Anda di halaman 1dari 13

Dosen Pengampu : Hj. I.G.A.

Aju Nitya Dharmani,SST,SE,MM

DISUSUN OLEH :

ACHDA VELLANITA (01215042)

UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

2016
1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa membuat dan menyusun laporan ini
sehingga dapat selesai. Shalawat serta salam penulis tujukan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Laporan ini ada hasil survey penulis tentang salah satu usaha yang bertempat di
UMKM MERR. Usaha yang penulis survey adalah usaha dari Ibu Endang Mulyati. Beliau
menjual wader krispy. Penulis senang dapat mengenal beliau karena beliau orang yang sangat
baik dan mau berbagi ilmu dengan penulis untuk menjadi seorang wirausaha yang baik dan
jujur.
Pada akhirnya penulis berharap laporan yang penulis buat dan penulis susun
sedemikian rupa tentang hasil survey dan wawancara penulis ke salah satu usaha di UMKM
MERR, yaitu usaha Ibu Endang Mulyati ini menjadi bermanfaat bagi orang-orang yang
membacanya. Dan juga penulis mohon maaf jika ada susunan kalimat atau kesalahan-
kesalahan dalam laporan yang penulis susun ini.
Dan juga semoga laporan ini bisa memberikan inspirasi bagi banyak orang yang
membaca untuk memulai suatu usaha bisnis yang juga bermanfaat bagi orang-orang di
sekitarnya.

Surabaya, 12 April 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………...2
Daftar Isi…………………………………………………………………………………….3
BAB I
1. PENDAHULUAN………………………………………………………………4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….4
1.3 Tujuan………………………………………………………...…………4
BAB II
2. KAJIAN TEORI………………………………………………………………..5
2.1 Pentingnya Letak Usaha………………………………………………..5
2.2 Jenis Letak Perusahaan………………………………………………...6
BAB III
3. PEMBAHASAN………………………………………………………………..7
3.1 Awal Mula Bisnis BUGIT………………………………………………7
3.2 Strategi Pemasaran Usaha BUGIT……………………………………...7
3.3 Produk Yang Dikembangkan Oleh BUGIT…………………….……....8
3.4 Perkembangan Pengemasan Usaha BUGIT………………………….....9
3.5 Modal Awal Usaha BUGIT……………………………………………10
3.6 Penghasilan Yang Didapat…………………………………………….10
3.7 Fungsi Manajemen Yang Diterapkan………………………………….10

BAB IV
4. PENUTUP……………………...……………………..………………………..11
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………..11
4.2 Saran…………………………………………………………………....11
BAB V
5. LAMPIRAN……………………………………………………………………12
5.1 Dokumentasi……………………………………………………………12
BAB VI
6. DAFTAR PUSTAKA…………………………………..………………………13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era yang semakin modern ini, banyak sekali bermunculan wirausaha-
wirausaha baru dengan produk yang bervariasi baik bentuk maupun warna. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang ingin mempunyai usaha sendiri
daripada bekerja pada orang lain. Berbagai wirausahawan menjual produk-produknya
ke berbagai kota bahkan sudah ada yang sampai luar negeri. Mereka menciptakan
sebuah produk baik berupa makanan, minuman, ataupun barang yang dapat membuat
konsumen tertarik dan membeli berbagai produk yang mereka hasilkan. Salah satu
wirausaha yang penulis temui adalah Ibu Endang Mulyati. Beliau adalah pemilik
usaha dari BUGIT yang memproduksi olahan dari wader. Ibu Endang Mulyati
memulai usahanya dengan membuka sebuah warung sambelan di emperan. Dari sini
lah beliau ingin mengembangkan usahanya karena beliau melihat banyaknya
konsumen yang menyukai hasil olahan ikan wader miliknya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari Ibu Endang Mulyati mendirikan usaha BUGIT ini adalah selain
mencari keuntungan juga beliau ingin belajar bagaimana menjadi seorang wirausaha
yang baik dan jujur. Tidak hanya itu saja, Ibu Endang Mulyati ini juga mengajak
orang lain untuk bekerjasama dalam agar tidak hanya dirinya saja yang menjadi
seorang wirausaha. Beliau juga bisa membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat
mengurangi angka pengangguuran di negeri ini.

