Jurnal Janateknika
Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta
Vol. 12, No. 2, Juli 2010
KUAT LEKAT TULANGAN PADA BERBAGAI
VARIASI MUTU BETON NORMAL
1
Arusmalem Ginting
2
Doni Herwindo
3
Wahyu Anggara Setiawan
1
Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Janabadra Yogyakarta
2,3
Alumni Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Janabadra Yogyakarta
INTISARI
B eton mempunyai kekuatan yang besar dalam menahan gaya tekan
(compression), namun lemah dalam menahan gaya tarik. Bagian beton yang
menahan gaya tarik akan diperkuat atau digantikan oleh baja tulangan. Baja tulangan
berfungsi untuk meningkatkan daktilitas, sehingga kapasitas beton untuk mendukung
beban menjadi meningkat. Pada waktu komponen struktur beton bertulang bekerja
menahan beban akan timbul tegangan lekat pada permukaan singgung antara batang
tulangan dengan beton. Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya kuat lekat
tersebut adalah mutu beton. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian
mengenai pengaruh mutu beton terhadap kuat lekat tulangan.
Benda uji kuat lekat pada penelitian ini berbentuk kubus dengan ukuran sisi
15 cm. Jumlah benda uji kuat lekat setiap variasi mutu beton sebanyak 2 buah. Mutu
beton yang digunakan pada penelitian ini sebanyak enam variasi. Tulangan baja ulir
D12 diletakkan di tengah tampang kubus dengan panjang penanaman (embedment
length) setinggi kubus yaitu sepanjang 15 cm. Selain pengujian kuat lekat tulangan
juga dilakukan pengujian pendahuluan yaitu pengujian kuat tekan beton dan kuat tarik
baja. Pengujian kuat tekan beton dan kuat tarik tulangan dilakukan setelah beton
berumur 28 hari.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mutu beton berpengaruh
terhadap kuat lekat tulangan. Semakin tinggi mutu beton kuat lekat tulangannya juga
semakin tinggi. Hubungan gaya cabut dengan perpanjangan tulangan linear sampai
batas tertentu dan setelah itu tidak linear lagi. Kegagalan benda uji kuat lekat yang
terjadi pada penelitian ini terjadi karena luluhnya tulangan.
I. PENDAHULUAN
Beton banyak digunakan sebagai bahan bangunan karena harganya
relatif murah, kuat tekannya tinggi, dapat dibuat sesuai dengan bentuk dan
ukuran yang diinginkan, dapat dikombinasikan dengan baja tulangan, dan
masih banyak lagi kelebihan-kelebihan yang lain. Beton mempunyai kekuatan
yang besar dalam menahan gaya tekan (compression), namun lemah dalam
menahan gaya tarik. Bagian beton yang menahan gaya tarik akan diperkuat
atau digantikan oleh baja tulangan. Baja tulangan berfungsi untuk
meningkatkan daktilitas, sehingga kapasitas beton untuk mendukung beban
menjadi meningkat.
1
Salah satu dasar anggapan yang digunakan dalam perencanaan dan
analisis struktur beton bertulang adalah lekatan (bond) antara batang
tulangan baja dengan beton yang mengelilinginya berlangsung sempurna
tanpa terjadi penggelinciran atau pergeseran. Berdasarkan atas anggapan
tersebut maka pada waktu komponen struktur beton bertulang bekerja
menahan beban akan timbul tegangan lekat pada permukaan singgung antara
batang tulangan dengan beton (Dipohusodo, 1994).
Pada pelaksanaan di lapangan sering sekali aturan-aturan mengenai
pembengkokan atau kait tulangan kurang diperhatikan. Hal ini mengakibatkan
aksi komposit antara tulangan dan beton sangat mengandalkan lekatan antara
kedua bahan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya kuat lekat
diantaranya adalah mutu beton.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai
kuat lekat tulangan pada berbagai variasi mutu beton.
