KELOMPOK 5
2-ANALIS KIMIA
Ahya Sularasa 161431001
Aprilia Yean Wisaka 161431005
Sarah Fauziah 161431026
B. DASAR TEORI
1. Spektrofotometri
Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk menetapkan kadar
campuran senyawa obat dalau suatu bentuk sediaan tertentu (misalnya tablet,
sirup, atau bentuk sediaan yang lain) secara simultan tanpa perlu melakukan
pemisahan menjadi komposisi tunggalnya terlebih dahulu. Syaratnya, semua
bahan aktif dalam sediaan tersebut mempunyai gugus kromofor yang dapat
berinteraksi dengan energi dari radiasi elektromagnetik pada daerah UV-Vis.
Metode penetapan kadar secara simultan ini dilakukan dengan
memanfaatkan data panjang gelombang maksimum, besaran E1%1cm dan
absortovitas molar yang nilainya spesifik untuk setiap kromofor senyawa obat.
Pada satu daerah panjang gelombang, serapan cahaya dari dua buah kromofor
yang berbeda akan mempunyai kekuatan-serap yang berbeda pula. Dengan
demikian, jika diasumsikan satu sediaan obat mengandung dua bahan aktif
dengan panjang gelombang maksimum yang berbeda, maka penentuan
kadarnya dapat dilakukan dengan mengukur absorbansi larutan uji pada dua
panjang gelombang tersebut. Dengan cara ini, akan didapatkan dua persamaan
matematis yang menyatakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi.
Dari hukum Lambert-Beer, diketahui bahwa absorbansi A akan
berbanding lurus dengan absorptivitas molar (ε), tebal kuvet (b) dan
konsentrasi (C). Jika dua larutan diukur menggunakan kuvet yang sama, maka
nilai b-nya akan sama, sehingga persamaan Lambert-Beer A = ε . b. C dapat
disederhakan menjadi A = ε . C
Alat Bahan
- Mortir + Stamper - Sampel obat yang mengandung
- Spatula parasetamol dan kafein
- Labu takar 250 ml dan 50 ml - Larutan standard parasetamol
- Gelas kimia 100 ml - Larutan standard kafein dalam
- Pipet ukur 25 ml dan 1 ml kloroform
- Bola hisap - Larutan standard kafein dalam
- Pipet tetes HCl 0,1 N
- Botol Semprot - Larutan dapar asetat pH 5
- Neraca analitik - Kloroform
- Spektrofotometer UV - Etanol
- Kuvet - HCl 0,1 N
- Batang pengaduk
- Kertas hisap, lensa, tisu,
timbang
- Lap
- Corong gelas
Sampel (tablet)
Haluskan
E. DATA PENGAMATAN
Sampel : Paramex
Kandungan parasetamol dalam 1 tablet sampel : 250 mg
Kandungan kafein dalam 1 tablet sampel : 50 mg
Berat utuh sampel satu tablet : 0,7294 gram
Berat sampel yang ditimbang : 0,0258 gram
Volume awal pelarutan sampel : 250 ml dapar asetat
Faktor pengenceran sampel : 2,86 kali (memipet 17,5
ml dalam labu 50 ml)
Konsentrasi larutan standard parasetamol : 20 ppm
Konsentrasi larutan standard kafein (kloroform) : 5 ppm
Konsentrasi larutan standard kafein (HCl 0,1 N) : 4 ppm
F. PENGOLAHAN DATA
1. Pembuatan larutan standar
Parasetamol dalam etanol
Konsentrasi larutan induk (C1) : 1000 ppm
Volume larutan induk yang dipipet (V1) : 1 ml
Volume labu takar (V2) : 50 ml
Konsentrasi larutan standar (C2) :
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x C1
C2 =
V2
