Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan
metode pembuatannya tablet dapat digolongkan sebagi tablet kempa dan tablet cetak. Tablet kempa
dibuat dengan tekanan tinggi pada serbuk atau granul dengan menggunakan cetakan baja, sedangkan
tablet cetak dibuat dengan menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah kedalam lubang
cetakan.

Tablet ini juga merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi dan disukai oleh masyarakat
karena tablet mempunyai beberapa keuntungan diantaranya adalah : ketepatan dosis, mudah cara
pakainya, relatif stabil dalam penyimpanannya dalam transportasi dan distribusi kepada konsumen serta
harganya realtif murah.

Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, karena memiliki beberapa keuntungan
antara lain:

1) ketepatan dosis

2) mudah cara pemakaiannya

3) stabil dalam penyimpanan

4) mudah dalam transportasi

5) dari segi ekonomi relatif murah dibanding dengan bentuk sediaan obat lainnya.

Komposisi utama dari tablet adalah bahan berkhasiat yang dapat dicetak langsung menjadi tablet atau
ditambah bahan tambahan lain. Bahan tambahan yang umum digunakan dalam pembuatan tablet yaitu
bahan pengisi, bahan penghancur, bahan pengikat, bahan pelicin dan bahan tambahan lain seperti
bahan pewarna dan pemberi rasa.

Kebanyakan bentuk pelepasan terkendali (sustained release) dirancang supaya pemakaian satu unit dosis
tunggal menyajikan pelepasan sejumlah obat segera setelah pemakaiannya, secara tepat menghasilkan
efek terapeutik yang diinginkan secara berangsur-angsur dan terus menerus melepaskan sejumlah obat
lainnya selama periode waktu yang diperpanjang biasanya 8 sampai 12 jam.

Menurut Rao et al, (2001), tujuan utama dari sediaan pelepasan terkendali adalah untuk
mempertahankan kadar terapeutik obat dalam darah atau jaringan selama waktu yang diperpanjang.
Keunggulan bentuk sediaan ini menghasilkan kadar obat dalam darah yang merata tanpa perlu
mengulangi pemberian unit dosis.
1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tablet lepas terkendali?


2. Jelaskan formulasi tablet lepas terkendali?
3. Jelaskan cara pembuatan tablet lepas terkendali?
4. Apa- apa saja yang perlu diperhatikan pada produksi, distribusi, penyimpanan, dan penggunaan
tablet lepas terkendali?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi tablet lepas terkendali.


2. Untuk mengetahui formulasi ( bahan tambahan ) dalam lepas terkendali.
3. Untuk mengetahui cara pembuatan tablet lepas terkendali.
4. Untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan pada produksi, distribusi, penyimpanan, dan
penggunaan tablet lepas terkendali.

BAB II

TINJUAN PUSTAKA
A. Pengertian

Tablet adalah sediaan padat mengandung dengan bahan obat atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan
metode pembuatannya, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat
dengan cara memberi tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet
berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet (Simbilon,2008).

Keuntungan Tablet :

o Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua
bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
o Biaya produksi yang paling rendah.
o Bentuk ringan, kompak, murah, mudah dikemas, mudah diproduksi secara masal dan mudah
dikirimkan.
o Pemberian randa pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah, tidak memerlukan
langkah pekerjaan hambatan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau
berhiasan timbul.
o Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan kusus, seperti pelepasan di usus atau
produk pelepasan terkendali.
o Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan
stabilitas mikrobiologi yang paling baik (Simbilon,2008).

Kerugian Tablet :

o Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padatan kompak, tergantung pada keadaan amorf
dan rendahnya berat jenis.
o Obat yang kelarutannya rendah, dosisnya tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran
cerna akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan difabrikasi.
o Obat yang mempunyai rasa pahit, bau yang tidak dapat dihilangkan, peka terhadap oksigen dan
kelembaban udara, perlu dilakukan pengkapsulan, penyelubungan dan memerlukan penyalutan
dulu sebelum dikempa (Simbilon,2008).

