Anda di halaman 1dari 4

UU Jasa Konstruksi No 12 Tahun 2017 yang baru disahkan ini terdiri dari 14 Bab dan 106 pasal

telah melalui harmonisasi dengan peraturan sektor lain, seperti UU Nomor 11/2014 tentang
Keinsinyuran, UU Nomor 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, UU Nomor 11/2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, UU Nomor 23/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
aturan terkait lainnya.

Menurutnya, tantangan kedepan terhadap perkembangan jasa konstruksi mendorong


dilakukannya revisi RUU, mengingat industri konstruksi Indonesia yang sangat dinamis dan
perlu adanya pengaturan terhadap rantai pasok, system delivery dalam sistem pengadaan barang
dan jasa serta mutu konstruksi.

Sementara itu Ketua Komisi V DPR RI, Fary Djemy Francis mengatakan bahwa RUU Jasa
Konstruksi yang menjadi inisiatif DPR RI telah dibahas bersama pemerintah sejak 27 Februari
2016 dan pemerintah telah menyampaikan 905 Daftar Inventaris Masalah (DIM). Kemudian
dilanjutkan dengan Rapat Panitia Kerja (Panja) dan Tim Perumus (Timus) secara intensif serta
menghasilkan rumusan yang disepakati bersama pemerintah.

Substansi Penting UU Jasa Konstruksi

Yasonna menegaskan bahwa RUU Jasa Konstruksi ini tidak lagi berorientasi hanya kepada
urusan bidang PUPR tetapi mencakup penyelenggaraan pekerjaan konstruksi di Indonesia secara
utuh.

Ia menyampaikan bahwa ada beberapa substansi penting dalam UU Jasa Konstruksi yang
disepakati antara Pemerintah dan DPR-RI, antara lain

1. Adanya pembagian peran berupa tanggung jawab dan kewenangan antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan jasa konstruksi;
2. Menjamin terciptanya penyelenggaraan tertib usaha jasa konstruksi yang adil,
sehat dan terbuka melalui pola persaingan yang sehat;
3. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan jasa konstruksi
melalui kemitraan dan sistem informasi, sebagai bagian dari pengawasan
penyelenggaraan jasa konstruksi;
4. Lingkup pengaturan yang diperluas tidak hanya mengatur usaha jasa konstruksi
melainkan mengatur rantai pasok sebagai pendukung jasa konstruksi dan usaha
penyediaan bangunan;
5. Adanya aspek perlindungan hukum terhadap upaya yang menghambat
penyelenggaraan jasa konstruksi agar tidak mengganggu proses pembangunan.
Perlindungan ini termasuk perlindungan bagi pengguna dan penyedia jasa dalam
melaksanakan pekerjaan konstruksi. Pada RUU tentang Jasa Konstruksi yang baru tidak
terdapat klausul kegagalan pekerjaan konstruksi hanya ada klasul kegagalan bangunan.
Hal ini sebagai perlindungan antara pengguna dan penyedia jasa saat melaksanakan
pekerjaan konstruksi;
6. Perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia dalam bekerja di bidang jasa konstruksi,
termasuk pengaturan badan usaha asing yang bekerja di Indonesia, juga penetapan
standar remunerasi minimal untuk tenaga kerja konstruksi;
7. Adanya jaring pengaman terhadap investasi yang akan masuk di bidang jasa
konstruksi;
8. Mewujudkan jaminan mutu penyelenggaraan jasa konstruksi yang sejalan dengan
nilai-nilai keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan (K4).
KOMPAS.com -- Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla merancang sembilan
agenda prioritas jika terpilih sebagai presiden dan wakil presiden. Sembilan
program itu disebut Nawa Cita. Program ini digagas untuk menunjukkan
prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik,
serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Berikut inti dari sembilan program tersebut yang disarikan dari
situs www.kpu.go.id:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan


memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri
bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan
pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional
dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola


pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan
memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada
institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi
melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah


dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan


penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5.Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan


kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja"
dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program
kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung deret atau
rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun
2019.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional


sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa
Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali


kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek
pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai
patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di
dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia


melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan
ruang-ruang dialog antarwarga.

Anda mungkin juga menyukai