Anda di halaman 1dari 7

PRESENTASI ANTROPOLOGI : HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM

1. Pengertian Manusia
Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, manusia
adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki
3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya
dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.

 Menurut Prof Gunada dan juga Prof Gorda: Manusia adalah salah satu aspek
ciptaan Tuhan dengan tujuan akhirnya kembali kepada penciptanya. Langkah
untuk kembali kepada penciptanya adalah dengan mengikuti ajaran kitab suci
agama.

2. Manusia Menurut Hindu


 Dalam konsep Hindu, manusia pertama adalah Svambhu, yang artinya makhluk
berpikir pertama yang menjadikan dirinya sendiri.
 Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu yang artinya pikiran atau
berpikir, dalam bentuk genetif menjadi kata “manusya”, artinya ia yang berpikir
atau menggunakan pikirannya.
 Menurut konsep Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan jasmani dan jiwa
(atman) menjadikan ia secara psikopisik terus berkembang.
 Secara kosmologis, manusia ( yang berupa kesatuan jiwa badan jasmaninya )
yang sering disebut mikrokosmos ( bhuana alit ) yang merupakan perwujudan
dari makrokosmos ( bhuana agung ).
 Manusia juga dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana karena memiliki tiga
kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang menyebabkan ia
berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuan berpikir, berkata dan
berbuat, manusia melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk yang disebut
subha asubha karma. Dengan mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha
karma inilah manusia mampu menolong dirinya sendiri, mengangkat dirinya dari
kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir menjadi manusia. Dimana tidak dimiliki
oleh makhluk lain selain manusia.

3. Tanggung jawab Manusia Hindu


Tanggung jawab manusia yang beragama Hindu secara garis besarnya ada
dua yaitu:
 Tanggung jawab secara vertikal, yaitu tanggung jawab dalam hubungan
dengan Brahman/Tuhan.
 Tanggung jawab secara horizontal:
- dalam bentuk Pawongan (sesama manusia)
- dalam bentuk Palemahan ( dengan alam sekitar).
Berdasarkan tanggung jawab tersebut diatas menjadikan pandangan hidup
masyarakat Bali khususnya masyarakt Hindu berupa Tri Hita Karana, yaitu
adanya hubungan yang selaras/harmonis dengan Tuhan, hubungan
yang selaras dengan sesama manusia serta hubungan yang harmonis
dengan alam.

4. Pengertian Alam

Alam (dalam artian luas memiliki makna yang setara dengan dunia alam, dunia fisik,
atau dunia materi) mengacu kepada fenomena dunia fisik dan juga kehidupan secara
umum. Kata alam merupakan terjemahan dari bahasa Inggris "nature", yang berasal
dari kata Latin natura, atau "kualitas esensial, disposisi bawaan", dan pada zaman
dahulu, secara harfiah berarti "kelahiran".[1] Natura adalah terjemahan Latin dari
kata Yunani physis (φύσις), yang awalnya terkait dengan karakteristik bawaan yang
dimiliki tanaman, hewan, dan berbagai fitur lain di dunia.

