Bab I
Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Beras sebagai pangan pokok sebagian
besar masyarakat Indonesia dituntut tersedia dalam jumlah yang cukup, berkualitas,
serta terjangkau (Asrul, 2006 dalam Wawan Yuwandha 2008). Kebutuhan beras
Kebutuhan beras nasional pada tahun 2007 mencapai 30,91 juta ton dengan asumsi
konsumsi per kapita rata-rata 139 kg per tahun (Kompas, 21 Nopember 2007 dalam
persen per tahun dan luas areal panen 11,8 juta hektar dihadapkan pada ancaman
rawan pangan pada tahun 2030 (Pasaribu, 2006 dalam Wawan Yuwandha 2008).
Sementra itu upaya swasembada jagung tahun 2007, akan terus digulirkan,
mengingat saat ini, jagung (Zea mays L) merupakan bahan makanan penghasil
sebagai pakan ternak penghasil susu, daging dan juga. Sebagai bahan baku industri.
Oleh karena itu, jagung merupakan komoditas yang mernpunyai nilai strategis seperti
Menurut bentuknya, pertanaman ganda ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Cropping). Sistem tumpangsari, yaitu sistem bercocok tanaman pada sebidang tanah
dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman dalam waktu yang bersamaan. Sistem
tumpangsari ini, disamping petani dapat panen lebih dari sekali setahun dengan
beraneka komoditas, juga resiko kegagalan panen dapat ditekan, intensitas tanaman
2
dapat meningkat dan pemanfaatan sumber daya air, sinar matahari dan unsur hara yang
Menurut Nelson, 2004 dalam Asdar, 2010, keuntungan yang diperoleh dari
Matabubu telah dilakukan usahatani tumpangsari antara padi gogo dengan jagung
lahan kering yang selama ini belum termanfaatkan dengan optimal dapat menjadi
salah satu solusi dalam menghadapi masalah ketahanan pangan. Padi gogo kurang
Wawan Yuwandha, 2008) rata-rata produktivitas padi gogo adalah 2,56 ton per hektar,
(Statistic Indonesia 2011 dalam Warsana) hasil ini jauh di bawah rata-rata
produktivitas padi sawah di Indonesia yang mencapai 4,78 ton per hektar. Sumbangan
padi gogo dengan jagung terhadap produktivitas pangan nasional masih kecil.
dari luas lahan pertanian Indonesia adalah lahan kering. Untuk tetap mempertahankan
swasembada pangan, maka corak pertanian di masa yang akan datang adalah pertanian
lahan kering. (Wana, 2000 dalam Hendri Metro Purba, 2005 ), mengatakan bahwa
lahan kering yang diusahakan dengan tepat dapat menghasilkan berbagai komoditas
dengan pendapatan yang lebih besar dibandingkan lahan sawah. Selain itu lahan
3
kering memiliki kedudukan strategis karena : (a) Lahan kering menempati areal terluas
dibandingkan dengan lahan air seperti sawah, rawa, dan pasang surut. (b) Lahan
kering diperkirakan seluas 123 juta, hektar atau 62 persen dari luas total daratan
Indonesia. (c) Lahan kering merupakan sumber utama penghasil komoditi pertanian
untuk tanaman pangan, (d) Pemanfaatan lahan kering yang semakin meningkat
Berkaitan dengan itu secara konseptual produktivitas padi gogo dengan jagung
teknologi, infrastruktur, asset sosial budaya masyarakat dan sumber daya masyarakat,
yang memiliki potensi sumber daya lahan kering untuk pengembangan usaha dibidang
pertanian. Desa Matabubu Kecamatan Baito adalah salah satu desa yang mepunyai
lahan kering cukup luas yaitu 273 Ha. (BPP Kecamatan Baito 2011). Masyarakatnya
"Analisis Pendepatan Usahatani Sistem Tumpangsari Padi Gogo dengan Jagung yang
Bertitik tolak dari uraian tersebut, maka timbul pertanyaan, apakah usaha
Konawe Selatan ?
4
Sistem Tumpangsari Padi Gogo dengan Jagung di Desa Matabubu Kecamatan Baito
1. Sebagai bahan informasi dan pertimbagan bagi instansi terkait khususnya petani
padi gogo dengan jagung dan perbaikan sistem budidaya dimasa mendatang.