Macam formulasi tablet banyak, terdiri dari zat aktif dan vehiculum atau pembantu (pengisi, pelicin,
pelarut, penghancur dll). Syarat syarat tablet :

 Menurut Farmakope Indonesia yaitu ada keseragaman bobot, kadar, kekerasan, dan waktu
hancur.
 Menurut farmakope USA yaitu sama dengan yang diatas, ditambah kecepatan disolusi
(kecepatan hancur dalam tubuh, biasanay 15 menit) dan bioavailabilitas. Dalam hal pemberian
tablet spesifikasi jenis diperhatikan agar tepat cara pemberiannya (Nafsiah, 2009).
Absorbsi obat terjadi setelah bahan aktif terlepas dari tablet & larut dalam cairan cerna. Ada
perbedaan perjalanan/nasib obat sebelum diabsorpsi dari berbagai formula dan jenis tablet itu yaitu :
onset & durasi serta bioavailabilitasnya (Simbilon,2008).

Tablet pelepasan terkendali merupakan tablet yang dibuat dengan formulasi sedemikian rupa hingga zat
aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu, harus ditelan utuh, tidak boleh dikunyah, juga tidak
boleh digerus. Kecuali divide dose (dapat dipotong menjadi beberapa bagian), biasanya sudah disediakan
garis garis pemotong pada tablet. Contoh untuk obat dengan devide dose adalah Quibron TSR®. Di
pasaran tablet pelepasan terkendali macamnya berupa: retard, time span, time release, extend, oros
(Nafsiah, 2009).

Tablet yang pelepasan obatnya secara terkendali dan secara ideal proses tersebut diharapkan
berlangsung pada laju yang konstan tanpa tergantung pada pH dan kandungan ion pada semua bagian
saluran cerna. Tujuan utama dari suatu produk obat pelepasan terkendali adalah untuk mencapai efek
terapetik yang diperpanjang, disamping juga untuk memperkecil efek samping yang tidak diinginkan
yang disebabkan oleh adanya fluktuasi kadar obat dalam plasma (Nafsiah, 2009).

Keuntungan penggunaan tablet ini adalah :

a. Memastikan keamanan dan memperbaiki daya kerja zat aktif serta meningkatkan kepatuhan
pasien.
b. Memperbesar jarak waktu pendosisan yang diperlukan atau dipersyaratkan.
c. Mengurangi fluktuasi konsentrasi zat aktif dalam darah disekitar rata-rata.
d. Mengurangi iritasi saluran cerna dan efek samping lain terhadap dosis
e. Menghasilkan efek yang lebih seragam dan menghasilkan manfaat ekonomi bagi paisen.
f. Menghindari pemberian obat pada malam hari karena jarak waktu pemberian lebih lama
sehingga jam tidur pasien tidak terganggu (Charles,2010).

Kerugiannya adalah :

a. Faktor fisiologis yang berubah ubah mislanya pH saluran cerna, aktifitas enzim dan lain
sebagainya
b. Sediaan lepas terkendali yang cenderung tetap utuh dapat tersangkut pada suatu disepanjang
saluran cerna.
c. Penurunan absorpsi zat aktif merupakan bahaya yang melekat pada semua bentuk sediaan lepas
terkendali.
d. Jika pasien mengalami reaksi obat merugikan atau terjadi keracunan secara tidak sengaja,
pembersihan zat aktif sistem ini lebih sulit dari pada sediaan lepas segera (Charles,2010).

