Anda di halaman 1dari 29

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH : METODELOGI PENELITIAN

PENGARUH BEROLAHRAGA BADMINTON TERHADAP TINGKAT


STRESS

PROPOSAL

OLEH :

RAHMAT SANDI
14220160028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga yang harus dijaga


agar kita dapat terus bertahan hidup di dunia ini. Kesehatan sangatlah penting.
Karena kesehatan itu tidak dapat dibeli dengan uang. Kita sendirilah yang
harus bertanggung jawab terhadap kesehatan kita. Oleh karena itu, kita harus
selalu menjaga kesehatan. Salah satu cara menjaga kesehatan ialah dengan
berolahraga secara teratur. Selain olahraga, pola hidup juga dapat
mempengaruhi kesehatan.

Olahraga Badminton merupakan bagian kegiatan yang dilakukan


sedemikian rupa sehingga jantung cukup terbebani. Ada banyak jenis olahraga
yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan. Kita dapat memilihnya sesuai
dengan selera atau kebutuhan kita. Karena setiap jenis olahraga mempunyai
manfaat yang berbeda-beda bagi kesehatan. Kita tidak harus selalu melakukan
kegiatan yang berat, cukup hanya dengan aktif beraktifitas dalam kehidupan
sehari-hari, itu sudah cukup untuk menjaga kesehatan.

Walaupun berolahraga itu penting, tetapi masih banyak orang yang


belum menyadarinya. Banyak penyakit yang bersumber dari pola hidup yang
salah, seperti kurang bergerak dan berolahraga, serta kurang istirahat dan lupa
makan. Orang-orang beralasan, mereka terlalu sibuk untuk berolahraga.
Padahal olahraga sangat dibutuhkan. Olahraga Badminton juga dapat
menghilangkan stress.

Stres merupakan suatu fenomena yang dapat mengenai semua


organisme. Pada masyarakat sekarang stres merupakan hal yang umum.
Dari sudut pandangan fisiologis, stres hanya merupakan suatu reaksi
terhadap sebuah "perceived stimulus” yaitu rangsangan yang dirasakan
dan reaksi ini berkemampuan untuk mengganggu keadaan homeostasis dari
suatu organisme (Tsatsoulis et al. 2006). Stres dapat mengganggu kondisi
fisik dan kesehatan mental kita. Stres merupakan suatu ketidakseimbangan
yang besar antara permintaan yang berupa fisik ataupun psikologis dengan
kemampuan respon di mana terjadinya kegagalan untuk memenuhi
permintaan yang memberi konsekuensi yang esensial (Krohne, 2002).
Menurut model yang diusulkan oleh McGrath, stres terdiri dari empat
tahap yang saling terkait yaitu; permintaan lingkungan, persepsi
permintaan, respon stres, dan konsekuensi perilakun (Krohne, 2002).
Permintaan lingkungan adalah tahap pertama dari proses stres. Pada
tahap ini, beberapa jenis permintaan yang mungkin fisik ataupun
psikologis ditempatkan pada individu. (Weinberg & Gould, 2003). Tahap
kedua pada proses stres adalah persepsi individu terhadap permintaan
yang ditempatkan pada individu tersebut. Setiap individu mempersepsikan
stres dengan cara yang berbeda. (Weinberg & Gould, 2003). Tahap ketiga
dari proses stres adalah respon individu fisik dan psikologis terhadap
persepsi pada situasi. Jika persepsi seseorang itu dari ketidakseimbangan
antara permintaan dan kemampuan respon, ini akan menyebabkan
bertambahnya kegelisahan status kognitif, status somatik ataupun keduanya
(Weinberg & Gould, 2003). Tahap keempat adalah perilaku aktual individu
dalam keadaan stres. Tahap akhir dari proses stres ini akan umpan balik
ke tahap yang pertama. Proses stres kemudian menjadi siklus yang
berkelanjutan.

Ketika siklus stres berkelanjutan, ini akan menyebabkan aktivasi


sistem stres yang kronis atau tidak sesuai dan dapat dikaitkan dengan
banyak disparitas kesehatan termasuk resistensi insulin, obesitas visceral,
hipertensi, dislipidemia, dan semua ini merupakan pendahulu untuk
menderita penyakit metabolik dan kardiovaskular (Tsatsoulis et al. 2006).
Stres kronik juga berkaitan dengan depresi, ansietas, learned helplessness,
dan defisit pada memori dan fungsi kognitif (Greenwood, 2008).
Beberapa studi telah menunjukkan aktivitas fisik dapat mengurangi
insiden dan tingkat keparahan gangguan mood stres yang terkait,
termasuk ansietas dan depresi (Greenwood, 2008). Temuan ini juga
menunjukkan bahwa olahraga memberi dampak protektif terhadap stres
secara konsisten baik pada olahraga jenis Badminton (Greenwood, 2008).
Efek ini dikaitkan dengan meningkatnya neurotransmiter, khususnya
serotonin dan dopamin. Selain itu olahraga Badminton juga dapat
meningkatkan sekresi opioid endogen ataupun endorfin (Greenwood,
2008). Jadi, olahraga Badminton dapat menjadi sumber yang berguna
untuk memerangi efek kesehatan yang merugikan dari stres (Castro,
Wilcox O'Sullivan, Baumann, & King, 2002). Selain itu menurut Hawley,
aktivitas fisik yang teratur dapat memperbaiki toleransi glukosa dan
sensitivitas insulin, dislipidemia, hipertensi, dan obesitas sentral (Hawley,
2004). Ini juga telah menunjukkan bahwa individu yang aktif secara fisik
memiliki tingkat trigliserida dengan LDL yang lebih rendah dan tingkat
HDL yang lebih tinggi (Hawley, 2004). Maka kebiasaan berolahraga
mampu mempengaruhi tingkat stres pada setiap individu dengan
mekanisme yang kompleks dan berbeda antara satu sama lain. Oleh karena
itu, akan dilakukan penelitian mengenai hubungan antara kebiasaan
berolahraga dengan tingkat.