1.3 Rumusan Masalah


1.3.1 Produk apa sajakah yang di jual oleh Ibu Endang Mulyati?
1.3.2 Apa saja yang menjadi kendala selama menjalankan usaha BUGIT ini?

4
BAB II
KAJIAN TEORI

Menurut Ibu Endang Mulyati, seorang wirausaha itu harus aktif, karena ada seorang
wirausaha yang menjalankan usahanya tetapi dia masih pasif saja. Ibu Endang Mulyati tidak
ingin bahwa jika dirinya menjadi seorang wirausaha tetapi tidak aktif sama sekali. Yang
dimaksud aktif disini adalah beliau ingin mengajak orang-orang untuk berwirausaha seperti
dirinya. Jadi beliau tidak ingin hanya dirinya saja yang menjadi seorang wirausaha.
Beliau juga mengatakan ketika kita ingin membuka sebuah usaha, kita harus memiliki
niat yang kuat agar kita tidak mudah menyerah ketika di serang rasa kegagalan. Selain itu
beliau juga mengatakan bahwa jangan mudah kalah, jangan merasa kalah, dan jangan merasa
terkalahkan. Kita sebagai seorang wirausaha harus memiliki jiwa yang tidak mudah goyah.
Hal itu lah yang memotivasi Ibu Endang Mulyati dalam menjalankan usahanya selama ini.
Tidak apa apa jika gagal dalam sebuah usaha, karena bagi Ibu Endang Mulyati itu adalah
hal yang wajar dalam menjalan sebuah bisnis atau usaha.
“Bersama Itu Indah, Berkarya Itu Ibadah” - Ibu Endang Mulyati

2.1 Pentingnya Letak Usaha


Letak Usaha menjadi faktor yang penting, dimana lokasi usaha yang strategis akan
memudahkan pelanggan untuk datang ke tempat usaha tersebut. Usaha Ibu Endang
Mulyati ini berada di sentra UKM Merr yang berlokasi di Jalan Dr. Ir. H. Soekarno No.
11 Surabaya. Lokasi tersebut dianggap sangat strategis karena berada di pinggir jalan
sehingga memudahkan konsumen untuk membeli barang olahan yang dijual oleh Ibu
Endang Mulyanti. Sedangkan tempat produksinya berada di lokasi yang terpisah yaitu
berada di Jalan Sidorukun 2/4 Surabaya.
Letak perusahaan sering pula disebut Tempat Kediaman Perusahaan, yaitu tempat
dimana perusahaan melakukan kegiatannya sehari-hari. Sedangkan istilah Tempat
Kedudukan Perusahaan dapat diartikan sebagai tempat kantor pusat perusahaan. Kedua
hal tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari perusahaan, sebab salah memilih suatu
lokasi perusahaan akan mengakibatkan suatu kerugian bagi perusahaan. Seperti misalnya
harus mengadakan penempatan kembali letak perusahaan (Re Location) dan kesulitan
apabila akan mengadakan ekspansi ( Perluasan Perusahaan).
Dengan semakin tajamnya persaingan serta banyaknya perusahaan yang saat ini
bermunculan, maka pemilihan letak perusahaan ini sudah tidak mungkin dilakukan
dengan cara coba-coba. Karena dengan cara itu perusahaan akan kalah dalam bersaing.
Disamping waktu harus berpacu, juga efisiensi dibidang biaya perlu mendapat perhatian.