Contoh penulisan tablet pelepasan terkendali (Nafsiah, 2009) :

R/Voltaren SR-75 tab.NoX


S.1 d.d. tab. I

R/Voltaren retard tab.No X

S.1 d.d.t

B. Metode Formulasi Sediaan Pelepasan terkendali

Tiga golongan bahan penahan yang digunakan untuk memformulasi tablet pelepasan terkendali :

1. Golongan matriks yang terdiri dari penahan yang membentuk matriks tidak larut atau matriks
kerangka. Polimer inert yang tidak larut seperti polietilen, polivinil klorida, dan kopolimer akrilat
yang digunakan sebagai dasar untuk banyak formulasi di pasaran.
2. Golongan matriks yang memperlihatkan bahan-bahan yang tidak larut dalam air yang secara
potensial dapat terkikis. Golongan ini berupa malam, lemak dan bahan-bahan yang
berhubungan dengan pembentukan matriks membentuk matriks yang mengontrol pelepasan
melalui difusi pori dan erosi.
3. Golongan pembentuk matriks menunjukkan bahan-bahan yang tidak dapat dicernakan yang
membentuk gel in-situ. Besarnya difusi atau erosi yang mengontrol pelepasan tergantung pada
polimer yang dipilih untuk formulasi, dan juga pada perbandingan obat dan polimer (Nafsiah,
2009).

Pembuatan Tablet Pelepasan terkendali Asam Asetilsalisilat dengan Cara Cetak Langsung. Pembuatan
tablet pelepasan terkendali asam asetilsalisilat dengan matrik HPMC atau etil selulosa dengan cetak
langsung adalah dengan mengayak bahanbaban menggunakan pengayak mesh 50 dan ditimbang sesuai
dengan yang dibutuhkan. Seluruh asetosal, laktosa dan HPMC/etil selulosa dicampur dan digranulasi
dengan penambahan alkohol 95% hingga mudah dikepal kemudian diayak dengan ayakan mesh 8 dan
dikeringkan selama kurang lebih 1 jam suhu dibawah 60o C. Kemudian diayak dengan ayakan mesh 16.
Granul yang ada ditimbang dan ditambahkan avicel pH 102, dan aerosil dan dicampur hingga homogen.
Kemudian massa cetak tablet dicetak dan uji disolusi (Nafsiah, 2009) :

Tabel 1. Formula tablet pelepasan terkendali asam asetilsalisilat


C. Cara pembuatan tablet pelepasan terkandali

Berbagai cara pembuatan dan mekanisme kerja sediaan pelepasan terkendali yang dijumpai antara lain:

a. Penyalutan
Penyalutan ini berfungsi mengendalikan ketersediaan bahan aktif dalam bentuk larutan.
Penyalutan serbuk bahan aktif dapat dilakukan dengan metode mikroenkapsulasi.
Mikroenkapsulasi adalah suatu proses di mana bahan-bahan padat, cairan bahkan gas pun dapat
dijadikan kapsul (ncapsulated) dengan ukuran partikel mikroskopik, dengan membentuk salutan
tipis wall dinding sekitar bahan yang akan dijadikan kapsul.
b. Sistem matriks
Pencampuran dengan matriks adalah dengan mencampurkan bahan obat yang akan dibuat
sediaan pelepasan terkendali, digabungkan dengan bahan lemak atau bahan selulosa, kemudian
diproses menjadi granul yang dapat dimasukkan dalam kapsul atau ditablet.
c. Pembentukan Kompleks
Bahan obat tertentu jika dikombinasi secara kimia dengan zat kimia tertentu lainnya membentuk
senyawa kompleks kimiawi, yang mungkin hanya larut secara perlahan-lahan dalam cairan
tubuh, hal ini tergantung pada pH sekitarnya.
d. Sistem Membran Terkontrol
Dalam sistem ini membran berfungsi sebagai pengontrol kecepatan pelepasan obat dari bentuk
sediaan. Berbeda dengan sistem matrik hidrofil, polimer membran tidak bersifat mengembang
(Nafsiah, 2009).

Matriks adalah zat pembawa padat yang di dalamnya obat tercampur secara merata. Suatu matriks
dapat dibentuk secara sederhana dengan mengempa atau menyatukan obat dan bahan matriks
bersama-sama. Umumnya, obat ada dala m prosen yang lebih kecil agar matriks memberikan
perlindungan yang lebih besar terhadap air dan obat berdifusi keluar secara lambat (Marchaban,1995).