B. RUMUSAN MASALAH

Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga yang harus dijaga agar
kita dapat terus bertahan hidup di dunia ini. Kesehatan sangatlah penting. Karena
kesehatan itu tidak dapat dibeli dengan uang. Kita sendirilah yang harus
bertanggung jawab terhadap kesehatan kita. Oleh karena itu, kita harus selalu
menjaga kesehatan. Salah satu cara menjaga kesehatan ialah dengan berolahraga
secara teratur. Selain olahraga, pola hidup juga dapat mempengaruhi kesehatan.

Berdasarkan uraikan diatas maka masalah yang menjadi fokus penelitian


dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh berolahraga badminton terhadap tingkat
Stress
2. Bagaimana pengetahuan atlit tentang pengaruh berolahraga badminton
terhadap tingkat Stress

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yang di
kehendaki dalam dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh berolahraga badminton terhadap tingkat Stress
2. Mengetahui pengetahuan atlit tentang pengaruh berolahraga badminton
terhadap tingkat Stress

D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan sejumlah tujuan di atas,maka manfaat yang di angkat dari
penelitian di antaranya adalah :
1. Manfaat Teoritis : Hasil Penelitian ini di harapkan dapat memberikan
tambahan keilmuan
2. Manfaat Praktis : Sebagai bahan masukan dalam upaya pencegahan terhadap
pengaruh berolahraga badminton terhadap tingkat Stress
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Bulutangkis

1. Pengertian Bulutangkis

Bulutangkis adalah cabang olahraga yang termasuk ke dalam kelompok


olahraga permainan. Permaianan bulutangkis dapat di mainkan di dalam
maupun di luar lapangan, dengan lapangan yang dibatasi garis-garis dalam
dengan ukuran panjang dan lebar tertentu. Lapangan bulutangkis di bagi
menjadi dua sama besar dan dipisahkan jaring/net yang tergantung di tiang
yang ditanam di tepi lapangan. Alat yang digunakan adalah raket sebagai
pemukul dan kok (shuttlecock) sebagai bola yang dipukul. Permaianan dimulai
dengan cara melakukan servis, yaitu memukul kok dari petak servis kanan ke
petak servis kanan lawan, sehingga jalannya kok menyilang.

2. Perlengkapan Permainan Bulutangkis

Perlengkapan yang dibutuhkan dalam permainan bulutangkis antara lain :

1. Raket (pemukul)

Raket merupakan alat pemukul yang sangat ringan dan kuat. Beratnya
kurang dari 150 gram. Jenis-jenis raket yang dipergunakan dalambermain
bulutangkis, antara lain :

a. Raket yang berat dibagian atas (kepala)


b. Raket yang berat dibagian pegangan (handle)
c. Raket yang beratnya rata disetiap bagian, cocok untuk semua pemain
(allround)

2. Shuttlecock

Shuttlecock terdiri atas bagian kepala dan bulu. Shuttlecock yang baik
menggunakan gabus sebagai kepala dan di bungkus dengan kulit yang tipis dan
kuat. Berat Shuttlecock antara 73-85 grains (4,73-5,50 gram) dan harus
mempunyai 14-16 helai bulu yang ditancapkan ke dalam gabus yang bergaris
1-1/8 inci atau 25-28 milimeter. Bulunya harus berukuran 64-74 milimeter dari
ujung atas sampai kepada bagian yang rata pada gabus. Garis tengah atau
diameter bagian atas Shuttlecock 54-56 milimeter dan harus diikat dengan
benang atau bahan lain yang kuat.

3. Ukuran Lapangan Bulutangkis

Lapangan bulutangkis berukuran 610 cm x 1340 cm yang dibagi dalam


bidangbidang, masing-masing dua sisi berlawanan dengan dibatasi oleh
jaring(net). Ada garis tunggal, garis ganda, dan ada ruang yang memberi jarak
antara pelaku dan penerima service. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah
gambar :

4. Tekhnik Dasar PermainanBulutangkis

1. Pembelajaran Tekhnik Pukulan Permainan Bulutangkis

Untuk dapat berprestasi dengan baikdalam permainan bulutangki, unsur


utama yang harus dimiliki dan dikuasai oleh pemain adalah komponendasar
yang salah satunya adalah servis. Dalam permainan bulutangkis, kemampuan
servis mutlak dikuasai oleh pemain. Salah melakukan servis berarti fatal,
sedangkan unggul dalam servis berarti membuka kemungkinan mendapatkan
angka. Tekhnik-tekhnik dasar bermain bulutangkis sebagai berikut :

a) Pembelajaran cara memegang raket

Cara memegang raket yang benar adalah bila dapat menerima dan
mengembalikan segala macam pukulan dengan mudah dan bebas. Cara
memegang raket adalah sebagai berikut :

1) Cara memegangshake hand (forehand grip)

Posisi tangan seperti berjabat tangan. Lantai tegak lurus dengan raket,
senar menghadap kedua sisi kanan dan kiri

2) Cara memegang gebukan kasur (american/panhandle grip)

Dilakukan dengan cara menyerupai pada saat memegang gebukan kasur.


