Anda di halaman 1dari 11

TENSILE TEST

1. Tujuan Percobaan
1.1. Mengetahui langkah langkah dari pengujian Tarik
1.2. Mengetahui hasil pengujian Tarik
1.3. Mengetahui sifat-sifat mekanik seperti kekuatan mulur, perpanjangan,
modulus elastisitas, reduksi penampang dan ketangguhan.
1.4. Mengetahui hubungan beban–pertambahan panjang dengan kurva
tegangan regangan.
1.5. Mengetahui hubungan kurva tegangan regangan teknik dengan tegangan
regangan sebenarnya

2. MetodePercobaan
2.1. Alat dan bahan yang digunakan
a. Spesimen
- Baja AISI 1040
- Aluminium Alloy 2024
b. Peralatan
- Mesin Tarik Wolfert Tensile – Bending dengan kapasitas
maksimal 300 kg
- Jangka Sorong dengan ketelitian 0.1 mm
- Milimeter block
- Marker
2.2. Langkah percobaan
a. Catat data mesin Tarik
b. Ukur dimensi specimen (Panjang specimen awal, gauge length awal,
diameter awal, luas specimen awal) dengan menghitung nilai rata rata
dari tiga kali pengukuran.
c. Sebelum specimen dipasang pada mesin Tarik, buatlah grip pada plain
end (shouldered end, threaded end, pin end, dan weld end) agar pada
saat ditarik specimen tidak mengalami slip
d. Spesimen dipasang pada penjepit
e. Atur skala pembebanan
f. Kertas grafik dan pena dipasang
g. Pemberian pembebanan
h. Selama penarikan, perhatikan perubahan yang terjadi pada specimen
maupun grafik (besarnya beban yield, perpanjangan saat yield, beban
maksimum, perpanjangan saat beban maksimum, beban saat patah,
dan perpanjangan saat patah ).
i. Setelah patah, specimen dilepas dari penjepit
j. Kedua bagian spesimen yang patah digabung kembali, kemudian ukur
dan catat dimensi spesimen setelah patah ( panjang spesimen akhir,
gauge length, diameter akhir, luas spesimen akhir, yield strength,
elongation, reduction area ).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

Tabel 3.1 data hasil percobaan

DATA Baja Aluminium


Sebelumpercobaan
Standar pengujian JIS Z 2241 JIS Z 2241
Standar spesimen JIS Z 2201 JIS Z 2201
Panjang spesimen awal (mm) 310 295
Gauge length awal, Lo (mm) 50.7 51.4
Diameter awal, Do (mm) 12.4 16
Luas spesimen awal, Ao (mm²) 120.7 200.96
Saat Percobaan
Beban lumer, Py (KN) 53 58.2
∆𝐿 saat yield (mm)
Beban maksimum, Pu (KN) 93 61
∆𝐿 saat patah (mm)
Sesudah Percobaan
Panjang spesimen akhir (mm) 361 303
Gauge length, L1 (mm) 55.7 52.4
Diameter akhir, D1 (mm) 9 13.8
Luas spesimen akhir, A1 (mm²) 63.6 68.3
Yield strength, 𝜎 (kg/mm²)
Elongation, 𝜀 (%) atau (mm/mm)
Reduction area, 𝜑 (%)
3.2 Contoh Perhitungan

3.2.1 Contoh Perhitungan Baja

 Skala X dan Skala Y


∆𝑙 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑡𝑎ℎ
o 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑋 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥

5
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑋 =
23.5
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑋 = 0,21

𝑈𝑇𝑆
o 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑌 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑦

93
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑌 =
56
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑌 = 1,66

 Tegangan dan Regangan Yield

o 𝜀𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 0,002 𝑥 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥


𝜀 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 0,002 𝑥
𝜀 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 0,066
o 𝜎𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑝𝑜𝑙𝑎𝑠𝑖 (𝑥1 = 0,057; 𝑥2 = 0,066; 𝑥3 =
0,115 𝑦1 = 76,169 𝑦3 = 152,338)
𝜎𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 87,9883 𝑀𝑃𝑎