5
Oleh karena itu pemilihan letak perusahaan ini harus dilakukan dan diputuskan melalui
beberapa pertimbangan yang disertai fakta yang kongkrit dan lengkap. Hal itu dapat
dijalankan dengan meninjau beberapa aspek yang mempengaruhi pemilihan letak
perusahaan.
2.2 Jenis Letak Perusahaan
Ada 4 (empat) jenis letak perusahaan :
1. Letak Perusahaan yang terikat pada alam
2. Letak Perusahaan berdasarkan sejarah
3. Letak Perusahaan yang ditetapkan oleh pemerintah
4. Letak Perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi

1. Letak perusahaan yang terikat pada alam


Letak perusahaan ini sangat ditentukan oleh sumber-sumber alam, jadi tidak dapat
ditentukan manusia misalkan usaha pertanian dan pertambangan.
2. Letak Perusahaan berdasarkan sejarah
Letak perusahaan ini hanya dapat dijelaskan dengan adanya sejarah di lokasi
itu. Misalkan kerjainan batik di daerah Surakarta dan Yogyakarta, hal ini
disebabkan dulu seni membatik ini dimulai dari para wanita dalam Kraton di
kedua kota itu.
3. Letak Perusahaan yang ditetapkan oleh pemerintah
Dalam hal ini pemerintahlah yang menentukan dimana perusahaan harus
menjalankan aktivitasnya. Hal ini agar masyarakat di sekitar lokasi itu tidak
merasa terganggu karena adanya perusahaan itu. Misalnya pabrik senjata /
amunisi, peternakan babi, dan pabrik obat-obatan.
4. Letak Perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi
Bersifat industri dengan beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam
menentukan letak perusahaan :
a) Dekat dengan bahan baku
b) Dekat dengan pasar
c) Dekat dengan pemasok tenaga kerja
d) Dekat dengan penyedia sumber tenaga/energi
e) Iklim
f) Ongkos transport
g) Besarnya suplai modal

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Awal Mula Usaha BUGIT


Pemilik dari bisnis BUGIT ini adalah bernama asli Ibu Endang
Mulyati. Mengapa Ibu Endang ini memakai brand BUGIT?, itu dikarenakan
Ibu Endang ini di lingkungannya biasa dipanggil Ibu Gito. Karena itulah Ibu
Endang mengambil nama BUGIT sebagai nama brand dari produk yang beliau
hasilkan.
Awalnya dari bisnis ini dikarenakan Ibu Endang suka sekali dengan
kegiatan masak memasak. Selain itu juga awal mula bisnisnya Ibu Endang
tidak langsung menjual wader krispy, melainkan membuka warung sambel di
emperan depan Alfamart. Di warung Ibu Endang ini, beliau menjual makanan
seperti wader, ayam, aneka ikan, juga udang. Konsumen yang membeli di
warung Ibu Endang ini suka dengan wader krispy yang Ibu Endang jual. Tidak
hanya itu saja, Ibu Endang juga sering mendapat pesanan wader krispy dari
para konsumennya. Dari situ lah, Ibu Endang melihat peluang bahwa jika Ibu
Endang memulai bisnis menjual wader krispy.
Ibu Endang memulai pesanan hanya untuk ikan wader krispy saja. Ibu
Endang memulai survey dan testimoni yang pada akhirnya membuat Ibu
Endang yakin dengan bisnis wadernya ini.

3.2 Strategi Pemasaran Usaha BUGIT


Ibu Endang menawarkan wader krispynya ini di satu toko ke toko lain.
Beliau menawarkannya cash, tetapi banyak yang menawarkan konsinasi atau
penjualan titipan yaitu dimana pihak yang memiliki barang menyerahkan
sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan memberi
komisi. Ibu Endang awalnya tidak menyetujui karena keterbatasan modal,
sedangkan modal yang dibutuhkan banyak. Beliau juga mengatakan bahwa
untuk pemula memang berat.
Ibu Endang tidak menyerah begitu saja. Beliau menawarkan produk
miliknya ke beberapa instansi. Dan ternyata lampu hijau, artinya banyak yang
menyukai produk milik Ibu Endang ini. Hal itu membuat Ibu Endang berani
mengambil konsinasi dengan menggunakan sistem. Sistem Ibu Endang itu