Saat dipegang, permukaan raket sejajar dengan permukaan lantai diambil,
itulah pegangan gebukan kasur. Pegangan ini agak lemah saat melakukan
pukulan backhand

3) Cara memegang backhand grip

Dilakukan dengan posisi ibu jari menekan pada bagian pegangan yang
lebih luas dan sejajar dengan permukaan raket tangan, dan jari-jari lain
melingkar pada pegangan raket. Tumpuan pegangan terletak pada ibu jari.

4) Cara memegang kombinasi/campuran

Dilakukan dengan cara mengombinasikan dari beberapa bentuk pegangan


tadi, dengan cara mengubah-ubah posisi jari telunjuk dan ibu jari, disesuaikan
dengan arah dan jenis pukulan.

b) Pembelajaran tekhnik pukulan

Teknik pukulan adalah cara-cara melakukan pukulan pada permainan


bulutangkis dengan tujuan mengarahkan Shuttlecock ke bidang lawan. Gerakan
pokok dalam melakukan pukulan mempunyai pedoman yang sama dalam
setiap gerakan. Gerakn dasar melakukan pukulan mempunyai sikap badan yang
sama., hanya gerakan tangan yang menghasilkan pukulan yang bermacam-
macam, misalnya melakukan pukulan overhead, lob, smes, dropshot, danchop.

1) Pukulan servis

Servis merupakan pukulan dengan raket yang mengarahkan shuttlecock


kebidang lawan secara menyilang atau diagonal. Servis bertujuan sebagai
pembuka permainan dan merupakan suatu pukulan yang penting dalam permainan
bulutangkis. Macam-macam pukulan servis antara lain :

- Pukulan servis pendek (short service)


- Servis panjang (service lob)
- Pukulan servis drive
- Pukulan servis cambuk (service flick)

2) Pukulanlob atau clear

Pukulan lob adalah suatu pukulan dalam permainan bulutangkis yang


dilakukan dengan tujuan untuk melambungkan shuttlecock setinggi mungkin.
Cara melakukan lob atau melambung dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu
overhead lob dan underhand lob.

3) Pukulan dropshot

Pukulan dropshot adalah pukulan yang tepat melampaui jaring dan langsung
jatuhke sisi lapangan lawan. Dropshot merupakan pukulan yang dilakukan dengan
cara mengarahkan shuttlecock ke derah lawan dengan cara menjatuhkan
shuttlecock sedekat mungkin dengan net. Pukulan dropshot dapat dilakukan
dengan dua cara, antara lain :

a) Pukulan dropshot dari atas


- Pukulan dropshot secara penuh
- Pukulan dropshot potong
- Pukulan dropshot secara dicambuk atau flick
b) Pukulan dropshot dari bawah

4) Pukulan smes

Pukulan smes dalam permainan bulutangkis merupakan salah satu pukulan


yang sering menghasilkan nilai, sebab pukulan ini merupakan suatu gerakan
ayunan tangan yang cepat, mendadak, dan menghasilkan pukulan yang keras serta
menukik. Pukulan smes dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :

- Pukulan smes penuh - Pukulan smes potong


- Pukulan smes melingkar
- Pukulan smes cambukan atau flick smash
- Pukulanbackhand smash

5) Pukulan drive atau mendatar

Drive adalah pukulan yang dilakukan dengan mengarahkan shuttlecock secara


mendatar, ketinggiannya menyusur diatas net dan arahnya sejajar dengan lantai.
Menurut kegunaan dan arahnya, pukulan drive ada tiga macam, yaitu sebagai
berikut :

- Pukulan drive panjang yaitu pukulan dengan mengarahkan


shuttlecock ke belakang daerah lawan.
- Pukulan drive setengah lapangan yaitu pukulan dengan tujuan
menjatuhkan shuttlecock kebagian tengah samping dari daerah
lawan.
- Pukulan drive pendek yaitu pukulan yang dilakukan dengan
mengarahkan kok supaya jatuh sedekat mungkin dengan net di
daerah lawan.

6) Permainan net (netting)

Permainan net merupakan pukulan yang paling suluit dalam permainan


bulutangkis. Permainan net banyak memerlukan kecermatan dan penuh perasaan.
Prinsip permainan sebagai berikut :
- Bola harusdiambil diatas atau setinggi mungkin
- Lambungan bola harus serendah mungkin dengan net
- Jatuhnya bola harus serapat mungkin dengan net
- Bola harus diambil sewaktu masih diatas, karena apabila diambil
setelah bola dibawah akan memperlambat tempo permainan dan
memberikan kesempatan lawan lebih siap untuk maju.

5. Variasi teknik pukulan dan taktik permainan

Setelah menguasai cara memegang raket dan seluruh teknik dasar


dengan baik, selanjutnya dapat membuat variasi pukulan. Anda dapat
mengembalikan setiap pukulan yang diberikan oleh lawan mainnya dengan
pukulan yang berbeda-beda sesuai dengan arah dan kecepatan shuttlecock yang
datang. Selain itu juga dalam satu jenis posisi dan arah datang shuttlecock anda
dapat melakukan beberapa pilihan pukulan. Misalnya pukulan overhead, selain
lob dengan sedikit mengubah grip dan arah raket/putaran raket, bisa melakukan
pada posisi underhand yang baik, selain melakukan netting bisa juga
melakukan flick. Penguasaan pukulan dasar dan variasi akan terasa sekali
manfaatnya pada saat mulai bermain dalam game (hitungan). Berpikirlah
menggunakan taktik apa agar mematikan lawan dan memenangkan
pertandingan.

