Anda di halaman 1dari 8

TUGAS DISKUSI KELOMPOK

 DISKUSI I (ANALISA SWOT)

1. Faktor – faktor apa saja yang merupakan kekuatan dan peluang dari
peminatan ibu?
Menurut pendapat kelompok kami faktor yang menjadi kekuatan
dari peminatan kami adalah keinginan untuk maju dan berkarier
kejenjang yang lebih berkualitas, kemampuan berfikir yang masih
dapat diasah, keinginan untuk dapat melakukan pengabdian diri
ke masyarakat
Menurut pendapat kelompok kami faktor yang menjadi peluang
dari peminatan kami diantaranya jenjang pendidikan yang kami
miliki cukup tinggi yaitu d4 kebidanan, mempunyai banyak rekan
sejawat yang satu pemikiran dengan kami, adanya organisasi
profesi yang menaungi kami yaitu IBI

2. Faktor – faktor apa saja yang merupakan kelemahan dan hambatan


dari peminatan ibu
Menurut pendapat kelompok kami faktor yang menjadi kelemahan
dari peminatan kami adalah sebagian dari kami sudah berumah
tangga sehingga totalitas manajemen waktu dalam peminatan
kami masih belum maksimal, sebagian dari juga masih ada yang
berusia dewasa muda yang yang masih labil
Menurut pendapat kelompok kami faktor yang menjadi hambatan
dari peminatan kami adalah biaya pelatihan penunjang profesi
kami yang cukup menguras budget

3. Bagaimana stategi mengembangkan peminatan ibu mencapai visi


atau misi
Menurut pendapat kelompok kami stategi pengembangan
peminatan mencapai visi atau misi adalah dengan cara meraih
gelar pendidikan formal setinggi – tingginya.

4. Langkah kongkret apa yang harus segera dilakukan


Menurut pendapat kelompok kami langkah kongkret yang harus
segera dilakukan adalah memenejemen waktu dan pemikiran
semaksimal mungkin, mengikuti seminar – seminar kebidanan
dan pendidikan yang sesuai dengan budget.
 DISKUSI II (PEMBELAJARAN ORANG DEWASA)

1. Jelaskan perbedaan antara pedagogy dan andragogy serta berikan


contohnya

Dari sisi siswa:


Dalam pedagogy siswa sangat tergantung pada guru, sebagai
contohnya guru mengansumsikan dirinya bahwa ia bertanggung
jawab terhadap apa yang yang dijarkannya dan bagaimana
mengajarkannya, guru juga yang mengevaluasi hasil belajar.
Sedangkan dalam andragogi siswa di ibaratkan mampu untuk
mandiri dialah yang mengarahkan dirinya untuk belajar apa dan
bagaimana, sebagai contoh siswa atau peserta didik mampu
untuk bertanggungjawab atas belajarnya sendiri, karena guru
hanya sebagai fasilitator, begitupula pada saat evaluasi siswa
diberikan peluang yang cukup besar untuk melakukan evaluasi
sendiri.

Dilihat dari sisi peran pengalaman siswa atau peserta didik:


Dalam pedagogy pengalaman guru yang lebih dominan, sebgai
contoh dalam mengikuti proses pembelajaran siswa mengikuti
aktivitas belajar dimana ia sendiri tidak banyak mengalami
sesuatu hanya menjadi peserta yang pasif,. Sedangkan
andragogy siswa atau peserta didik mengalami sesuatu secara
leluasa sebagai contoh ketika dalam sebuah pemecahan suatu
masalah pangalaman masing – masing peserta didik merupakan
sumber utama untuk mengidentifikasi penguasaan dirinya akan
suatu pemecahan masalah dan berperan sebagai salah satu
sumber belajar.

Dilihat dari segi orientasi terhadap belajar:


Dalam pedagogy pembelajaran dianggap sebagai proses
perolehan suatu pengetahuan yang telah ditentukan sebelumnya
sebagai contoh materi ajar yang digunakan telah diurutkan secara
sistematis dan logis sesuai dengan topik – topik mata ajar.
Sedangkan dalam andragogy sebaliknya peserta didik harus
memiliki keinginan untuk menguasai suatu pengetahuan/
ketrampilan tertentu, atau pemecahan masalah tertentu yang
dapat membuat ia sendiri puas, sebagai contoh mata ajar
disesuaikan dengan situasi pekerjaan atau kebutuhan nyata dari
peserta didik.

