Anda di halaman 1dari 3

*Catatan: Dijilid rapi dan cover mika hijau muda serta jurnal asli dilampirkan

(………..TULIS JUDUL JURNAL YANG SUDAH


DITERJEMAHKAN……..font 16)

Guna memenuhi tugas mata kuliah Analisis Makanan dan Minuman I Semester IV

Disusun oleh
NAMA: ……………………………
NIM: ……………………………
TEORI: 1 atau 2

Dosen Pengampu: Dian Kresnadipayana, S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2017
Nama – NIM
Tugas MK Analisis Makanan dan Minuman I
Dosen Pengampu Dian Kresnadipayana, S.Si., M.Si

Penulis Jurnal
Tahun 2010
Judul Jurnal Deproteinasi Techniques Rajungan Skin (Portunus pelagious) in Enzymatic by
Pseudomonas aeruginosa for Chitin Polymer Synthesis
Jumlah Halaman 12 halaman

PENDAHULUAN DAN Jurnal ini menjelaskan suatu teknik deproteinasi pada kulit rajungan secara
DASAR TEORI enzimatik dengan menggunakan bakteri Pseudomonas aeruginosa untuk membuat
polimer kitin dan deasetilasinya. Pada jurnal ini penulis memaparkan secara jelas
tentang isolasi kitin secara enzimatik, demineralisasi, depigmentasi, penentuan kondisi
optimum fermentasi, hingga penentuan kadar nitrogen.
Penulis sangat cermat dalam mengamati kondisi di daerahnya yang melimpah
akan hasil laut berupa udang dan kepiting sehingga menghasilkan banyak sekali limbah
sisPenggunaan kitin dibatasi oleh sifat-sifat yang tidak larut dan sulit dipisahkan
dengan bahan lain yang terikat terutama protein, sehingga untuk pemanfaatannya kitin
perlu
diubah terlebih dahulu menjadi kitosan.
Kitin merupakan salah satu polisakarida yang melimpah dialam selain selulosa
dan pati. Kitin adalah polimer dari N-asetilglukosamin yang terikat secara 1,4 β dengan
tingkat terasetilasi yang lebih tinggi. Sedangkan turunannya yang memiliki tingkat
terasetilasi lebih rendah disebut kitosan.
Penulis mengamati bahwa limbah hasil laut di daerahnya dapat dimanfaatkan
secara optimal karena kulit kepiting mengandung senyawa kitin yang cukup tinggi.
Penulis kemudian menyadari dan mencoba memanfaatkan limbah itu dengan optimal.
Kitin dan kitosan dinegara maju telah diproduksi secara komersial mengingat
manfaatnya di berbagai industri, seperti bidang farmasi, biokimia, bioteknologi,
kosmetika, biomedika, industri kertas, industri pangan, industri tekstil, dan lain-lain.
Pemanfaatan tersebut didasarkan atas sifat-sifatnya yang dapat digunakan sebagai
pengemulsi, koagulasi, pengkelat, dan penebal emulsi (Muzarelli, 1984).
Oleh karena itu, maka penulis melakukan penelitian dan percobaan untuk
menghasilkan kitin dan kitosan dari kulit kepiting rajungan
METODE Dalam jurnal ini penulis menjelaskan bahwa, isolasi kitin dari kulit kepiting dilakukan
dengan dua metode, yaitu metode kimia dan metode enzimatik. Pada metode kimia
dilakukan tiga tahap yang meliputi tahap pemisahan protein dengan menggunakan
larutan NaOH encer, pemisahan mineral dengan larutan asam klorida
encer, dan tahap pemutihan hasil dengan aseton. Ketiga tahap ini merupakan faktor
yang menentukan kualitas kitin.
Produksi kitin secara kimia ini dapat menimbulkan masalah pembuangan limbah
yang sangat berpengaruh pada lingkungan dan menyebabkan kitin terdepolimerisasi
sehingga rantainya menjadi lebih pendek. Wang (1997) melaporkan bahwa pembuatan
kitin secara enzimatik dapat dilakukan dengan menggunakan
bakteri Pseudomonas aeruginosa K-187 yang merupakan penghasil enzim kitinase
atau lisozim. Dengan proses fermentasi, telah ditemukan bahwa bakteri ini juga
memiliki aktivitas protease.
Pada percobaannya penulis melakukan deproteinasi kitin dari kulit kepiting