5. Hubungan manusia dengan alam


Menurut para filsuf agama Hindu, manusia adalah bagian dari alam yang
tak terpisahkan. Manusia, seperi juga makhluk launnya, berpartisipasi dalam
karakter alam sebab segala sesuatu memanifestasikan dan
mengomunikasikan realitas Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, pemahaman
tentang manusiatak dapat dilepaskan dari pemahaman tentang Yang Maha
kuasa.Dalam manusia terdapat kekuasaan alam.
Pengamatan terhadap manusia membawa para filsuf Hindu pada
pemahaman tentang pengertian manusia dan hubungannya dengan Maha
Yang Kuasa. Mereka melihat kekuatan-kekuatan yang ada pada manusia
tidak bertindak satu persatu, melainkan pada pendukungnya. Walaupun
manusia ada kekuatan berjalan, melihat, mendengar, bercakap-cakap, dan
seterusnya. Mata tidak melihat sendiri, telinga tidak mendengar sendiri,
namun dipekerjakan oleh manusianya.Ada kesatuan dan keseluruhan pada
manusia. Jadi menurut filsuf India hubungan manusia dengan alam semesta
mengatakan bahwa segala kekuatan dengan alam semesta terdapat juga
pada manusia. Di alam ada angina, pada manusia ada nafas. Ada matahari
yang bersinar pada alam, ada mata yang bersinar pula pada manusia. Alam
mempunyai bumi dan tumbuh-tumbuhan manusia mempunyai badan. Badai
taufan pada alam dipersamakan dengan kemarahan pada manusia. Jadi
menurut filsuf hindu, manusia merupakan pengkhususan alam. Manusia
adalah alam kecil: mikrokosmos. Lalu kesimpulan mereka meloncat pada:
‘Kalau sifat-sifat alam pada manusia dan manusia adalah pengkhususan alam,
maka pusat manusia adalah juga pusat alam. “kesimpulan terakhir: “Atman
adalah Brahman dan Brahman adalah atman. Manusia dan alam bukanlah
dua hal, melainkan satu hal.Manusia dan alam adalah satu kesatuan
(Poedjawijatna dalam Takwin, 2008: 48)
Menurut filsuf India, Brahman atau Atman adalah pusat alam sekaligus
pusat manusia. Tetapi dalam diri manusia, kesadaran tentang Atman atau
Brahman terbungkus oleh empat lapisan. Semakin dalam lapisan itu, semakin
halus. Lapisan pertama adalah badan, lalu lapisan kedua adalah nafas, lapisan
ketiga adalah budi, dan lapisan keempat adalah agnosis.
Jika manusia ingin merasakan dan mengalami kesatuannya dengan
Brahman, maka ia harus merasakan kesamaannya dengan yang satu dan
yang baka. Untuk itu ia harus menyalami diri sendiri. Dalam pandangan filsuf
Hindu, barang siapa yang mengenal dirinya yang sebenarnya, melihat serta
mengetahui sungguh-sungguh, maka ia mengenal dunia. Ia mengenal atman,
oleh karenanya ia mengenal Brahman.

6. Hubungan manusia dengan alam menurut tajaran tri hita karana

Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 November 1966,
pada waktu diselenggarakan Konferensi Daerah l Badan Perjuangan Umat
Hindu Bali bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar. Konferensi tersebut
diadakan berlandaskan kesadaran umat Hindu akan dharmanya untuk
berperan serta dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat sejahtera,
adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Kemudian istilah Tri Hita Karana ini
berkembang, meluas, dan memasyarakat.
Kata Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sanskerta, dimana kata Tri artinya
tiga, Hita artinya sejahtra atau bahagia dan Karana artinya sebab atau
penyebab. Jadi Tri Hita Karana artinya tiga hubungan yang harmonis yang
menyebabkan kebahagiaan bagi umat manusia. Untuk itu ketiga hal tersebut
harus dijaga dan dilestarikan agar dapat mencapai hubungan yang harmonis.
Sebagaimana dimuat dalam ajaran Agama Hindu bahwa ” kebahagiaan dan
kesejahteraan ” adalah tujuan yang ingin dicapai dalam hidup manusia, baik
kebahagiaan atau kesejahteraan fisik atau lahir yang disebut ” Jagadhita ”
maupun kebahagiaan rohani dan batiniah yang disebut ”Moksa ”
Dalam ajaran Tri Hita Karana yang artinya tiga penyebab kebahagiaan.
Menurut Wiana (2004) bahwa hakekat Tri Hita Karana adalah sikap hidup
yang seimbang antara memuja Tuhan dengan mengabdi pada sesama
manusia serta mengembangkan kasih sayang pada alam lingkungan. Ajaran
tentang kesimbangan hidup sangat penting artinya dalam kehidupan
manusia, baik untuk menata kehidupan sekarang maupun untuk menata
kehidupan yang akan datang. Ajaran keseimbangan hidup menuntun manusia
agar memperoleh kehidupan yang aman, damai dan sejahtera.
2.2.1. Parhyangan
Parhyangan adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan (Sang Hyang
Widhi Wasa).
2.2.2. Pawongan
Pawongan adalah manusia dengan manusia. Manusia yang bersifat individu
maupun social sehingga memerlukan hubungan antara manusia yang satu
dengan yang lainnya.
2.2.3. Palemahan
Palemahan dalam arti yang luas,sebagai tempat manusia itu tinggal dan
berkembang sesuai dengan kodratnya termasuk sarwa prani.