6. Jenis permainan bulutangkis

1. Permainan tunggal

Pada permainan tunggal, bisa dikatakan berada diatas angin apabila selalu
bisa :

- Melakukan pukulan dengan selalu berada di belakang bola


- Sudah berada di tengah lapangan sebelum lawan memukul bola
- Sebaliknya berusaha untuk cepat berada pada posisi memukul
sebelum lawan kembali ke tengah. Dalm posisi ini artinya siap
melakukan serangan yang mematikan.
Untuk bisa melakukan ketiga hal diatas, pemain harus memiliki
footwork yang teratur dan cepat. Dan gerakan-gerakan yang cepat itu bisa
berlangsung untuk jangka waktu lama maka diperlukan stamina yang memadai.
Karenanya footwork yang cepat, teratur dan stamina yang kuat menjadi faktor
yang dominan diperlukan seorang pemain tunggal

2. Permainan ganda

Permainan ganda memiliki tuntutan yang agak berbeda dengan tunggal.


Seorang pemain yang footworknya kurang baik tetapi memiliki kecepatan dan
refleks pukulan serta power yang besar, bisa menjadi pemain ganda yang baik.
Walaupun penguasaan pukulan dasarnya sama dengan tunggal, tetapi seorang
pemain tunggal yang baik belum tentu bisa menjadi pemain ganda yang handal.

B. Tinjauan Umum Tentang Stres

1. Defenisi stres

Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresorpsi-kososial


(tekanan mental atau beban kehidupan) (Hawari, 2001). Menurut Suliswati,
et.al (2005) mendefinisikan stres sebagai gangguan pada tubuh dan fikiran
yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, sedangkan stres
adalah suatu keadaan dimana terlalu sedikit tuntutan yang merangsang individu
yang menyebabkan kebosanan atau frustasi.

Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan
tubuh yang terganggu, suatu venomena universal yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres
memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis,
intelektual, sosial, dan spritual, stres dapat mengancam keseimbangan
fisiologis (Rasmun, 2004). Menurut Selye (1976, dalam Potter dan Perry,
2005) stres segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang
individu untuk berespon atau melakukan tindakan.
2. Sumber stres

Sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan diluar tubuh, sumber
stres dapat berupa biologik/fisiologik, kimia, psikologik, sosial dan spritual,
terjadinya stres karena stressor tersebut dirasakan dan dipersepsikan oleh
individu sebagai ancaman sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan
tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik dan psikologik contohnya
(Rasmun,2004) :

1) Stressor biologik, dapat merupakan mikroba, bakteri, virus, dan jasat


renik lainnya, hewan, tumbuhan, dan bermacam mahluk hidup lainnya
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
2) Stressor fisik, dapat berupa perubahan iklim, alam, suhu, cuaca,
geografi, demografi, nutrisi, kebisingan dll.
3) Stressor kimia, dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa,
sedangkan dari luar tubuh dapat berupa komsumsi obat, alkohol,
nikotin, kafein, polusi udara, gas beracun, insektisida, pencemaran
lingkungan, bahan kosmetik, pengawet, pewarna, dll.
4) Stressor psikososial, dapat berupa prasangka, ketidak puasan terhadap
diri sendiri, kekejaman (penganiayaan, pemerkosaan), konflik peran,
percaya diri rendah, perubahan status ekonomi dan kehamilan.
5) Stressor spiritual, yaitu adanya presepsi negatif terhadap nilai-nilai
Ketuhanan.
Dibawah ini contoh stressor seperti yang diuraikan oleh Esperanza (1997,
dalam Rasmun, 2004): Perubahan patotogi dari penyebab penyakit atau suatu
injuri, trauma (injuri, luka bakar, serangan, elektrik, schok), tidak adekuatnya,
makanan, kehangatan, dan pencegahan, tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
(kelaparan, gangguan seksual), program terapi (diet, terapi fisik, psikoterapi),
kekacauan hubungan sosial dan keluarga, konflik sosial dan budaya, perubahan
fisiologis yang normal (pubertas, menstruasi, kehamilan dan monepouse),
peristiwa yang menyebabkan stres full (peristiwa penting dalam kegiatan
sosial, ujian, wawancara, diagnostik test), membayangkan ancaman dari injuri
(sumber dari stres yang tidak dapat dipastikan), bencana alam (gempa bumi
dan banjir), serangan wabah, bakteri, virus atau parasit, isolasi sosial,
kompetisi dalam olahraga, perpindahan tempat tinggal, peperangan, kegiatan
sehari-hari dari kehidupan (entertaining, pengemudi), situasi positif dari
peristiwa kehidupan (menikah, mempunyai bayi, lulus dari kuliah).

Faktor yang mempengaruhi efek stressor bagi individu dapat berbeda-beda


antara individu satu dengan yang lain dalam merespon stressor, hal ini
tergantung dari beberapa faktor yang memungkinkannya yaitu (Rasmun,
2004):