 Tegangn dan Regangan teknik


𝑃𝑢
o 𝜎𝑡 = 𝐴𝑜

61
𝜎𝑡 =
68.03
N
𝜎𝑡 = 0.8966
𝑚𝑚2
ΔL
o 𝜀𝑡 = 𝐿0

1.75
𝜀𝑡 =
50.7

mm
𝜀𝑡 = 0.0345
𝑚𝑚
 Tegangan dan Regangan Sebenarnya
o 𝜎𝑠 = 𝜎𝑡 𝑥 (𝜀𝑡 + 1)
𝜎𝑠 = 0.8966 𝑥 (1.034 + 1)
𝜎𝑠 = 1.823 𝑃𝑎
o 𝜀𝑠 = ln(𝜀𝑡 + 1)
𝜀𝑠 = ln(1.034 + 1)
𝑚𝑚
𝜀𝑠 = 0.71
𝑚𝑚
 Persen Elongation
𝑙𝑓 −𝑙0
o %𝐸𝐿 = ∙ 100%
𝑙0

52.45 − 50.7
% 𝐸𝐿 = ∙ 100%
50.7
%𝐸𝐿 = 3.451 %
 Persen Reduction Area
𝐴0 −𝐴𝑓
o %𝑅𝐴 = ∙ 100%
𝐴0

120.7 − 68.03
%𝑅𝐴 = ∙ 100%
120.7
%𝑅𝐴 = 43.63%

3.2.2 Contoh Perhitungan Aluminium


 Skala X dan Skala Y
∆𝑙 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑡𝑎ℎ
o 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑋 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑥
1.05
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑋 =
16
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑋 = 0,296
𝑈𝑇𝑆
o 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑌 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑦

61
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑌 =
32
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑌 = 36.5

 Tegangan dan Regangan Yield

o 𝜀𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 0,002 𝑥 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥


𝜀𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 0,002 𝑥 0.296
𝜀𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 0,064
o 𝜎𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑝𝑜𝑙𝑎𝑠𝑖 (𝑥1 = 0,019; 𝑥2 = 0,064; 𝑥3 =
0,067 𝑦1 = 22,816 𝑦3 = 79,855)
𝜎𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 76,3 𝑀𝑃𝑎

 Tegangn dan Regangan teknik


𝑃𝑢
o 𝜎𝑡 = 𝐴𝑜

93
𝜎𝑡 =
200.96
kN
𝜎𝑡 = 0,462
𝑚𝑚2
ΔL
o 𝜀𝑡 = 𝐿0

6.7
𝜀𝑡 =
50,7

mm
𝜀𝑡 = 0.132
𝑚𝑚
 Tegangan dan Regangan Sebenarnya
o 𝜎𝑠 = 𝜎𝑡 𝑥 (𝜀𝑡 + 1)
𝜎𝑠 = 0.642𝑥 (0,132 + 1)
𝜎𝑠 = 0.72 𝑀𝑃𝑎
o 𝜀𝑠 = ln(𝜀𝑡 + 1)
𝜀𝑠 = ln(0,132 + 1)
𝑚𝑚
𝜀𝑠 = 0,123
𝑚𝑚
 Persen Elongation
𝑙𝑓 −𝑙0
o %𝐸𝐿 = ∙ 100%
𝑙0

56.7 − 51.4
% 𝐸𝐿 = ∙ 100%
50,1
%𝐸𝐿 = 10.57 %
 Persen Reduction Area
𝐴0 −𝐴𝑓
o %𝑅𝐴 = ∙ 100%
𝐴0

200.96 − 63.6
%𝑅𝐴 = ∙ 100%
200.96
%𝑅𝐴 = 68.35%

3.3 Tabel Perhitungan


Adapun hasil table perhitungan yang dilakukan pada praktikum ini
3.3.1 Tabel perhitungan dari specimen baja
Adapun table dari hasil perhitungan tensile test dari baja adalah terlampir
3.3.2 Tabel Perhitungan dari specimen alumunium dan baja
Tabel dari padanya alumunium adalah terlampir