7. Manusia dengan alam lingkungannya ( Palemahan)


Kata palemahan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Lemah”,
yang berarti lingkungan sekitar/alam semesta. Jadi, kata palemahan berarti
hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan sekitar/alam
semesta.
Manusia hidup dimuka bumi ini memerlukan ketentraman, kesejukan
,ketenangan dan kebahagiaan lahir bathin. Untuk mencapai hal tersebut
manusia tidak dapat hidup tanpa bhuwana agung(alam semesta) . manusia
hidup di alam dan hidup dari hasil alam. Hal ini yang mendasari hubungan
harmonis antara manusia dengan alam. Dengan demikian selain menjalin
hubungan yang harmonis dengan Tuhan dan sesama manusia kita juga harus
menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar/alam
semesta dengan cara menjaga lingkungan sekitar dari kerusakan.

8. Palemahan sebagai Kewajiban

Palemahan adalah kewajiban manusia untuk dapat menjaga hubungan yang


harmonis dengan lingkungannya, merupakan salah satu bagian dari Tri Hita
Karana sebagai konsep keharmonisan.

Dalam sumber kutipan Bimbingan Ketrampilan Hidup yang Berlandaskan Tri


Hita Karana, dijelaskan bahwa :
o Palemahan ini menyiratkan nilai sikap manusia belajar memahami hidup
toleran dengan lingkungannya, Seia sepenanggungan (paras - paros
salunglung sabayantaka saharpanaya),
o Tidak akan berbuat merusak, dan memporandakan alam (anuduhkna
ajnyana sandhi),
9. Pengimplementasian hubungan manusia dengan alam dalam upacara

Pengimplementasian Hubungan manusia dengan alam di dalam agama


hindu juga diwujudkan dalam berbagai upacara yang bertujuan untuk
mengharmoniskan antara hubungan manusia dengan alam, yaitu :
► Upacara Tawur Agung Labuh Gentuh :
Labuh Gentuh adalah upacara yang bertujuan untuk mencapai
sukertaning palemahan yakni lestarinya alam lingkungan, pelestarian
satwa air dalam konteks Danu Kertih yang diharapkan kelestarian
danau tetap terpelihara, air danau dan sumber air selalu tersedia, suci
dan bersih sehingga tercipta sarwa hita atau sarwa sukerta,
► Upacara Bumi Sudha :
Caru Palemahan Bumi Sudha yaitu upacara untuk mengharmoniskan
sebuah tempat atau wilayah palemahan
► Upacara Nyepi
► Upacara Tumpek Bubuh

10. Hubungan Manusia dengan alam dalam budaya kearifan lokal

► Pengertian Kearifan Lokal

Pengertian kearifan lokal dilihat dari kamus bahasa Inggris-


Indonesia, terdiri dari dua kata, yaitu kearifan (wisdom) dan lokal
(local). Lokal berarti setempat, dan wisdom sama dengan
kebijaksanaan. Dengan kata lain, dapat dipahami sebagai gagasan,
nilai, pandangan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya.