7
dengan sistem beli putus yaitu pihak pemasok akan mengirim barang kepada
penyalur barang sesuai yang diorder dan penyalur barang akan membayar
sejumlah nominal uang sesuai yang tercantum pada nota secara penuh tanpa
potongan retur, baik tunai maupun sesuai tempo yang disepakati , tetapi
bertanggung jawab dengan expired atau kadaluwarsa dari produk miliknya.
Dari situlah bisnis Ibu Endang berjalan.
Bisnis Ibu Endang ini kemudian dibina oleh instansi kepemerintahan
seperti Disperindag, Perekonomian, Koperasi. Ibu Endang juga sering di ajak
ke pameran pameran. Ibu Endang juga sudah mempunyai legalitas yang
lengkap untuk produk miliknya. Bisnis Ibu Endang ini berkembang.
Pembelinya bukan hanya berasal dari dalam kota saja, melainkan dari luar
kota bahkan luar Jawa. Dari bisnis wader ini lah Ibu Endang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.

3.3 Produk Yang Dikembangkan Oleh BUGIT

Produk yang dihasilkan oleh brand BUGIT ini sekarang tidak hanya
wader krispy, melainkan ada juga Kronas dan Krondes yang sedang di urus
hak patennya. Berawal dari ajakan Ibu Endang kepada tetangga-tetangganya
untuk memulai usaha dengan beliau. Ketika Ibu Endang menawarkan
kerjasama, banyak tetangga yang ingin bergabung dengan brand milik Ibu
Endang yaitu BUGIT. Ibu Endang ingin para tetangganya juga memiliki usaha
dan sukses seperti dirinya karena Ibu Endang tidak ingin sukses sendiri
meliankan ingin juga mensukseskan para tetangganya. Ibu Endang juga
menawarkan kerjasama dengan catatan bahwa keuntungan di ambil oleh orang
itu sendiri, artinya keuntungan ya diperoleh tetangganya tersebut sepenuhnya
milik mereka.
Kemudian Kronas dan Krondes ini di produksi oleh para tetangganya.
Namanya cukup unik, Kronas dan Krondes. Kronas dan Krondes singkatan
dari “Kerupuk Nasional” dan “Kerupuk Olahan Desa”. Kerupuk Nasional ini
berasal dari bahan nasi. Nasi yang digunakan disini bukan dari nasi sisa
maupun nasi yang sudah basi, melainkan benar-benar dari nasi yang di masak
dengan tujuan pembuatan kerupuk. Kerupuk Nasional ini tanpa menggunakan
bahan pengawet. Selain itu Kerupuk Nasional ini menggunakan sari tepung
tapioka, sehingga pembuatannya benar-benar alami.

8
Untuk Krondes, atau singkatan dari “Kerupuk Olahan Desa” ini
bahannya berasal dari tanaman desa seperti ubi ataupun singkong. Awal mula
Krondes ini sebenarnya ketika Ibu Endang mengikuti pameran, beliau bertemu
dengan seorang wirausaha dari kota yang berbeda. Kemudian Ibu Endang
menawarkan merk Krondes ini. Orang tersebut penasaran dengan produk Ibu
Endang ini. Ketika Ibu Endang menjelaskan merk miliknya, ternyata orang
tersebut juga memiliki produk seperti itu dengan brand miliknya. Ibu Endang
tertarik dengan produk tersebut kemudian beliau menanyakan jika produk
yang ia beli dari produk tersebut kemudian ia goreng dan dikemas dengan
menggunakan merk miliknya apakah orang tersebut merasa terganggu.
Ternyata orang tersebut tidak merasa terganggu karena produk yang ia
hasilkan itu dijual dalam bentuk masih mentah sedangkan Ibu Endang
menjualnya sudah dalam bentuk yang sudah matang.
Sekarang sudah ada beberapa pos yang memproduksi Kronas dan
Krondes dengan orang-orang yang berbeda.
3.4 Perkembangan Packaging BUGIT

Proses pengemasan produk milik BUGIT ini tidak sebagus sekarang.