2
susut pengeringan pada beton. Gesekan antara tulangan baja dan beton juga
meningkatkan tahanan terhadap gelincir. Efek total ini disebut sebagai lekatan
(bond). Kuat lekat tulangan dan beton tergantung pada faktor-faktor utama
sebagai berikut :
a. lekatan antara beton dan tulangan baja,
b. efek gripping (memegang) sebagai akibat dari susut pengeringan beton di
sekeliling tulangan,
c. tahanan gesekan terhadap gelincir dan saling mengunci pada saat
tulangan mengalami tegangan tarik,
d. efek kualitas beton dan kekuatan tarik dan tekannya,
e. efek penjangkaran ujung tulangan, dan
f. diameter, bentuk dan jarak tulangan.
Tulangan polos dapat terlepas dari beton karena terbelah di arah
memanjang bila adhesi atau perlawanan gesek cukup tinggi, atau dapat
terlepas keluar dengan meninggalkan lobang bulat di dalam beton untuk
adhesi dan tahanan gesek yang rendah. Batang tulangan berprofil
direncanakan untuk merubah pola dari perilaku dan memperkecil andalan atas
gesekan dan adhesi, dan lebih mengandalkan tahanan dari gerigi terhadap
beton. Keruntuhan lekatan (bond failure) tulangan berprofil di dalam beton
berbobot normal hampir selalu merupakan keruntuhan akibat terbelahnya
beton (Wang, 1993).
Berdasarkan SNI 03–4809–1998 cetakan benda uji kuat lekat dibuat
dari baja berbentuk kubus dengan panjang sisi 15 cm, setelah benda uji
berumur 24 jam cetakan dilepas. Setelah benda uji berumur 28 hari dilakukan
pull out test, menggunakan alat Universal Testing Machine, kecepatan
penambahan beban maksimum 22 kN/menit, kemudian dihentikan bila dicapai
titik leleh baja tulangan, beton penutup pecah atau tulangan telah bergeser
minimum 2,5 mm.
Perhitungan kuat lekat tulangan berdasarkan direct tension pullout
bond test lebih besar dari kuat lekat tulangan yang terjadi pada balok. Kuat
lekat tulangan berdasarkan direct tension pullout bond test harus direduksi
untuk memperhitungkan kuat lekat tulangan yang sesungguhnya pada balok
(Ginting, 2008).
Kuat lekat (u) antara baja tulangan dengan beton dapat dihitung
dengan Persamaan 2.3. berikut ini.
Pmax
u= (2.3)
π .d .l
dengan:
u = kuat lekat tulangan (MPa)
d = diameter tulangan (mm)
Pmax = beban tarik maksimum (N)
l = panjang tulangan tertanam (mm)
3
diperlukan oleh alat UTM, pada penelitian ini digunakan sepanjang 60 cm.
Untuk lebih jelasnya benda uji kuat lekat ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kuat tekan beton
Kuat tekan beton yang digunakan pada penelitian ini seperti pada
Tabel 4.1. berikut ini.
Dari Tabel 4.1. didapat kuat tekan beton rata-rata semua variasi pada
umur 28 hari berada antara 15 – 40 MPa sehingga beton ini termasuk beton
normal.
Dari Tabel 4.2. didapat besarnya tegangan luluh rata-rata baja ulir D12
sebesar 429,66 MPa. Diameter pengenal (dp) tulangan berprofil (ulir) dihitung
berdasarkan PBI 1971 seperti pada Tabel 4.3. berikut ini.
5
Tabel 4.3. Diameter pengenal tulangan berprofil (ulir)
Benda Berat Panjang g dp = 12,8. g dp rata-rata
Uji (kg) (m) (kg/m) (mm) (mm)
I 0,5085 0,6490 0,7835 11,33
II 0,5150 0,6475 0,7954 11,42 11,39
III 0,5200 0,6525 0,7969 11,43
Dari Tabel 4.3. didapat diameter pengenal (dp) tulangan ulir yang
dipakai pada penelitian ini adalah sebesar 11,39 mm.
800
700
600
Tegangan (MPa)
500
400
300
200
100
0
0.00 0.04 0.08 0.12 0.16
Regangan
6
Dari Tabel 4.4. dapat dilihat bahwa mutu beton berpengaruh terhadap
kuat lekat tulangan. Semakin tinggi mutu beton kuat lekat tulangannya juga
semakin tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.2.