1) Bagaimana individu mempersiapkan stressor, jika stressor dipersiapkan


akan berakibat buruk bagi dirinya maka tingkat stres yang dirasakan
akan berat, namun jika stressor dipersiapkan tidak mengancam dan
individu merasa mampu mengatasinya, maka tingkat stres yang
dirasakan maka lebih ringan.
2) Intensitas serangan stressor terhadap individu, jika intensitas stres
tinggi, maka kemungkinan kekuatan fisik dan mental tidak mampu
mengadaptasinya, begitu pula sebaliknya.
3) Jika stressor yang harus dihadapi pada waktu yang sama. Artinya, pada
waktu yang bersaman bertumpuk sejumlah stressor yang harus dihadapi
sehingga stressor kecil dapat menjadi pemicu/pencetus yang
mengakibatkan reaksi yang berlebihan. Seiring ditemukan seseorang
yang biasanya dapat menyelesaikan pekerjaan yang sangat sederhana
dengan baik, namun tiba-tiba ia tidak dapat mengerjakannya. Hal ini
disebabkan pada saat yang sama ia sedang menghadapi banyak stressor.
4) Lamanya pemaparan stressor: memanjangnya stressor dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan individu mengatasi stres, karna
individu telah berada pada fase kelelahan dan kehabisan tenaga untuk
mengatasi stres tersebut.
5) Pengalaman masa lalu, dapat mempengarui kemampuan individu dalam
menghadapi stressor yang sama misalnya, individu yang satu tahun lalu
dirawat karna sakit, dengan pengalaman yang negatif, maka saat
dirawat kembali individu tersebut akan sangat cemas, demikian pula
sebaliknya.
6) Tingkat perkembangan, pada tingkat perkembangan tertentu terdapat
jumlah dan intensitas stressor yang berbeda sehingga resiko terjadinya
stres pada setiap tingkat perkembangan akan berbeda.

3. Tahapan stres

Menurut Dadang Ambert (1979, dalam Sunaryo, 2004) bahwa tahap stres
sebagai berikut:

1) Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasan
nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan
pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan
penglihatan menjadi tajam.
2) Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi
tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah
sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman
(bowel discomfort), jatung berdebar, otot tengkuk dan punggung
tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
3) Sters tahap ketiga, yaitu dengan tahap stres dengan keluhan, seperti
defekasi tidak teratur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang,
emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali (middle
insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late insomnia),
koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
4) Stres tahap keempat, yaitu tahap stres dengan keluhan, seperti tidak
mampu berkeja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan teras sulit dan
menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan
pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun,
serta timbul ketakutan dan kecemasan.
5) Stres tahap kelima, yaitu tahap stres yang ditandai dengan kelelahan
fisik dan mental (physical and psychological exhaustion), ketidak
mampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan,
gangguan pencernaan yang berat, meningkatnya rasa takut dan cemas,
bingung dan panik.
6) Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahap stres dengan tanda-tanda,
seperti jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin, dan
banyak mengeluarkan keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.

Menurut Potter dan Perry (2005), tingkatan stres terdiri dari 3 tingkat,
yaitu: Stres ringan adalah stres yang dihadapi setiap orang secara teratur,
seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi
seperti ini biyasanya berlangsung beberapa menit atau jam, stres sedang
berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya,
perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang sakit atau
ketidak hadiran yang lama dari anggota keluarga, stres berat adalah situasi
kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun,
seperti perselisihan pekawinan terus-menerus, kesulitan pinansial yang
berkepanjangan dan penyakit fisik jangka panjang.

Sedangkan tingkatan stres menurut Rasmun (2004) dibagi menjadi 3


tingkatan yaitu: stres ringan, umumnya dirasakan oleh semua orang,
contohnya: kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam
beberapa menit atau beberapa jam. Stres ringan tidak akan menimbulkan
penyakit atau gangguan fisiologis kecuali jika dihadapi terus menerus, stres
sedang, terjadi lebih lama beberapa hari contohnya: pekerjaan atau tugas yang
belum selesai, beban kerja yang berlebih. Stres berat adalah stres kronis yang
terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun, misalnya, hubungan
pernikahan yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit yang lama.

4. Tanda dan gejala

Menurut Rasmun (2004), manifestasi psikologis individu terhadap stres


dari segi kognitif, vebal dan psikomotor antara lain, kecemasan, marah,
menangis, tertawa, teriak, memukul, mengumpat dan berdoa.
Tanda dan gejala yang menjadi indikator fisiologis stres menurut Potter
dan Porry (2005), adalah kenaikan tekanan darah, peningkatan ketegangan otot
dileher, bahu dan punggung, peningkatan denyut nadi dan frekuensi
pernafasan, telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin, postur tubuh
yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, suara yang
bernada tinggi, mual, muntah dan diare, perubahan nafsu makan, perubahan
berat badan, perubahan frekuensi berkemih, gelisa, kesulitan untuk tertidur atau
sering terbangun saat tidur, dan dilatasi pupil. Sedangkan indikator emosional
dan prilaku stres yaitu ansietas, depresi, perubahan dalam kebiyasan makan,
tidur, dan pola aktifitas, kehilangan harga diri, kehilangan motivasi, penurunan
produktifitas, kecendrungan untuk membuat kesalahan, mudah lupa, ketidak
mampuan berkonsentrasi.

5. Faktor predisposisi

Menurut Cahyani (2010), beberapa faktor penyebab yang


mempengaruhi kejadian stres antara lain:

1) Kondisi psikologis

Faktor non fisik seorang individu, misalnya sifat, kepribadian, cara


pandangan, tingkat pendidikan dapat berpengaruh dalam menghadapi stres.
Individu yang memiliki pikiran positif, biasanya dapat menyelesaikan masalah
yang dihadapinya dengan positif pula.

2) Keluarga

Keluarga berperan besar dalam kejadian stres. Jika terdapat masalah dalam
keluarga dapat menjadi pemicu stres, misalnya adanya konflik dalam keluarga,
hubungan yang tidak harmonis, merasa jadi beban keluarga. Sebaliknya, peran
keluarga juga sangat besar dalam menjauhkan stres. Dukungan, penghargaan,
rasa hormat dan rasa peduli sangat besar pengaruhnya untuk menjauhkan
meredakan stres.
3) Lingkungan

Stres juga dapat dipicu oleh hubungan sosial dengan orang lain
disekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya. Selain itu, seorang individu juga
bisa terkena stres karena lingkungan tempat tinggalnya. Lingkungan yang
padat, macet, bising, kotor dan tercemar bisa menjadi sumber stres.