Pelepasan Obat dari Matriks. Disolusi adalah suatu proses zat padat masuk ke dalam pelarut sehingga
terlarut. Proses ini dikendalikan oleh afinitas zat padat terhadap larutan. Kecepatan pelarutan atau laju
pelarutan adalah kecepatan melarutnya zat padat di da lam pelarut. Obat dalam bentuk serbuk yang
didispersikan secara merata dalam matriks diasumsikan melarut dalam matriks dan berdifusi keluar dari
permukaan matriks. Pada waktu obat dilepaskan jarak tempuh obat untuk difusi keluar dari permukaan
tablet semakin lama semakin besar dan batas daerah penyusun dari matriks yang mengandung obat
akan bergeser ke arah sentral tablet (Marchaban,1995).

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses produksi, distribusi, penyimpanan, dan penggunaan
sediaan tablet lepas terkendali.
1) Produksi
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses produksi berdasarkan sifat fisikokimia yang
berpengaruh pada sediaan pelepasan terkendali adalah :
a) Dosis
Produk peroral lebih dari 500 mg sangat sulit untuk dijadikan sediaan pelepasan terkendali
sebab pada dosis yang besar akan dihasilkan volume sediaan yang terlalu besar yang tidak
bisa diterima sebagai produk oral.
b) Kelarutan Obat
Dengan kelarutan dalam air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi tidak cocok untuk sedian
pelepasan terkendali. Batas terendah untuk kelarutan pada sediaan pelepasan terkendali
adalah 0,1 mg/ml.
Obat yang mudah larut dalam air kemungkinan tidak mampu menembus membran biologis
sehingga obat tidak sampai ke tempat aksi. Sebaliknya obat yang sangat lipofil akan terikat
pada jaringan lemak sehingga obat tidak mencapai sasaran.
c) Stabilitas obat
Bahan aktif yang tidak stabil terhadap lingkungan yang bervariasi disepanjang saluran cerna
tidak dapat diformulasi menjadi sediaan pelepasan terkendali.
d) Ukuran partikel
Molekul obat yang besar menunjukkan koefisien difusi yang kecil dan kemungkinan sulit
dibuat sediaan pelepasan terkendali (Nafsiah, 2009).

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses produksi berdasarkan sifat biologis yang
berpengaruh dalam sediaan pelepasan terkendali antara lain:
a) Absorbsi
Obat yang lambat absorbsinya sulit untuk dibuat sediaan pelepasan terkendali. Batas
terendah harga konstanta kecepatan absorbsi untuk sediaan oral adalah sekitar 0,25/jam.
b) Volume distribusi
Volume distribusi obat yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi kecepatan eliminasinya
sehingga obat tersebut tidak cocok untuk dibuat sediaan pelepasan terkendali.
c) Indeks terapetik
Indeks terapetik obat yang kecil memerlukan kontrol yang teliti terhadap kadar obat yang
dilepaskan obat dalam darah, karena itu sediaan pelepasan terkendali dapat berperan dalam
mengontrol pelepasan obat agar tetap dalam indeks terapetiknya.
d) Durasi
Obat dengan waktu paro yang panjang dan dosis yang besar tidak cocok untuk dijadikan
sediaan pelepasan terkendali. Waktu paro yang panjang dengan sendirinya akan
mempertahankan kadar obat pada indeks terapetiknya sehingga tidak perlu dibuat sediaan
pelepasan terkendali (Nafsiah, 2009).