Dilihat dari motivasi belajar:


Dalam pedagogy motivasi datang secara eksternal, sebagai
contoh peserta didik dipaksa atau diwajibkan untuk mengikuti
suatu pendidikan tertentu. Sedangkan andragogy motivasi lebih
bersifat internal datang dari diri sendiri sebagai wujud dari
aktualisasi diri, penghargaan dan lain – lain.

2. Strategi atau pendekatan atau metode apa yang menurut anda cocok
dengan pembelajaran orang dewasa

Metode pemecahan masalah (problem solving))


Metode problem solving merupakan metode yang merangsang
berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas
pendapat yang disampaikan oleh siswa ini sangat tepat sekali
dengan karakteristik orang dewasa yang lebih cenderung untuk
bebas dalam mengeluarkan gagasan, tidak ingin digurui, tidak
menyukai hafalan, dan lebih mengutamakan pemecahan masalah
yang praktis. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang
siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya.
3. Buatlah satu skenario pembelajaran untuk orang dewasa yang
memenuhi prinsip – prinsip (topik atau tema berkaitan dengan
kebidanan)

Salah satu kami akan berperan sebagai pengajar atau dosen dan
lainnya menjadi peserta didik, langkah pertama yang akan
dilakukan oleh pengajar adalah membentuk sebuah kelompok
diskusi.
Memberikan sebuah kasus atau contoh permasalahan yang
sedang marak dibicarakan dimasyarakat atau di lingkungan
seperti contoh: Semakin maraknya perdagangan manusia di
Indonesia yang rata – rata korban nya adalah anak- anak dan
wanita, sebagai seorang bidan atau tenaga kesehatan di
masyarakat tindakan apa yang tepat untuk mengatasi perdangan
manusia tersebut? (dengan sebelumnya menjelaskan tentang
perdagangan manusia serta penyebab terjadinya perdagangan
manusia tersebut)
Mempersilahkan mahasiswa atau peserta didik untuk
memaparkan hasil diskusi mereka, dan kelompok lainnya
menanggapi.
Menyempurnakan jawaban dari hasil pemaparan mahasiswa atau
peserta didik, kemudian menarik sebuah kesimpulan bersama.
TUGAS INDIVIDU

INGE DEVITA FATMA


1104046

(TIGATEORI MOTIVASI BESERTA ANALISA DALAM DUNIA PENDIDIKAN)

1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)


Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya
berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki
kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti :
rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs),
tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan
intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan
akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam
berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization),
dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan
potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan
nyata.
Namun, pada tahun 1970 Maslow memmisahkan 2 kecenderungan
tingkah laku yang biasa ada dalam awal – awal aktualisasi diri menjadi
kebutuhan tersendiri. Dua kebutuhan tersebut yaitu kebutuhan kognitif dan
estetika.
 ANALISA DI DUNIA PENDIDIKAN
Menurut pendapat saya kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama
(fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan
cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan
primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi
kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan
manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan
manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia
merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu
tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental,
intelektual dan bahkan juga spiritual.
Dalam dunia pendidikan teori Maslow ini dapat diterapkan guna
menunjang terjadinya pembelajaran yang berkualitas, dimana terdapat
berbagai macam motivasi diri mulai dari kebutuhan fisiologis yang
mendasari kebutuhan sampai dengan adanya kebutuhan aktualisasi diri,
yang dapat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kualitas diri
dengan pendidikan.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih
bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi
pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan
berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.

2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)


Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai
prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa
motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang
akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan
kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan
sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau
mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan
hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai
kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar
tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang
dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri
melalui penerapan bakat secara berhasil.
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high
achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk
mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai
situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka
sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya;
dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan
mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
 ANALISA DI DUNIA PENDIDIKAN
Menurut pendapat saya teori motivasi dari Mc Clelland ini sangatlah
tepat atau cocok dengan dunia pendidikan dimana seseorang memiliki
sebuah keinginan dalam dirinya untuk mencapai sebuah prestasi tinggi
sesuai dengan keinginannya. Jika teori ini diaplikasikan oleh peserta didik
maupun dosen dalam proses pembelajaran akan sangat membantu
menciptakan kulitas pembelajaran yang sangat bermutu, karena
dorongan internal pada masing – masing individu telah menciptakan
persaingan yang ketat untuk berlomba – lomba meraih prestasi setinggi –
tingginya.