4) Pekerjaan

Pekerjaan dapat menjadi pemicu stres bagi seorang individu. Penurunan


kondisi fisik dan psikis berpengaruh pada turunnya produktifitas. Jika pada
waktu mudanya ia telah mempersiapkan cukup bekal untuk masa tua, maka ia
bisa menikmati masa pensiunnya. Tetapi jika seseorang merasa belum cukup
mempersiapkan bekalnya untuk masa pensiun, maka ia dituntut untuk terus
bekerja.

Menurut Indriani (2009) bahwa penyebab stres dibedakan menjadi


penyebab makro dan penyebab mikro. Penyebab makro adalah hal-hal yang
menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian dan
pensiun. Sedangkan penyabab mikro yaitu peristiwa kecil sehari-hari, seperti
pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, antri, dan lain-lain.

Menurut Smet (1994, h. 130-131), faktor yang mempengaruhi stres antara


lain:

1) Variabel dalam diri individu


Variabel dalam diri individu meliputi: umur, tahap kehidupan, jenis
kelamin, temperamen, faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku,
kebudayaan, status ekonomi.
2) Karakteristik kepribadian
Karakteristik kepribadian meliputi: introvert-ekstrovert, stabilitas emosi
secara umum, kepribadian ketabahan, locus of control, kekebalan,
ketahanan.
3) Variabel sosial-kognitif
Variabel sosial-kognitif meliputi: dukungan sosial yang dirasakan, jaringan
sosial, dan kontrol pribadi yang dirasakan.
4) Hubungan dengan lingkungan social
Hubungan dengan lingkungan sosial adalah dukungan sosial yang diterima
dan integrasi dalam hubungan interpersonal.

Menurut Suliswati (2005), faktor-faktor yang melatar belakangi stres


adalah:

1) Pengaruh genetik, yaitu keadaan kehidupan seseorang yang diperoleh dari


keturunan yang meliputi riwayat kondisi psikologis dan fisik keluarga
serta temperamen.
2) Pengalaman masa lalu adalah kejadian-kejadian yang menghasilkan suatu
pola pembelajaran yang dapat mempengaruhi respon penyesuaian
individu, termasuk pengalaman sebelumnya terhadap tekanan stres dan
tingkat penyesuaian pada tekanan stres sebelumnya.
3) Kondisi saat ini meliputi faktor kerentanan yang mempengaruhi kesiapan
fisik, psikologis, dan sumber-sumber sosial individu untuk menghadapi
tuntutan untuk menyesuikan diri, contoh status kondisi kesehatan saat ini,
motivasi, berat dan lamanya stres, pendidikan, umur.

Stres belajar merupakan salah satu jenis stres yang banyak dialami oleh
mahasiswa (Kustyarini, 2008). Stres sering kali timbul sehingga menyebabkan
mahasiswa tidak dapat mengikuti perkuliahan secara efektif. Stres dan
identifikasi stres yang potensial diantara mahasiswa keperawatan telah
mendapat perhatian dalam literatur (Nicholl & Timmins, 2005). Mahasiswa
keperawatan memiliki kesamaan stres akademik seperti mahasiswa jurusan
lainnya, seperti ujian tengah semester dan ujian akhir semester, skripsi dan
tugas-tugas lainnya ( Evan & Kelly, 2004 dalam Seyedfatemi, 2007). Akan
tetapi, mahasiswa keperawatan memiliki stres yang lebih tinggi dibandingkan
dengan mahasiswa dari jurusan yang lainnya. Dari beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan akan lebih cenderung mengalami
stres dari mahasiswa lainnya.

Stres siswa menurut Kompas (2004, dalam farida, 2008) siswa rela
mengakhiri hidupnya dengan tragis, hal ini disebabkan oleh persoalan-
persoalan yang terjadi dalam lingkungan sekolah baik yang bersumber dari
guru, pelajaran maupun lingkungan sosial. Penelitian dari Virginia (1999,
dalam farida, 2008) mengungkapkan faktor-faktor penyebab stres mahasiswa
dipersentasekan sebagai berikut: stres akademik 26%, konflik dengan orang tua
17%, masalah finansial 10%, pindah rumah dan sekolah 5%.

6. Akibat lanjut dari stres

Akibat lanjut dari stres menurut Potter dan Perry (2005), stres yang
berkepanjangan telah menunjukkan hubungan dengan penyakit kardiovaskuler
dan gastrointestinal. Beberapa kanker, gangguan imunologik, sakit kepala
migren, kelelahan dan mudah tersinggung berkaitan dengan stressor
berkepanjangan dan tidak terselesaikan.

Hasil penelitian Sheu dkk (2001), menjelaskan bahwa tingkat stres yang
dialami oleh mahasiswa pada tahun ketiga adalah sebesar 44%. Tingkat stres
yang tinggi dapat berpengaruh terhadap kesehatan mahasiswa keperawatan.
Efek stres yang paling banyak dilaporkan adalah perubahan prilaku dan status
fisio-psikologi mahasiswa. Mungkin respon psikologis yang negatif yang
terjadi seperti tertekan, putus asa, gugup, marah, tidak senang, kehilangan rasa
percaya diri, tidak ceria. Sedangkan pada respon fisik yang negatif akan terjadi
seperti lemah, diare atau gangguan gastrointestinal, insomnia, anemia,
anoreksia.