Dalam disiplin ilmu antropologi dikenal istilah lokal jenius. Lokal


jenius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh
Quaritch Wales. Para antropolog membahas secara panjang lebar
pengertian lokal jenius ini (Ayatrohedi, 1986), antara lain Haryati
Soebadio mengatakan bahwa lokal jenius adalah juga culture identity.
Identitas atau kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa
tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai
watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohedi, 1986; 18-19). Sementara
Moendardjito (Ayatrohedi 1986: 40-41) mengatakan bahwa unsur
budaya daerah potensial sebagai lokal jenius karena telah teruji
kemampuannya untuk bertahan sekarang.
► Contoh Kearifan lokal
o HOMPONGAN (Orang Rimba-Jambi): Hompongan merupakan
hutan belukar yang melingkupi kawasan inti pemukiman Orang
Rimba (di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi)
yang sengaja dijaga keberadaannya yang berfungsi sebagai
benteng pertahanan dari gangguan pihak luar.
o PAMALI MAMANCING IKAN (Desa Bobaneigo-Maluku Utara):
Pamali Mamancing Ikan merupakan aturan adat yaitu larangan
atau boboso. Pamali Mamancing Ikab ini secara yurisdiksi
terbatas pada nilai-nilai adat, dan agama, tetapi konsep
property right ini terbentuk dari pranata sosial masyarakat yang
telah berlangsung sejak lama dalam mengatur pemanfaatan
sumberdaya pesisir dan laut.
o SUBAK (Bali): Salah satu teknologi tradisional pemakaian air
secara efisien dalam pertanian dilakukan dengan cara Subak.
Lewat saluran pengairan yang ada pembagian aliran
berdasarkan luas areal sawah dan masa pertumbuhan padi
dilakukan dengan menggunakan alat bagi yang terdiri dari
batang pohon kelapa atau kayu tahan air lainnya. Kayu ini
dibentuk sedemikian rupa dengan cekukan atau pahatan dengan
kedalaman berbeda sehingga debit air yang mengalir di satu
bagian berbeda dengan debit air yang mengalir di bagian
lainnya. Kayu pembagi air ini dapat dipindah-pindah dan
dipasang diselokan sesuai dengan keperluan, yang
pengaturannya ditentukan oleh Kelihan Yeh atau petugas
pengatur pembagian air.
o BERSIH DESO (Desa Gasang-Jawa Timur): Bersih Deso (bersih
desa) adalah suatu acara adat dan sekaligus tradisi pelestarian
lingkungan yang masih dilaksanakan masyarakat Desa Gasang
sampai sekarang. Dilakukan setiap tahun pada bulan Jawa Selo
(Longkang) dipilih dari hari Jumat Pahing. Masyarakat secara
berkelompok membersihkan lingkungan masing-masing seperti
jalan, selokan umum dan sungai. Setelah selesai melaksanakan
bersih deso secara berkelompok mereka menyelenggarakan
upacara semacam “sedekah bumi” dengan sajian satu buah
buceng besar, satu buceng kecil, sayur tanpa bumbu lombok
tanpa daging, berbagai macam hasil bumi yang biasa disebut
“pala kependhem” dan “pala gumantung”.
11. Masalah Manusia dengan Alam
o Pencemaran
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,
energi dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran
juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh
kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya.[1].

Cara mengatasi pencemaran :


11.1. Mendaur Ulang
11.2. Membuang sampah pada tempatnya
11.3. Menanam pohon di sekitar rumah
11.4. Mengurangi menggunakan kendaraan bermotor

o Kerusakan Hutan
kerusakan hutan adalah berkurangnya luasan areal hutan karena
kerusakan ekosistem hutan yang sering disebut degradasi hutan
ditambah juga penggundulan dan alih fungsi lahan hutan atau
istilahnya deforestasi.

Cara mengatasi :
11.5. Menyadari masyarakat untuk tidak merusak hutan dan
merawatnya
11.6. Reboisasi
11.7. Mengurangi intensitas pengunaan kayu
o Bencana Alam
Bencana alam (bahasa Inggris: Natural disaster), adalah suatu
peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi
manusia.[1] Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung
berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan,
hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun, tornado,
kebakaran liar dan wabah penyakit.[

Anda mungkin juga menyukai