14
12.05
12 10.91 11.17
9.83 10.36
9.47
Dari Gambar 4.2. dapat dilihat bahwa kuat lekat tulangan dari mutu
beton 15,89 MPa terus meningkat sampai mutu beton 28,35 MPa, dan pada
mutu beton 32,63 MPa kembali turun yang disebabkan oleh pecahnya
penutup beton.
Hubungan gaya cabut dengan perpanjangan tulangan dapat dilihat
pada Gambar 4.3. berikut ini.
70000
60000
50000
Beban (N)
40000
30000
20000
10000
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Perpanjangan (mm)
7
Dari Gambar 4.3. dapat dilihat bahwa hubungan gaya cabut dengan
perpanjangan tulangan linear sampai batas tertentu dan setelah itu tidak linear
lagi.
Besarnya tegangan yang terjadi pada tulangan baja akibat gaya cabut
dapat dihitung seperti ditunjukkan pada Tabel 4.5. berikut ini.
Dari Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa secara teoritis tulangan pada
semua variasi mutu beton sudah mencapai kondisi luluh karena tegangan
yang terjadi lebih besar dari tegangan luluh tulangan sebesar 429,66 MPa.
Hubungan gaya cabut dengan selip yang terjadi pada tulangan dapat
dilihat pada Gambar 4.4. berikut ini.
70000
60000
50000
Beban (N)
40000
30000
20000
10000
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60
Selip (mm)
Dari Gambar 4.4. dapat dilihat bahwa pada semua variasi mutu beton
besarnya selip tulangan yang terjadi masih kurang dari 2,5 mm, sehingga
kegagalan yang terjadi pada pengujian cabut ini bukan karena selipnya
tulangan. Besarnya selip yang terjadi masih dalam batas yang diijinkan
peraturan seperti pada SNI 03–4809–1998.
Kegagalan yang terjadi pada benda uji kuat lekat seperti ditunjukkkan
pada Gambar 4.5. berikut ini.
8
15,89 MPa 16,23 MPa 18,41 MPa
Dari Gambar 4.5. dapat dilihat bahwa kegagalan benda uji kuat lekat
pada mutu beton 15,89 MPa, 16,23 MPa, dan 18,41 MPa berupa retaknya
penutup beton dan luluhnya tulangan. Pada mutu beton 22,69 MPa dan 28,35
MPa kegagalan berupa retaknya penutup beton dan putusnya tulangan. Pada
mutu beton 32,63 MPa kegagalan berupa terbelahnya penutup beton dan
putusnya tulangan.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian dan analisis yang dilakukan pada penelitian ini
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Mutu beton berpengaruh terhadap kuat lekat tulangan.
2. Semakin tinggi mutu beton kuat lekat tulangannya juga semakin tinggi.
3. Hubungan gaya cabut dengan perpanjangan tulangan linear sampai batas
tertentu dan setelah itu tidak linear lagi.
4. Kegagalan benda uji kuat lekat terjadi karena luluhnya tulangan.
DAFTAR PUSTAKA
9
Elagroudy, H., 2003, Bond Characteristics Of Micro-Composite Multistructural
Formable Steel Used In Reinforced Concrete Structures, Master of
Science Thesis, Civil Engineering, North Carolina State University,
USA, http://www.lib.ncsu.edu/theses/available/etd-07252003-
213630/unrestricted/etd.pdf.
Ginting, A., 2008, Perbandingan Kuat Lekat Tulangan Berdasarkan Direct
Tension Pullout Bond Test Dengan Kuat Lekat Tulangan Pada Balok,
Jurnal Wahana Teknik Sipil, Volume 13, Nomor 1, Politeknik Negeri,
Semarang.
Nawy, E.G., 1998, Beton Bertulang suatu Pendekatan Dasar, Cetakan II, PT
Refika Aditama, Bandung.
Wang, C.K. dan Salmon, C.G., 1993, Desain Beton Bertulang, Edisi Ke-4, Jilid
1, Erlangga, Jakarta.
10