Menurut Farida (2008) pada siswa SMU 3 di kota Makasar mengalami


gejala stres belajar yang sebagai berikut: Bersifat fisiologis, berupa sering
beringat, sakit kepala, sakit perut ketika menghadapi situasi tertentu, gejala
intelektual, berupa mudah lupa dan tidak dapat konsentrasi dalam mengikuti
pelajaran, gejala psikologis, berupa ketidak stabilan emosi yang mengakibatkan
mudah marah, pendendam, pasif, dan tertutup menghadapi realita. Dan Farida
mengatakan siswa mengalami stres akibat tekanan yang dialaminya disekolah.
Tekanan tekanan tersebuat antara lain, tekanan akademik dari banyak beban
pelajaran, cemas menghadapi ujian/ulangan, dan tidak dapat mengelola waktu
belajar.

7. Penanganan stres

Penanganan stres menurut Indriyani (2009), strategi menangani stres


dibagi menjadi 3 kategori, sebagai berikut:

1) Rimary prevention, yaitu dengan mengubah cara individu dalam


melakukan sesuatu, misalnya cara mengatur waktu, cara
mengorganisasikan dan cara menata sesuatu
2) Secondary prevention, merupakan strategi individu menghadapi suatu
stressor, misalnya dengan cara latihan, diet, relaksasi dan mediasi.
3) Tertiary prevention, merupakan strategi individu dalam menangani
dampak stres yang sudah ada biasanya memerlukan bantuan dari
orang lain.

Menurut Potter dan Perry (2005), menyatakan dengan cara terapi humor
dapat melepaskan endorfin dan menghilangkan perasaan stres serta dengan
teknik relaksasi dan spiritualitas.

C. Hubungan Olahraga Badminton Terhadap Tingkat Stress

Sepanjang hidupnya manusia selalu menghadapi masalah dan kesulitan,


maka kegiatan memecahkan kesulitan itu merupakan aktivitas manusiawi yang
selalu di ulang ulang sepanjang hayat. Sebab hidup ini terdapat masalah dan
kesulitan, bahkan hidup itu sendiri adalah satu masalah pelik yang harus
dipecahkan sendiri oleh setiap individu. Cepat atau lambat, setiap individu
pasti menghadapi kesulitan, dimana pengetahuan, inteligensi dan pengalaman
hidupnya tidak bisa dijadikan senjata untuk memecahkan kesulitan tadi. Jika
seseorang ingin sekali memecahkan satu kesulitan hidup dan mencapai satu
tujuan, namun pelaksanaanya terhalang-halangi, maka dikatakan bahwa dia
mengalami Stress. Apabila Stress ini tidak dikelola dengan baik dan terjadi
Stress yang berkepanjangan maka terjadilah stres yang akan berakibat
merugikan bagi individu. Sebagaimana diketahui bersama bahwa olahraga
Badminton adalah kegiatan mengolah raga atau tubuh sehingga mempunyai
peran penting terhadap kesehatan dan memberikan berbagai macam manfaat
bagi kehidupan baik dari segi jasmani maupun rohani. Salah satu manfaat dari
melakukan kegiatan olahraga Badminton adalah dapat mengurangi stress yang
ditimbulkan dari kegiatan rutin. Olahraga Badminton juga memberikan banyak
pengaruh positif pada tubuh, diantaranya yakni pada sistem peredaran darah,
pada sistem otot dan pada sistem pernafasan. Menurut Landers (dalam Depkes.
1993:5) ada lima manfaat olahraga yang dapat menyehatkan mental yaitu:
Meningkatkan kekuatan otak, melawan penuaan, meningkatkan perasaan
bahagia dan meningkatkan kepercayaan diri.

Berbagai penelitian sekarang ini telah menunjukan bahwa orang yang


mempertahankan kebugaran tubuh yang sesuai, menggunakan beragam latihan
olahraga secara bijaksana dan melakukan pengaturan berat badan, memiliki
keuntungan tambahan, yaitu hidup lebih panjang khususnya di usia tua yakni
antara usia 50-70 tahun, penelitian telah membuktikan bahwa kematian
menjadi berkurang tiga kali lipat pada orang yang bugar daripada orang yang
tidak bugar (Guyton, dalam Depkes, 1993). Dari banyaknya akibat positif yang
ditimbulkan dalam olahraga hingga seseorang sampai lanjut usia, maka
keuntungan-keuntungan diatas sangat berhubungan dengan olahraga
bulutangkis atau badminton yakni sebagai olahraga hiburan di waktu luang,
tantangan dalam bermain guna menyehatkan perasaan dan pikiran yang tidak
sehat akibat stress pekerjaan serta bertanding untuk menyalurkan rasa
kekecewaan dan emosi yang ditimbulkan oleh rasa stress yang berat.
Kebiasaan itu dilakukan rutin dalam menjaga kesehatan dan kebugaran setiap
individu agar tetap aktif dan eksis bekerja. Memandang bahwa olahraga
bulutangkis yang dilakukan secara rutin mempunyai suatu pengaruh untuk
mengurangi rasa stress yang dialami dalam melakukan pekerjaan serta
menjalani kehidupan sehari-hari, maka melakukan olahraga bulutangkis adalah
salah satu solusi untuk mengurangi stress

.
BAB III
Kerangka Konsep

E. Kerangka Konsep

3KALI/MINGGU
LATIHAN
3 MINGGU STRESS
BADMINTON SEBANYA 9 KALI

LATIHAN

Keterangan :