3. Bagi mahasiswa (i), sebagai bahan informasi, referensi bagi penelitian lebih
lanjut.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Petani yang berusahatani sebagai suatu cara hidup, melakukan pertanian karena
dia seorang petani. Apa yang dilakukan petani ini hanya sekedar memenuhi
kebutuhan, dalam arti petani meluangkan waktu, uang serta dalam mengkombinasikan
masukan untuk menciptakan keluaran adalah usahatani yang dipandang sebagai suatu
Balas jasa atau pendapatan dari suatu usahatani merupakan selisih dari
penerimaan usahatani dengan biaya usahatani yang dikeluarkan (Patong, 1985 dalam
Adi Ratno 2012). Sejalan dengan Prayitno, 1985 dalam Adi Ratno 2012,
oleh beberapa taktor yaitu: (1) efisiensi biaya produksi usahatani, (2) efisiensi
penyediaan bahan atau factor-faktor produksi, dan (3) efisiensi biaya tataniaga. Ketiga
syarat-syarat yaitu:
angkutan dan biaya administrasi yang mungkin melekat pada pembelian tersebut.
Menurut (Soekartawi, 1993 dalam Adi Ratno 2012), mengatakan bahwa besar
kecilnya pendapatan sangat dipengaruhi tiga faktor yaitu produksi, harga dan biaya
tetapi mutu produksi naik bahkan berarti harga satuan naik pula. Semakin tinggi
jumlah produksi yang dihasilkan dan diikuti oleh pendapatan yang besar, dapat
merangsang badan usaha yang bersangkutan untuk menaikkan produksi secara terus
menerus.
Menurut Tohir, 1983 dalam Adi Ratno 2012, mengemukakan bahwa pendapatan
merupakan uang, hal ini mencerminkan dan adanya kemajuan ekonomi dalam
spesialisasi pembagian kerja. Bagi seorang petani umumnya kurang mengetahui pasti
berapa besar biaya yang dikorbankan untuk menghasilkan sejumlah produksi yang
disebut pendapatan bersih usahatani (net farm income). Pendapatan bersih usahatani
produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang
usahatani. Karena modal tidak dihitung sebagai pengeluaran, maka perbandingan tidak
lainnya yang mampu memberikan penjelasan lebih banyak (Soekartawi 1993 dalam
bersih usahatani, maka pengembalian hasil yang diperoleh komponen lainnya dapat
dihitung. Mengukur dan menilai faktor produksi pengelolaan tidak mudah. Karena itu
7
umumnya faktor produksi ini tidak dinilai, tetapi dicerminkan makin tingginya atau
kecil ialah penghasilan bersih usahatani (net farm income). Angka ini diperoleh dari
menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membayar semua alat yang diperlukan,
bunga modal yang digunakan baik modal sendiri maupun modal dari luar, upah tenaga
kerja yang digunakan dalam usahatani, membayar tenaga petani sebagai manager, dan
semula, selanjutnya dikatakan bahwa untuk menilai biaya dan pendapatan usahatani
2012).
2.2 Produksi
barang dan jasa. Barang dan jasa ini tidak tersedia begitu saja, melainkan harus dibuat
8
produksi yang memiliki beberapa fungsi. Produksi adalah segala kegiatan untuk
menciptakan atau menambah guna atas sesuatu benda atau segala kegiatan yang
lebih cocok atau lebih sesuai untuk memenuhi kebutuban manusia (Mubyarto, 1984
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sementara pengertian produksi yang
dikemukakan Brucce, dkk 1994 dalam Adi Ratno 2012, bahwa produksi yaitu proses
jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produksi).
Produksi adalah kegiatan yang memenuhi nilai suatu hasil. Kalau diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia bahwa produksi adalah kegiatan merubah bahan atau suatu
komponen (produk) menjadi barang jadi (Adiwilaga, 1992 dalam Adi Ratno 2012).
Selanjutnya Patong, 1986 dalam Adi Ratno 2012., menyatakan bahwa, yang dimaksud
dengan produksi adalah segala hasil ciptaan benda-benda atau jasa-jasa secara
menurut (Kartasapoetra 1978 dalam Adi Ratno 2012) bahwa, produksi adalah segala
kegiatan untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu benda dan oleh segala
kegiatan yang ditujukan Untuk memuaskan orang lain lewat pertukaran. Dan (Bruce,
R. C. Robert 1994 dalam Adi Ratno 2012) bahwa, produksi adalah proses kombinasi
dan kordinasi meterial dan kekuatan-kekuatan (input, faktor sumberdaya atau jasa-jasa
Pengertian lain yang dikemukakan oleh (Mubyarto, 1984 dalam Adi Ratno 2012)
membedakan produksi atas dua pengertian yaitu pengertian teknis dan pengertian
ekonomis. Pengertian teknis berarti proses memadu (menjadikan barang atau zat) yang
menimbulkan guna, memperbesar guna yang ada dan membagikannya itu kepada
orang banyak.
bahwa produksi adalah suatu proses kegiatan untuk menambah nilai guna atas barang
utility), guna tempat (place utility), guna waktu (time utility), guna milik (pessesion
Untuk menghasilkan barang dan jasa yang terus, menerus diperlukan barang-
barang yang lain dalam bentuk yang lain pula yang terdapat disekitar kita ini seperti
sinar matahari, udara, tanah dan manusia itu sendiri, ini semua disebut faktor produksi.