1 𝑚𝑙 𝑥 1000 𝑝𝑝𝑚
C2 =
50 𝑚𝑙
C2 = 20 ppm
Kafein dalam kloroform
Konsentrasi larutan induk (C1) : 1000 ppm
Volume larutan induk yang dipipet (V1) : 0,25 ml
Volume labu takar (V2) : 50 ml
Konsentrasi larutan standar (C2) :
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x C1
C2 =
V2
0,25 𝑚𝑙 𝑥 1000 𝑝𝑝𝑚
C2 =
50 𝑚𝑙
C2 = 5 ppm
Kafein dalam HCl 0,1 N
Konsentrasi larutan induk (C1) : 1000 ppm
= 8,84 mg
8,84 𝑚𝑔
Konsentrasi parasetamol dalam 250 mL = 𝑥 1000
250 𝑚𝐿
= 35,36 ppm
Kafein
50 𝑚𝑔
Kadar kafein dalam 25,8 mg sampel = x 25,8 mg
729,4 𝑚𝑔
= 1,77 mg
1,77 𝑚𝑔
Konsentrasi kafein dalam 250 mL = 𝑥 1000
250 𝑚𝐿
= 7,08 ppm
A = Absorbansi
a = absorptivitas
b = tebal kuvet
C = konsentrasi
9,52 𝑚𝑔
= 𝑥 100
8,84𝑚𝑔
2,92 𝑚𝑔
= 𝑥 100
1,77 𝑚𝑔
= 165 % (% kesalahan = 65 %)
Parasetamol dan Kafein dalam HCl 0,1 N
Absorbansi
Larutan
249,5 𝑛𝑚 273,0 𝑛𝑚
Standar parasetamol 20 ppm 1,244 0,247
Standar kafein (HCl) 4 ppm 0,038 0,110
A = Absorbansi
a = absorptivitas
b = tebal kuvet
C = konsentrasi
Eliminasi menjadi :
= 67 % (% kesalahan = 33 %)
9,37 𝑚𝑔
= 𝑥 100
1,77 𝑚𝑔
Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan kadar parasetamol dan kafein
pada sampel Paramex (mengandung 250 mg parasetamol dan 50 mg kafein dalam
satu tablet) secara simultan berdasarkan metode spektrofotometri. Alat yang
digunakan pada praktikum ini yaitu spektrofotometer UV Shimadzu.
H. KESIMPULAN
- Panjang gelombang maksimum parasetamol adalah 249,5 nm.
- Panjang gelombang maksimum kafein dalam HCl dan kloroform secara
berurutan adalah 273 nm dan 277,5 nm
- Pada persamaan parasetamol-kafein (kloroform) diperoleh kadar parasetamol
dan kafein dalam 0,0258 gram sampel berturut-turut yaitu 9,52 mg (13,31
ppm) dan 2,92 mg (4,09 ppm)
- Persentase kadar parasetamol dalam 0,0258 gram sampel secara percobaan
terhadap kadar teoritis = 107,70 % (Kesalahan : 7,70 %) sedangkan
persentase kadar kafein (kloroform) yaitu 165% (Kesalahan : 65 %)
- Pada persamaan parasetamol-kafein (HCl 0,1N) diperoleh kadar parasetamol
dan kafein dalam 0,0258 gram sampel berturut-turut yaitu 6,01 mg (8,41
ppm) dan 9,37 mg (13,11 ppm)
- Persentase kadar parasetamol dalam 0,0258 gram sampel secara percobaan
terhadap kadar teoritis = 67% (Kesalahan : 33%) sedangkan persentase kadar
kafein (HCl 0,1N) yaitu 529,38% (Kesalahan : 428,38 %)
- Perhitungan terhadap standar kafein dalam kloroform memperoleh hasil yang
mendekati teoritis dibandingkan standar kafein dalam HCl
Gunawan, Sulistia Gan dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI
Roth, H., G. Blasshe. 1995. Farmasi Analysis. Terjemahan S. Kisman dan S.
Ibrahim. Cetakan II. Yogyakarta : Gajah Mada Univ. Press.
Siswandono dan Soekardjo, B. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya : Airlangga
University Press.
Sudjadi dan Abdul Rohman. 2008. Analisis Obat. Yogyakarta : Gajah Mada
Universtity Press
Wilson and Gisvold. 1982. Kimia Farmasi dan Medisinal Organik. Penerjemah
Achmad Mustofa Fatah. Semarang : IKIP Semarang.