: Variabel Independen

: Waktu Yang di Perlukan

: Variabel Dependen
F. Kerangka Kerja

Populasi anggota ukm


bulutangkis UMI

Sampel : 10 orang

Sampling :purporsive sampling member yang memenuhi kriteria inklusi

Pengumpulan data sebelum intervensi : pengukuran VO2 max,


tekanan darah, kadar hemoglobinTingkat Stress

Intervensi : 10 orang

Latihan Bulutangkis

V.independen : V. dependen :Tingkat Stress

latihan bulutangkis (VO2 max, tekanan darah, dan kadar HB)

Pengumpulan data setelah intervensi

Observasi

Penyajian dengan statistic uji paired t test

Penyajian hasil
BAB IV
METODEPENELITIAN
A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian pra


eksperimen dengan rancangan One-group pre-post test design. Peneliti
menggunakan desain ini karena penelitian ini akan mengungkapkan sebab-akibat
dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi
sebelum dilakukan intervensi (pre test), kemudian diobservasi lagi setelah
intervensi (post test).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di GOR Aptisi Makassar tahun 2018

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak


dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2010). Populasi dalam
penelitian ini adalah anggota yang masuk di UKM Bulutangkis UMI
Makassar.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang di pilih dengan cara


tertentu hingga di anggap mewakili populasi (Nursalam, 2008). Sampel
dalam penelitian ini adalah anggota di UKM Bulutangkis UMI Makassar
sebanyak 10 orang.

D. Tekhnik Sampel

Tekhnik sampel dilakukan dengan purposive sampling, yang di dasarkan


pada suatu pertimbangan tertentu yang di buat oleh peneliti. Pengambilan secara
purposive sampling ini bertujuan untuk mendapatkan sampel penelitian yang
memilki karakteristik tertentu, sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis
dengan valid ( Notoadmodjo, 2002).

Kriteria Inklusi :

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu


populasi target yang terjangkau dan akan di teliti ( Azis, 2008). Kriteria inklusi
dalam penelitian ini adalah :

a. Bersedia menjadi responden


b. AnggotaUKM bulutangkis UMI Makassar
D. Anggota yang berusia 18-25tahun
E. Responden berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
F. Bersedia mengikuti prosedur penelitian
G. Tidak ada riwayat penyakit

Kriteria eksklusi :

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang


tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Anggota yang tidak bersedia diukur VO2 max, tekanan darah, dan
kadar hemoglobin.
b. Anggota yang tidak bersedia sebagai responden

E. Metode Pengolahan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan


pengukuran secara langsung oleh peneliti. Adapun data yang di gunakan pada
penelitian ini adalah :

1. Data primer Data primer adalah data yang di peroleh secara


langsung dari sumber penelitian, yaitu hasil pengukuran VO2 max,
tekanan darah, dan kadar hemoglobin dari para responden.
2. Data sekunder Tidak menggunakan data primer.
F. Instrument penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian adalah lembar observasi,


tensi dan alat ukur kadar hemoglobin. Berisi identitas responden, hasil
pengkukuran VO2 max, tekanan darah dan kadar hemoglobin untuk mendapatkan
informasi dari responden. Hasil pengukuran VO2 max, tekanan darah, dan kadar
hemoglobin di ukur dilembar observasi yang telah tersedia Pengolahan dan
Analisis Data

1. Pengolahan data

Langkah-langkah yang di ambil dalam pengolahan data dalam penelitian


ini sebagai berikut :

a. Editing

Setelah data terkumpul di lakukan pengeditan yaitu dengan


memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data dan
keseragaman data yang di peroleh dari hasil observasi langsung
pengukuran tekanan darah seluruh responden pada saat melakukan
aktivitas olahraga bulutangkis.

b. Koding

Untuk memudahkan pengolahan data, semua data perlu di


sederhanakan dengan member symbol-simbol tertentu untuk setiap
pengkodean pada seluruh hasil pengukuran.

c. Tabulasi data

Setelah di lakukan editing dan koding dilanjutkan dengan


mengelompokkan data kedalam table menurut sifat-sifat yang di miliki
data sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Analisa data

Analisa data yang di gunakan adalah analisa data deskriptif yang


merupakan salah satu jenis analisis kuantitatif. Dalam hal ini dapat di peroleh
hubungan suatu system serta perkembangan variable-variabel yang di teliti.
Mendeskripsikan masing-masing variable yang di teliti meliputi tekanan darah
pada saat melakukan aktivitas latihan bulutangkis.

G. Etika Penelitian

Penelitian ini berpedoman pada norma dan etika penelitian yaitu dengan:

1. Informed consent

Peneliti memberikan lembar permohonan menjadi responden dan


persetujuan menjadi responden pada anggota UKM Bulutangkis Universitas
Muslim Indonesia. Jika responden bersedia diteliti maka mendatangani lembar
persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan
memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anonymity

Peneliti menjaga kerahasian identitas responden, peneliti tidak akan


mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data. Lembar tersebut
hanya diberi nomor kode tertentu.

3. Safety

Keamanan responden sangat diperhatikan saat dilakukan penelitian, seperti


pada pemeriksaan golongan darah. Tindakan invasif semacam ini perlu dilakukan
teknik aseptik secara tepat seperti penggunaan alkohol 70% ketika akan
melakukan pemeriksaan golongan darah. Hal ini dilakukan untuk melindungi jiwa
responden dari infeksi dan berbagai penularan penyakit.

4. Privacy

Menjaga privacy responden sangat diperhatikan saat dilakukan penelitian,


seperti pada pemeriksaan tekanan darah hasil dari responden di jaga
kerahasiaannya.

Anda mungkin juga menyukai