secara enzimatik menggunakan isolat Pseudomonas aeruginosa dalam medium
cair nutrient broth (NB) pada suhu ruang dengan konsentrasi substrat 5%, variasi waktu
panen, dan pH diperoleh waktu optimum 2 hari serta pH optimum 8. Untuk proses
2
demineralisasi menghasilkan rendemen sebesar 20,08% dan depigmentasi
sebesar19,52%. Sedangkan untuk pembuatan kitosan dilakukan deasetilasi kitin secara
kimia menggunakan larutan NaOH pekat 50% (1:15, w/v) pada suhu 100°C selama 6
jam (Muzarelli, 1977). Kitin dan kitosan yang diperoleh diuji kelarutannya dan
dianalisis menggunakan spektrofotometer infra merah dengan kitin dan kitosan standar
sebagai perbandingan .
Di dalam penelitiannya penulis melakukan beberapa prosedur penelitian yaitu
pengambilan sampel, isolasi kitin secara enzimatik, pembuatan media substrat
(Demineralisasi dan Depigmentasi), penyiapan medium fermentasi, pembuatan starter,
penentuan kondisi optimum fermentasi ( penentuan panen optimum dan penentuan pH
optimum ), dan pembuatan kitosan secara kimia. Adapun yang perlu diperhatikan
adalah karakterisasi kitin dan kitosan yang meliputi analisis kadar air secara gravimetri,
analisis kadar abu secara gravimetri, pengukuran spektroskopi IR, derajat deasetilasi,
dan penentuan kadar nitrogen. Subjek yang dipilih penulis dalam penelitian ini adalah
kulit kering dari kepiting rajungan ( Portunus pelagious ).
HASIL DAN Dalam penelitian ini penulis mencoba melakuakan proses pembuatan kitin dari kulit
PEMBAHASAN kepiting rajungan (Portunus pelagious) dengan menggunakan metode kombinasi No
(1989) dan Wang (1998) yang meliputi tahap demineralisasi, depigmentasi, dan
deproteinasi secara enzimatik. Untuk mengetahui adanya kitin dalam kulit kepiting
rajungan (Portunus pelagious) dilakukan uji kualitatif. Sampel ditambahkan dengan I2
dalam KI menimbulkan warna coklat, kemudian bila ditambahkan dengan
H2SO4 pekat akan menimbulkan perubahan warna dari coklat menjadi violet. Hal ini
mengindikasikan bahwa dalam kulit kepiting rajungan (Portunus
pelagious) mengandung senyawa kitin.
Dari proses demineralisasi diperoleh rendemen 30,13 g dari berat sampel awal
150g (20,08 %). Hal ini menunjukkan bahwa mineral yang dapat dipisahkan dari
sampel adalah 79,91 %. Dari proses depigmentasi didapatkan data, Dari 150 g sampel
awal diperoleh kitin seberat 29,20 g (19,52%). Proses deasetilasi dengan NaOH
menghasilkan data bahwa dari 1 g kitin diperoleh kitosan seberat 0,72 g. Dari hasil
penelitian menunjukkan kadar abu kitin 1,12 % kitin yang dihasilkan
digunakan untuk diubah menjadi kitosan, karena aktivitas proses pembentukan kitosan
ini dipengaruhi oleh adanya mineral yang dapat menganggu proses deasetilasi.
KESIMPULAN Setelah melakukan serangkain prosedur percobaan maka penulis menyimpulkan
bahwa Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Kombinasi antara metode No (1989) dan Wang (1998) dapat digunakan untuk
deproteinasi
polimer kitin dari kulit rajungan (Portunus pelagious)dengan menggunakan bakteri
Pseudomonas aeruginosa.
2. N,N-dimetilasetamida dan LiCl 10% merupakan pelarut efektif untuk melarutkan kitin,
hal
ini terbukti dengan diperolehnya waktu panen optimum 2 hari dan pH optimum 8 yang
menghasilkan produk terbanyak.
3. Deproteinasi kitin dari kulit rajungan (Portunus pelagious) menghasilkan rendemen
sebesar
93,33% dengan persen protein yang hilang 6,67%, derajat deasetilasi 38,8%, kadar air
2,84%, kadar abu 1,12%, dan kadar nitrogen 1,17%.

PARAF DOSEN NILAI

Anda mungkin juga menyukai