3.3.3 Tabel Baja dan Alumunium


Berikut adalah grafik dari gabungan perhitungan baja dan alumunium
3.4 Pembahasan
3.4.1 Pembahasan Tegangan Regangan Teknik dan Sebenarnya Baja
Berdasarkan grafik pada gambar diatas didapatkan bentuk grafik yang
berbeda dari tegangan regangan teknik dan sebenarnya adalah pada tegangan
regangan teknik grafik semakin kekanan semakin naik tetapi setelah mencapai
ultimate yield stress maka akan turun kebawah, berbeda dengan stress strain pada
kenyataan yang semaki lama semakin naik ke atas, hal ini disebabkan beban
maksimal yang diterima spesimen dengan pertambahan panjang specimen sampai
mengalami patah sebesar. Sehinnga didapatkan tegangan juga tegangan sebenarnya
Terjadinya perbedaan antara tegangan teknik dengan tegangan sebenarnya
yang disebabkan pada tegangan sebenarnya pembagi dari beban adalah luas
penampang uji pada saat dibebani. Sedangkan, pada tegangan teknik pembagi dari
beban adalah luas penampang awal dari awal tarikan sampai mengalami patah.
Terjadinya perbedaan dari teori dan perhitungan adalah Karena adanya
beberapa factor yang mempengaruhi diantaranya dalah dislokasi pada setiap
material itu berbeda-beda dan tergantung tata letak kristalnya. Sehingga terjadi
beberapa kesalahan pada grafik yang sebenarnya sehingga grafik tidak turun
kebawah setelah mencapai ultimate strength point

3.4.2 Pembahasan Tegangan Regangan Sebenarnya Alumunium


Dari grafik yang telah didapatkan dari hasil pengolahan data, grafik tensile
teknik dan sebenarnya berbeda. Pada grafik tensile teknik, setelah pembenan
maksimum grafik cenderung menurun tetapi tidak terjadi pada praktikum ini
dikarenakan adalah sebab computer atau hal yang lain kurangnya kepresisian.
Sedangkan pada grafik tensile yang sebenarnya, setelah pembebanan maksimum
grafik masih naik.
Dasar teori yang menyatakan atau mendukung grafik tersebut adalah karna
material brittle mempunyai daya menyerap energy lebih kecil daripada material
yang mempunyai sifat ductility lebih tinggi, oleh Karena itu grafik stress strain dari
alumunium lebih mempunyai daerah elastis yang demikian lebih sedikit
dibandingkan daripada material stell atau baja.
Pada kasus ini material mengalami perbedaan teori dari percobaan pada saat
itu dikarenakan pengaruh suhu juga sangat berpengaru dengan adanya gaya
sehingga ultimate stress point bisa berubah-ubah.

3.4.3 Pembahasan Tegangan Regangan Teknik dan Sebenarnya Baja dan


alumunium
Berdasarkan dua grafik yang dihasilkan didapatkan bahwa grafik teknik dan
sebenarnya selalu berbeda. Grafik teknik selalu turun setelah pembebanan
maksimum sedangkan pada grafik sebenarnya masih naik setelah melewati
pembebanan maksimuum. Hal ini disebabkan oleh pembagian A0 di grafik teknik
dan juga diberi safety factor. Sedangkan pada grafik sebenarnya dibagi A pada saat
itu.
Dari grafik tersebut juga, didapatkan bahwa baja leih kuat dan tangguh. Hal
ini ditnjukkan oleh ultimate tensile stress baja yang lebi tinggi daripada ultimate
tensil stress aluminium. Dengan strain yang lebih sedikit pada grafik alumunium
itu berarti bawhwa alumunium bersifat tidak mudah mulur atau tidak bersifat elastis
sehingga.

Anda mungkin juga menyukai