2) Distribusi
Angkutan bahan-bahan yang terus-menerus keluar dan masuk gedung menyebabakan daerah ini
paling besar kemungkinannya terganggu oleh serangga dan binatang penggerat. Hal ini
menimbulkan kesulitan terutama pada daerah tropis dan bila sedang menjalankan pekerjaan
dimalam hari. Tirai tirai udara dipakai untuk mencegah serannga terbang masuk kedalam
gedung, tetapi efektivitasnya agak terbatas.
Bila dibuat suatu dok didalamnya maka harus cukup luas agar truk gendengan dan traktor dapat
diparkir didalam gedung. Untuk menutup kawasan dok dapat dipakai pintu yang menutup dari
atas. Tiap bagian yang terbuka pada panggung yang menggangkut muatan dimana truk berjalan
mundur kedinding luar harus dilengkapi dengan alat penerima yang dapat dimamfaatkan, yang
secara efektif menutup truk yang terbuka dengan pintu masuk kebangunan (Lachman,1994).
Hanya obat jadi saja yang memenuhi syarat sja disimpan pada kawasan pengangkutan. Obat-
obat yang menunggu persetujuan dari pihak pengawasan mutu harus disimpan pada daerah
karantina, jika hal ini tidak mungkian maka dipaki sistem yang secara jelas menunjukan obat jadi
yang mendapat persetujuan dan terdapat dalam gedung.
Alkohol dan pelarut lain yang mudah terbakar harus disimpan pada ruangan yang tahan ledakan
yang dilengkapi dengan fasilitas khusus terhadap bahaya api. Jika mengani obat narkotika dan
obat berbahaya lainnya, harus dipakai ruangan yang memenuhi Undang Undang Pengaturan
Obat untuk menyimpan jadi maupun bahan dalam proses. Disarankan agar mempunyai tanda
alaram yang dihubungkan langsung dengan kantor polisi terdekat.
Harus tersedia suatu pengawasan yang terletak lansung dengan dok penenrima, dimana
terdapat fasilitas untuk pemeriksaan bahan bahan yang masuk. Ini dapat dipakai oleh pada
bagian pengawasan mutu untuk pengawasan statistik dan pengambilan sampel bahan baku serta
perlengkapan akhir. Tempat ini harus diberi penerangan tidak kurang dari 150 kaki kandela.
Pusat pengawasan ini juga harus dilengkapi dengan bak pencuci dan fasilitas lain untuk
pencucian peralatan pemeriksaan dan tersedia untuk ruang penyimpanan smapel simpanan
untuk pengawasan mutu maupun kartu produksi yang permanen (Lachman,1994).

3) Penyimpanan
Pengemasan dan penyimpanan sediaan tablet lepas terkendali. Tablet sangat baik disimpan
dalam yang tertutup rapat ditempat dengan kelembapan nisbi yang rendah, serta terlindung dari
temperature tinggi. Tablet khusus yang cenderung hancur bila kena lembab dapat disertai
pegering dalam kemasannya. Tablet yang dirusak oleh cahaya disimpan dalam wadah yang dapat
menahan masuknya tablet yang disimpan secara tepat dapat stabil dlam beberapa tahun, denga
sedikit kekecualian (Ansel,1989).
Dalam kebanyakan hal penyaluran obat, ahli farmasi diharapkan menggunakan jenis wadah yang
sama yang telah dipersiapkan dalam produk-produk hasil pabrik, dan pasien dinasehati supaya
pada wadah yang diterimanya. Kondisi-kondisi penyimpanan yang tepat sebagaimana diperlukan
oleh beberapa obat tertentu harus dijaga oleh alih farmasi dan pasien serta memperhatikan
tanggal kedaluwarsanya.
Ahli farmasi juga harus mengetahui bahwa kekerasan tablet tertentu mungkin berubah karena
umurnya, biasanya mengurangi daya hancur dan larut dari produk tablet tersebut. Bertambah
kerasnya tablet sering disebabkan oleh meningkatnya daya rekat dari bahan pengikatt dan
komponen formulasi lainnya dalam tablet. Contoh tablet yang bertambah keras karena umur,
telah dikemukakan pada obat termasuk aluinium hidroksida, natrium salisilat dan fenil butazon.
Beberapa tablet yang mengandung bahan obat yang mudah menguap seperti notrogliserin
dapat mengalami pindahnya obat diantara tablet dalam wadah sehingga menimbulkan kurang
atanya tablet-tablet tersebut. Tambahan lagi, bahan pengemasnya seperti kapas atau rayon bila
tersentuh tablet nitrogliserin dapat mengabsorbsi nitrogliserin dengan jumlah yang bebrbeda-
beda yang mendukung berkurangnya kekuatan tablet (Ansel,1989).

4) Penggunaan
Tidak semua obat dikonsumsi setelah makan, beberapa obat malah sebaiknya dikonsumsi
sebelum makan atau dalam perut kosong. Selama ini kebiasaan yang telah turun temurun
diberikan ini perlahan-lahan harus dikikis dan dibentuk kebiasaan baru yang memberikan efek
pengobatan optimum untuk kesembuhan anda. Beberapa pasien saya di apotek mungkin bosan
dengan ucapan saya yang berkali-kali dan berulang-ulang mengingatkan agar mengkonsumsi
antasida 1 jam sebelum makan dan dikunyah, namun hal tersebut perlu dilakukakan karena saya
sangat berharap anda juga bisa mensosialisasikan pengetahuan pengobatan kepada lingkungan
keluarga anda. Jika anda mendapat obat setelah memeriksakan diri ke dokter, pastikan anda
bertanya dahulu bagaimana cara mengkonsumsi obat . Hal tersebut harus dilaksanakan
mengingat saat ini dengan berkembangnya teknologi banyak jenis obat baru yang memerlukan
penanganan khusus sebelum dikonsumsi. Hal utama yang harus anda lakukan dalam
mengkonsumsi tablet : Minumlah tablet dengan segelas air putih, dan hindari mengkonsumsi
obat dengan meminum alkohol karena akan mengganggu metabolisme tubuh.
Beberapa sediaan pelepasan terkendali biasanya ditandai dengan nama tambahan -SR, -OD,-
OROS dll, Jika anda mengkonsumsi tablet jenis ini maka anda harus menelan tablet dalam
keadaan utuh, jangan sekali-kali menggigit atau mengunyah tablet ini yang akan menyebabkan
formulasi sediaan ini menjadi rusak. Tablet ini bekerja biasanya selama kurang lebih 8-10 jam
dengan dilepas perlahan-lahan. Jika anda memecahnya maka anda harus minum lebih banyak
obat.karena formula pelepasan terkendalinya jadi berkurang dibawah 6 jam (Nafsiah, 2009).

Beberapa definisi yang perlu dipahami dalam pembahasan sistem penghantaran obat terkendali

Sediaan pelepasan diperlambat (Extended release dosage forms): Suatu sediaan yang, karena teknologi
pembuatan khusus, melepas bahan aktif segera sesudah pemberian dosis tunggal, serta dapat
mempertahankan kadar teurapeutik obat daam rentang waktu selama 8 – 12 jam.

Sediaan pelepasan terkendali (Controlled release dosage forms): Suatu sediaan yang, karena
menggunakan teknologi pembuaan khusus, enunjukan kinetika pelepasan obat menurut kinetika orde
nol dalam jumlah yang cukup untuk menjaga/mempertahankan kadar obat selama aktu prpanjangan (24
jam atau lebih)
Sistem terapeutik (Therapeutic system): Suatu alat atau sediaan yang mengandung bahan yang besifat
terapeutik (obat) atau campurannya yang, karena konstruksinya, mempertahankan pelepasan pada
kecepatan konsten menurut kinetika orde nol selama waktu tertentu atau tempat tertentu aplikasi.

Depot: Terminologi ang sering digunakan terkait dengan sediaan pemberian obat oral. Perpanjangan
diperoleh sebaai hasil dari penyalutan (coating) atau pembalutan (embeding).

Produk kerja lama atau diperlama (long acting atau prolonged action product): Suatu sediaan yang
mengandung bahan aktif yang telah mengalami modifikasi kimia untuk memperpanjang waktu paruh
biologi obat.

Eksipien (excipient, auxilary substances): Bahan kimia dengan beraneka ragam sifat fisika dan kimia,
diaplikasikan selama pembuatan sedian farmasi. Dalam banyak hal/kasus tidak menunjukan kerja
farmakologi dalam jumlah yang digunakan, akan tetapi dapat mengganggu kinetika pelepasan obat dan
absobsi obat.

Penyalutan (coating): Proses teknologi aplikasi bahan yang membentuk membrane yang mampu
mengonrol pelepasan obat dari partikel obat, granul atau pellet, atau keseluruhan sediaan obat (tablet).

Pembalutan (embeding): Proses teknologi pencampuran obat dengan eksipien atau campurannya agar
terjadi perubahan kecepatan pelepasan obat.

Barier difusi (diffusion barier): Dibuat untuk menyalut atau membuat dan menjadi faktor yang
mengontrol kecepatan pelepasan obat.

Adsorbsi (adsorption): Proses teknologi pegikatan obat dengan adsorben tiidak larut untuk memperlama
kecepatan pelepasan.

Formulasi matrik (matrix formulation, missal tablet matrik): Kasus spesifik pembalutan obat dalam
eksipien tidak larut untuk mencapai pelepasan diperlama menurut hokum akar kuadrat (Hukum √t).
Terminologi Higuchi ini juga digunakan untuk matrik zat hidrofilik yang apabila berkontak dengan air
membentuk suatu gel berviskositas tinggi (memelar).

Formulasi multikompartemen (multi compartment, kapsul, tablet): Suatu sediaan yang terdiri dari
banyak elemen kecil (seperti mikrosfer atau palet salut) yang berbeda-beda kecepatan pelepasannya.

Liberasi (liberation): Proses lewat (passage) obatkedalam cairan yang mengelilingi suatu sediaan, terdiri
atas disolusi.
Gambar bermacam-macam tipe pelepasan obat dari sediaan farmasi: (a) pelepasan segera, (b)
pelepasan ditunda (delayed), (c) pelepasan berulang (gradual/repeated), (d) pelepasan diperlama, (e)
pelepasan diperpanjang, dan (f) pelepasan terkontrol (terkendali).

Tujuan pembuatan dan pemberian sediaan lepas diperlama

 Untuk mengurangi frekuensi pemberian obat setiap hari, dilakukan dengan menyederhanakan
cara penggunaan obat dan
mengurangi risiko kelupaan peggunaan
obat, baik oleh pasien maupun staf rumah
sakit.
 Mengurangi frekuensi penyuntikan obat
yang sering menimbulkanrasa nyeri
dan dapat menyebabkan infeksi pada
kasus penyuntikan ediaan
parenteral.
 Untuk memperahankan kadr
darah obat tetap berada pada tingkat
kadar terapeutik (diatas kadar
minimal terapeutik) selama periode
waktu lebih lama dari waktu paruh biologi. Hal ini akan menjaga respons farmakologi secara
konsisten dan membantu mencegah gangguan tidur karena harus diberikan obat selama waktu
tidur. Hal ini penting sekali dalam kasus obat antiepileptika, antibakteri, antiasma, dan
antispasmodik.
 Untuk mengurangi efek yang tidak diinginkan, yang kadang-kadang bersifat toksik, efek sampan
yang dapat terjadi segera sesudah peberian obat bersifat temporer karena konsentrasi obat
terlalu tinggidalam tubuh. Pada sediaan oral akan meminimalkan iritasi lokal pada mukosa
saluran cerna disebabkan oleh tingginya konsentrasi obat.
 Untuk mendapatkan hasil kerja farmakologi yang konstan, bahkan untuk obat dengan waktu
paruh biologi singkat sebagai hasil kadar darah konstan dalam waktu cukup lama.
 Untuk menurunkan jumlah total dosis obat yang diperlukan untu pengobatan, dengan cara
mengeleminasi konsentrasi obat yang tinggi secara temporer.
 Untuk mencegah berkembangnya strain mikroba resisten apabila kadar darah berada dibawah
konsentrasi antibakteriostatik pada penggunaan bahan khemoterapeutik dan antibiotika.

Perlu diketahui beberapa kondisi yang tidak memungkinkan pada pembuatan sediaan dengan pelepasan
diperlama, seperti:

Jika obat dieleminasi pada kecepatan rendah, maka ada bahaya terjadinya kumulasi. Untuk praktisnya
sediaan lepas lama dirancang untuk obat dengan waktu paruh biologi 2- jam.

Jika jendela terapeutik (therapeutic window) obat sempit, maka hanya ada perbedaan kecil antara kadar
terapeutik dan toksik obat sehingga akan menimbulkan bahaya terjadinya keracunan. Hal ini menjadi
sangat penting karena terdapat perbedaan individual pada kecepatan absorbsi, metaolisme, dan eksresi
obat.

Jika terjadi keracunan tau intoleransi pada sesudah pemberian sediaan obat dengan pelepasan
diperlama, maka akan sulit untuk menghilangkan efek yang tidak dikehendaki dengan cara menghentikan
pemberian obat.

Jika absorbs obat dalam salur cerna buruk, maka bahayanya adalah efek farmakologi tidak efektif atau
sama sekali tidak bekerja.

Tidak berguna membuat sediaan dengan pelepasan diperlama jika obat diabsorbsi secara transport aktif.

Dibandingkan dengan sediaan pelepasan cepat/segera, sediaan lepas lama dipengaruhi oleh beberap
faktor fisiologi, seperti kecepatan pengosongan lambung, pH medium, dan keberadaan enzim di salur
cerna.

Untuk obat dengan dosis tunggal lebih besar dari 500 mg, persyaratan teknologi untuk menghasilkan
sediaan pelepasan diperlama sangat sulit direalisasikan, atau bahkan sama sekali tidak mungkin.

Perbandingan pola kadar obat dalam plasma sesudah pemberian sediaan konvensional dengan
pelepasan segera (1) dan sediaan dengan pelepasan diperlama (2) dapa dilihat pada gambar
Gambar. Kadar obat dalam
plasma sedudah
pemberian sediaan
konvensional lepas
segera (1) dan sediaan lepas
lama (2)

Dalam pengembangan
obat untuk sediaan pelepasan
diperlama ini perlu sekali
diperhatikan dan
teliti:

Efek farmakologi dan


famakokinetik
obat.

Data preformulasi lengkap.

Dalam pengembangan sediaan dengan pelepasan diperlama, sediaan harus dirancang secara individual
sesuai dengan sifat fisika dan biologi obat yang akan digunakan, karena idak ada satupun obat yang
memiliki perilaku yang sama dengan obat lainnya.

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Sediaan tablet lepas terkendali / pelepasan terkendali adalah Tablet yang pelepasan obatnya
secara terkendali dan secara ideal proses tersebut diharapkan berlangsung pada laju yang
konstan tanpa tergantung pada pH dan kandungan ion pada semua bagian saluran cerna.
2. Dalam metode formulasi sediaan lepas terkendali ad 3 bahan penahan yang digunakan yakni
golongan matriks yang terdiri dari penahan yang membentuk matriks tidak larut atau matriks
kerangka, golongan matriks yang memperlihatkan bahan-bahan yang tidak larut dalam air yang
secara potensial dapat terkikis, dan golongan pembentuk matriks menunjukkan bahan-bahan
yang tidak dapat dicernakan yang membentuk gel in-situ.
3. Berbagai cara pembuatan dan mekanisme kerja sediaan pelepasan terkendali yang digunakan
antara lain penyalutan, sistem matriks, pembentukan kompleks, sistem membran terkontrol.
4. Dalam memperproduksi sediaan tablet lepas terkendali ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu sifat fisikokimianya dan sifat biologisnya.

Anda mungkin juga menyukai