3. Teori Motivasi Douglas McGregor: Teori X, Y, dan Z


Aplikasi dari teori XYZ akan menentukan gaya kepemimpinan yang
seperti apa yang cocok dengan kondisi mental karyawan. Indikasi dari
kesesuaian cara pemimpin dalam memotivasi karyawannya akan terlihat
sebagai peningkatan kinerja dan produktivitas. Maka dari itu, teori XY dan
Z menjadi pondasi penting dalam menentukan tehnik motivasi yang tepat
bagi para karyawan.

Teori X
McGregor memaparkan teori X dengan asumsi awal bahwa karyawan
itu secara alamiah bersifat malas atau tidak menyukai pekerjaannya dan
harus dimotivasi dengan gaya kepemimpinan yang otoriter. Teori X
berfokus pada pengawasan dalam pelaksanaan prosedur standar kerja,
pengendalian aktivitas, delegasi tugas dan perintah dengan deadline
serta memastikan hasil akhir yang diberikan karyawan harus sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Teori Y
McGregor menyatakan dalam teori Y, para karyawan diasumsikan
sebagai orang yang berambisi, mau menerima tanggung jawab bahkan
mencari wewenang agar bisa bekerja secara optimal dengan potensi diri
yang dimiliki. Para karyawan dianggap secara alamiah menikmati
pekerjaan serta termotivasi sendiri berprestasi. Kreativitas, intelektualitas,
otonomi, dan keahlian yang dimiliki karyawan diapresiasi oleh manajemen
yang menggunakan teori Y dalam tehnik motivasinya. Walaupun begitu,
teori Y tetap memanfaatkan penilaian untuk remunerasi, insentif, dan
pemberian sanksi jika diperlukan.

Teori Z
Teori Z ini bukanlah ide dari Mc Gregor dan merupakan
pengembangan teori manajemen yang meneliti kesuksesan perusahaan-
perusahaan di Jepang yang ditulis oleh William Ouchi seorang profesor
terkemuka di bidang manajemen dan bisnis. Teori Z ini memandang
kebutuhan karyawan sebagai faktor pendorong motivasi kerjanya tidak
hanya sebatas pada kebutuhan fisik dan keamanan/kepastian saja.
Kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan dan pemenuhan
kebutuhan mental-emosional-sosial-spiritual karyawan sangat
diperhatikan dalam mengaplikasikan teori Z ini. Sesuai struktur yang lebih
tinggi dalam hirarki kebutuhan Maslow, teori Z memperhatikan
pemenuhan kebutuhan karyawan untuk bersosialisasi, berkelompok,
mempererat hubungan dengan sesama rekan kerja dan perusahaan,
serta menguatkan kepercayaan diri yang akhirnya mendukung aktualisasi
diri sang karyawan.

 ANALISA DI DUNIA PENDIDIKAN


Menurut pendapat saya teori motivasi dari Mc Gregor sebagian besar
lebih di aplikasikan kedalam dunia bisnis atau dalam sebuah perusahaan
dengan cara memahami karakteristik dari para karyawan dan sifat
pekerjaannya, serta jenis bisnis yang dijalankan oleh perusahaan akan
memberikan asumsi-asumsi sebagai dasar keputusan untuk
menggunakan teori motivasi yang tepat-guna, sedangkan jika di
aplikasikan di dunia pendidikan hal ini sama halnya dengan mengamati
serta memahami karakteristik dari peserta didik atau mahasiswa, dengan
harapan akan memberikan dampak motivasi bagi peserta didik untuk
lebih meningkatkan kualitas serta potensi yang ada dalam dirinya
khususnya dalam proses pembelajaran. Dan mempermudah pengajar
atau dosen untuk menentukan tindakan yang sesuai dengan dengan
karakteristik individu dalam proses pembelajaran tersebut

Anda mungkin juga menyukai