Sebagian ahli ekonomi membagi faktor produksi kedalam dua kelompok besar yaitu
modal dan tenaga kerja, sebagian lagi membagi mesin-mesin, jalan raya dan kereta
api, bahan mentah, persiapan bahan jadi dan setengah jadi dalam gudang dan bahan
yang terdiri dari tanah, air, udara, dan sinar matahari. Berdasarkan penjelasan tersebut
di atas maka produksi merupakan kombinasi dari faktor produksi tanah, modal dan
tenaga kerja untuk memperoleh produksi yang maksimal (Rianse, 2008 dalam Adi
Ratno 2012).
(produksi fisik) dengan faktor produksi (input). (Brucce 1994 dalam Adi Ratno 2012),
dari berbagai macam kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu
perusahaan. Fungsi produksi diberikan output maksimal dalam pengertian fisik dari
Patong, 1986 dalam Adi Ratno 2012, mengatakan bahwa biaya mempunyai
peranan penting dalam setiap pengambilan keputusan usahatani. Besar kecilnya biaya
yang dihasilkan.
Menurut Hernanto, 1989 dalam Adi Ratno 2012, biaya yaitu biaya-biaya yang
dianggap memberikan manfaat dimasa yang akan datang. Jadi biaya merupakan
sejumlah korbanan baik yang berupa uang, maupun yang tidak berupa uang dalam
suatu proses produksi yang dipergunakan dalam pilihan yang terbaik dengan harapan
dapat memberikan manfaat yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Biaya produksi akan selalu muncul dalam setiap kegiatan ekonomi dimana
Menurut Kartsapoetra, 1978 dalam Adi Ratno 2012, biaya produksi adalah
produksi dan bahan bahan penunjang lainnya yang akan didayagunakan agar produksi-
produksi tertentu yang telah direncanakan dapat terwujud dengan baik. (1) Biaya
variabel, yaitu biaya yang diperuntukkan bagi pengadaan faktor-faktor produksi, yang
sifatnya berubah-rubah atau bergantung pada produk yang telah direncanakan. (2)
Biaya tetap, yaitu biaya yang diperuntukkan bagi pembiayaan faktor-faktor produksi
11
yang sifatnya tetap. (3) Biaya eksplisit, yaitu pengeluaran-pengeluaran pihak produsen
yang berupa pembayaran dengan uang (cek), untuk memperoleh faktor-faktor produksi
atau bahan penunjang lainnya. (4) Biaya tersembunyi yaitu taksiran pengeluaran atas
1. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang penggunaanya tidak habis dalam satu masa
produksi, misalnya pajak air, pajak tanah, penyusutan alat dan pembangunan
2. Biaya variabel atau biaya berubah (variable cost ) yaitu biaya yang besar kecilnya
bibit/benih, pestisida pengendali hama, buruh dan tenaga kerja upahan, biaya
panen, biaya pengolahan tanah baik yang dikontrak maupun yang harian.
3. Biaya tunai yaitu biaya yang langsung dibayarkan seperti pajak air, pajak tanah,
pemakaian pupuk, benih/bibit, pestisida, dan tenaga kerja dari luar keluarga.
4. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) yaitu biaya yang diperhitungkan tetapi tidak
langsung dibayarkan, misainya untuk tenaga kerja sendiri, bunga modal sendiri.
2.4 Pendapatan
Tohir, 1994 dalam Makmursyam, 2010, pendapatan merupakan uang dan itu
terhadap pembagian pendapatan, makin tinggi income/cost dari suatu usahatani maka
diperoleh, oleh karena itu dalam menganalisis pendapatan usahatani memerlukan dua
12
keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka
yang ditetapkan.
Besamya produksi dan pendapatan yang diterima petani tidak hanya ditentukan
oleh luasnya lahan usahatani tetapi kombinasi cabang usahatani serta cara memilih
Penerimaan adalah pemasukan sumber dana yang berasal dari penjualan barang
atau jasa sebagai suatu usaha untuk memperoleh laba. Selanjutnya Suparmoko,1993
dalam Adi Ratno 2012, menyatakan bahwa, penerimaan usahatani berwujud tiga hal,
yaitu. (1) hasil penjualan tanaman, ternak, ikan atau produksi yang dijual, (2) produksi
yang di konsumsi pengusaha dan keluarga selama melakukan kegiatan, (3) kenaikan
nilai inventaris. Besar kecilnya pendapatan dalam usahatani ditentukan efisiensi biaya
keberhasilan dari suatu usahatani yang dikelola. Pendapatan ini digunakan untuk
adalah (a). luas lahan, meliputi areal tanam, luas pertanaman dan luas pertanaman rata-
rata, (b). tingkat produksi, (c). pilihan dan kombinasi cabang usaha, (d). intensitas
pengusahaan pertanaman.
penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi. Tuwo, 2001
dalam Hami, 2012, berpendapat bahwa pendapatan usahatani adalah selisih antara
biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Maka tinggi penerimaan
13
bahwa bentuk dan macam pendapatan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kegiatan
yang ada mulai dari yang bersahaja sampai pada tingkat yang modern.
untuk memenuhi segala kebutuhan petani sehingga besarnya pendapatan dan cara
berusahatani adalah untuk memperoleh produksi dan pendapatan yang tinggi dengan
sumberdaya tanah, tenaga kerja dan modal yang tersedia (Kartosaputra, 1988 dalam
Harni, 2012).
kering. Tanaman ini merupakan tanaman semusim jenis padi (Oryza sativa L.) yang
diusahakan ditanah tegalan kering secara menetap dan kebanyakan ditanam di daerah
berumur sedang, anakan sedikit, bentuk gabah bulat dan tahan terhadap kekeringan
(Setiawan, 2000 dalam Hendri Metro Purba 2005). (Basyir et al., 1995 dalam Hendri
Metro Purba 2005) mengemukakan bahwa siklus hidup tanaman padi ladang berkisar
antara 90 hingga 140 hari, tergantung pada varietasnya. Masa pertumbuhan padi
ladang terdiri dari tiga fase : (1) fase vegetatif, (2) fase reproduktif, dan (3) fase
pemasakan, fase vegetatif merupakan masa pertumbuhan batang dan daun (55 hari),
sejak masa perkecambahan benih sampai pembentukan primordial bunga pada ujung
batangnya. Fase reproduktif adalah masa dari tahap munculnya primordia bunga
sampai waktu keluar bunga (35 hari). Pada fase ini tanaman padi ladang sangat sensitif
14
terhadap cekaman lingkungan. Fase pemasakan adalah masa keluarnya bunga sampai
gabah masak, sementara tahapan yang dilalui adalah masak susu sekitar 92 hingga 110
hari setelah tanam, masak padat sekitar 102 hingga 120 hari setelah tanam, dan masa
Padi gogo/ladang dapat tumbuh hampir pada sernua jenis tanah. Menurut
Madkar et al. 2000, dalam Hendri Metro Purba 2005, pertumbuhan dan hasil padi
ladang dipengaruhi oleh tekstur, struktur, unsur hara, dan pH tanah. Tekstur tanah
dengan kemampuan menyimpan air yang tinggi merupakan kondisi yang sesuai bagi
tanaman padi ladang. Tanah dengan kemampuan menyimpan air yang rendah dapat
menimbulkan masalah kelembabam yang rendah setelah hujan berhenti. Hal ini dapat
menyebabkan ketersediaan unsur hara dalam tanah akan menurun (Gupta dan O'Toole,
1986 dalam Hendri Metro Purba, 2005). Menurut De Datta dalam Setiawan (2000),
perubahan unsur hara dalam tanah merupakan salah satu faktor yang membatasi
produktivitas tanaman pada lahan kering. pH tanah yang sesuai untuk pertumbuhan
padi ladang berkisar antara, 5.5 hingga 6.5 pada pH yang lebih rendah dari 5.0 padi
seclangkan bila lebih dari 7.0 dapat menyebabkan tanaman padi ladang mengalami
kekahatan unsur Zn (Gupta dan O'Toole, 1986 dalam Hendri Metro Purba, 2005).
Demikian pula Geertz 1963 dalam Hendri Metro Purba, 2005 mengatakan
bahwa perladangan itu ditandai oleh tidak adanya pembajakan, input tenaga-tenaga
sedikit dibandingkan dengan bercocok tanam yang lain, tidak menggunakan tenaga
hewan ataupun pemupukan dan tidak adanya konsep pemilikan tanah pribadi.