Awal mula membuka usaha wader krispy, pengemasannya seperti kerupuk
yang dijual seharga Rp500. Ketika itu Ibu Endang menawarkan produknya ini
ke beberapa instansi, ternyata orang-orang yang ada di dalam instansi tersebut
menyukai produk yang dijual oleh Ibu Endang. Namun beberapa orang
mengkritik tentang pengemasan yang digunakan oleh Ibu Endang ini karena
tidak sesuai dengan rasa yang di rasakan oleh pembelinya.
Dari sinilah kemudian Ibu Endang mencari solusi untuk pengemasan
yang lebih baik lagi. Ibu Endang kemudian mendatangi toko plastic dan
mencari plastic yang sekiranya tebal, kuat, dan bening. Kemudian di kemas
sedemikian rupa yang menghasilkan kemasan yang cukup menarik. Tentu saja
dengan Ibu Endang mengikuti pelatihan-pelatihan bagaimana menjadi seorang
wirausaha yang baik.
Tidak hanya sampai disitu, ada seorang pembeli dari Jakarta yang
sempat berbicara kepada Ibu Endang bahwa produk yang ia beli dari beliau itu
isinya sudah remuk tetapi masih tetap enak. Pada akhirnya Ibu Endang dan
keluarga juga tetangga dan teman-teman beliau memikirkan bagaimana

9
baiknya kemasan. Ibu Endang kemudian mempunyai ide untuk beralih ke
kemasan kardus. Akhirnya Ibu Endang membuat desain sendiri dan kemudian
ke tempat percetakan untuk mencetak hasil desainnya. Kemudian beliau
menanyakan desain dan warna yang cocok kepada suami, anak, tetangga, dan
teman-teman beliau, yang pada akhirnya membuat Ibu Endang membuat
desain pengemasannya sendiri.
3.5 Modal Awal Yang Dikeluarkan oleh BUGIT
Modal awal yang digunakan Ibu Endang untuk memulai usahanya ini
adalah Rp28.000.000. Beliau menggunakan modal tersebut untuk membeli
peralatan seperti mesin untuk pengemasan berupa spinel, membeli bahan-
bahan untuk membuat wader krispy dan lain-lain.

3.6 Penghasilan Yang Didapat


Penghasilan yang didapat oleh Ibu Endang Mulyati ini tidak menentu,
antara Rp100.000 hingga Rp3.000.000

3.7 Fungsi Manajemen Yang Diterapkan


Manajemen yang diterapkan oleh Ibu Endang ini mencakup dari
Planning, Organizing, Leading, dan Actuating. Beliau mempunyai semua
itu karena dari planning atau rencana yang beliau buat dan beliau susun
sangatlah bagus dan terstruktur. Kemudian dari segi leading, beliau juga
sangat bijaksana dalam memimpin produksi produk yang dikerjakan oleh
para tetangganya dan sangat bertanggung jawab. Dari segi organizing dan
actuating, beliau sangat terinci dan dapat mengatasi segala macam
kesalahan dan masalah yang muncul ketika produksi dan pemasarannya.

10
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ibu Endang Mulyati ini memberikan kita sebuah pembelajaran tentang
bagaimana cara kita berwirausaha yang baik. Berwirausaha yang baik itu bukan hanya
sekedar mencari keuntungan, tetapi juga belajar bagaimana selalu aktif dalam
berwirausaha. Selain itu juga Ibu Endang ini tidak pernah merasa tersaingi dengan
produk produk yang menjual sama seperti dirinya krena Ibu Endang yakin untuk
urusan rejeki ini sudah ada yang mengatur.
3.4 Saran

Beliau berpesan kepada kami bahwa untuk menjadi seorang wirausahawan


yang baik jangan pernah takut untuk mencoba danmencoba. Yang namanya kegagalan
itu pasti akan ada. Tetapi dari kegagalan itu lah kita bisa belajar untuk menjadi yang
lebih baik lagi kedepannya.
BAB V
LAMPIRAN
Dokumentasi

12
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pengantar Bisnis MURTI SUMARNI – JOHN SOEPRIHANTO


http://goklatenjualango.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-transaksi-penjualan-
putus.html?m=1

13

Anda mungkin juga menyukai