istirahat
bernafas dengan
dan tenang
mudah
4. Pertahankan posisi semi 4. pertukaran udara
fowler dan berikan yang optimal dan
oksigen untuk meningkatkan

20
oksigen ke jaringan
3 Ansietas/takut 1. Menyiapkan klien untuk 1. Untuk
berhubungan dengan guna dilakukan prosedur menghilangkan
prosedur diagnostic. ansietas/ rasa takut
diagnostic/transfusi 2. Jelaskan tujuan 2. Untuk
Kriteria Hasil : pemberian komponen meningkatkan
darah pada klien pemahaman
1. Anak dan keluarga
terhadap gangguan,
menunjukkan
tes diagnostic, dan
ansietas yang
pengobatan.
minimal
2. Anak dan keluarga
menunjukkan
pemahaman tentang
gangguan, tes
diagnostic, dan
pengobatan

E. Implementasi

Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan


dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Azis Alimul, 2009).

F. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien (Potter & Perry, 2009).

21
BAB IV
PENUTUP

A Kesimpulan
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.
(Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999). Berikut ini katagori tingkat keparahan pada
anemia.: Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan, Kadar Hb 8 gram -5
gram disebut anemia saedang, dan Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia
berat. Kemungkinan dasar penyebab anemia: Penghancuran sel darah merah yang
berlebihan, Kehilangan darah, dan Produksi sel darah merah yang tidak optimal.

B Saran
Bagi pembaca dan masyarakat sebaiknya harus menjaga kesehatan
lingkungan dan makanan serta pola makan agar memenuhi kecukupan akan Fe
pada tubuh kita.Sehingga kita terjauh dari penyakit terlebih anemia yang di
sebabkan karena kurangnya zat besi untuk memproduksi darah.

22
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, EGC:
Jakarta.

Nanda.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda definisi dan Klasifikasi


2005-2006.Editor : Budi Sentosa.Jakarta:Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai