yang berdampak pada meningkatnya cerebral blood volume (CBV) dan intracranial
pressure (ICP). Jika SAP tetap rendah, cerebral perfusion pressure (CPP) akan menurun
drastis, lalu mengaktifkan kaskade vasodilatasi sampai batas maksimal vasodilatasi otak
tercapai atau SAP dapat stabil. Kaskade dapat juga teraktivasi pada kondisi hipoksemia,
bermanfaat bagi pasien dengan SAP yang berat. Pada peningkatan SAP dapat
dari CBV yang selanjutnya menurukan ICP. Jika respon dari regulasi volume baik (cont.
respon otak normal), pada saat terjadi peningkatan CBV juga akan mengaktifkan kaskade
dalam pemuatan cairan, transfusi sel darah merah, menurunkan viskositas (pada
dalam critical care. Kaskade ini dapat secara klinis efektif dalam penggantian volume
kecil pada pasien dengan CPP yang rendah yang berpotensi dehidrasi. Tekanan atau
kaskade regulasi volume dapat mengisyaratkan untuk langkah berikutnya dalam strategi
darah sistemik (hipertensi neurogenik) setelah cedera otak traumatik, kondisi ini sering
distal. Banyak hal yang dapat menyebabkan, seperti asam laktat, neuropeptida, dan
adenosin, yang dihasilkan oleh metabolit vasodilatasi, telah dianggap sebagai bagian dari
yang berhubungan dengan hipertensi intrakranial dan hasil yang tidak baik. Jika
vaskular yang melebar dapat menyebabkan terjadinya edema otak. Dalam proses terakhir,
peningkatan CBF dan CBV karena pelebaran pembuluh darah dengan gangguan BBB
dapat menyebabkan pembengkakan pembuluh darah dan edema otak, yang akhirnya
yang irreversibel. Jika kaskade vasokonstriksi baik dan merespons secara normal, terapi
hiperventilasi telah diusulkan untuk mengurangi kadar PaCO2, yang mungkin efektif
Trauma kepala merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan
gangguan fisik dan mental yang kompleks. Gangguan yang ditimbulkan dapat
bersifat sementara maupun menetap, seperti defisit kognitif, psikis, intelektual,
serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Menurut hasil penelitian di Norwegia,
sekitar 25% pasien melaporkan kecacatan yang membutuhkan bantuan pribadi.
Sekitar sepertiga pasien memiliki masalah besar dengan integrasi sosial dan 42%
tidak berfungsi. Salah satu dampak akibat cedera otak traumatik dalam jangka
panjang adalah tingginya mortalitas. Pasien traumatic brain injury (TBI) memiliki
tingkat kematian yang lebih tinggi daripada kontrol menurut usia dan jenis kelamin.
Masalah perilaku, impulsivitas, bunuh diri, kecelakaan motorik lebih umum terjadi
pada usia muda.
Cedera otak traumatik sangat berkaitan dengan sekuele yang diakibatkan oleh
cedera otak sekunder. Penilaian awal keparahan cedera otak traumatik dapat
menghindari dan meminimalkan sekuele dengan memberikan terapi yang sesuai.
GOS telah digunakan secara luas karena dinilai praktis, ringkas, sensitif dan
direkomendasikan oleh banyak ahli sebagai instrumen untuk menyamakan data dan
memungkinkan perbandingan yang adekuat terhadap terapi jangka panjang pasien
cedera otak traumatik. Penggunaan GOS sebagai instrumen penilaian prognosis
pasien post-cedera otak traumatik dinilai sangat bermanfaat.