Peladang pada umumnya hidup berpencar berjauhan satu dengan yang lain, baik antara
tempat tinggal di dalam desa maupun antar desa yang satu dengan lainnya. Hal ini
bukan karena sifat peladang yang enggan untuk hidup berdekatan, melainkan
15
Indonesia adalah :
a. Sistem rotasi alami, yang merupakan sistem yang paling sederhana, lahan-lahan
saja kepada kekuatan alam untuk merehabilitasi dirinya melalui suksesi alami,
b. Sistem tanaman sela, merupakan suatu peningkatan dari sistem rotasi alami, lahan-
lahan perladangan pada saat penggarapan pertama sudah ditanami tanaman sela
yang ditanam dalam bentuk larikan sejajar kontur, sehingga dapat berfungsi sebagai
pencegah erosi serta penyubur tanah. Tanaman sela itupun dibiarkan tumbuh
sehingga suksesi alami berjalan lebih cepat. Sistem ini ditemui di Nusa Tenggara
c. Sistem talun, yang merupakan perkembangan dari sistem rotasi alami, sebagai
keadaan pasar dan kondisi fisik lahannya. Yang dimaksud dengan talun adalah
lapangan yang ditanami dengan berbagai macam pohon, baik kayu-kayuan maupun
tanaman keras yang dipilih adalah yang mempunyai prospek ekonomis baik seperti
karet, kelapa, lada, kopi dan cengkeh dan jati. Sistem ini terdapat di Sulawesi,
kelahan kering diantaranya pada lahan tidur dan diareal perkebunan dengan cara
usahatani padi gogo. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah mengoptimalisasikan lahan
yang selama ini belum dimanfaatkan secara penuh, selain itu pengembangan padi gogo
2012) upaya peningkatan produksi beras nasional melalui perluasan areal tanam padi
gogo dinilai lebih pasti, memihak rakyat miskin dan menciptakan lapangan pekerjaan
baru serta memberikan tambahan produksi beras yang berkelanjutan, Usahatani padi
gogo memiliki nilai positif dalam mendukung ketahanan pangan nasional karena
musim panen yang lebih awal, pada waktu cadangan beras pasar sedang menipis.
Produksi yang diperoleh dari usahatani padi gogo/ladang adalah berupa Gabah
Kering Panen (GKP) yang dihasilkan. Karena gabah yang umumnya dijuat didaerah
penelitian adalah gabah kering panen, maka agar nilai produk tersebut tidak
22 April 2012).
Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-
bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari amerika yang tersebar ke Asia dan
Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abat ke-16
17
Tanaman jagung dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asalkan tanah tersebut
memiliki drainase dan aerase yang baik serta kaya akan bahan organik. Kemasaman
tanah yang baik untuk pertumbuhan jagung yaitu antara pH 5,5-7,5 dan yang optimal
dibidang pertanian tanaman pangan yang menjadi pilihan bagi petani karena dianggap
sebagai komoditas yang berpotensi dan cocok dengan kondisi alam yang ada. Banyak
faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani jagung, baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Faktor internal berasal dari lingkungan petani jagung antara lain
tingkat harga input variabel, tingkat harga input tetap, jumlah produksi, kualitas
usahatani jagung adalah tingkat harga yang diterima petani, jumlah pembelian hasil
oleh pasar dan kebijakan pemerintah. Disisi lain, usahatani jagung adalah kegiatan
untuk memproduksi yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan
penduduk, maka permintaan terhadap bahan makanan bergizi yang bersumber dari
jagung keberbagai bentuk produk olahan menyebabkan permintaan akan jagung dalam
negeri semakin meningkat. Disisi lain, produksi dan produktivitas jagung secara
nasional relatif masih rendah, yakni baru sekitar 2,8 ton/ha., sementara telah tersedia
teknologi produksi jagung yang dapat memberikan hasil 4,8 - 8,5 ton/ha, tergantung
18
pada kondisi lahan dan tingkat penerapan teknologinya. Untuk itu ditinjau dari aspek
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dan komoditas unggulan. Jagung
menjadi unggulan karena peranannya yang semakin strategis baik untuk pemenuhan
- Persiapan Benih
Persiapan benih untuk budidaya memegang peran penting dalam upaya peningkatan
produksi jagung, mutu benih meliputi mutu fisik, genetik dan fisiologis benih. Secara
umum, mutu benih jagung yang baik dicirikan beberapa hal, antara lain: daya tumbuh
besar lebih dari 90 %, tidak tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran,
tidak tercemar hama dan penyakit, sehat dan bernas serta tidak keriput tetapi
mengkilap. Untuk persiapan benih ini pastikan benih yang berkualitas, sebelum
- Persiapan Lahan
Untuk persiapan lahan yang akan ditanami jagung bisa dilakukan dengan dua cara
garu/cangkul agar gembur, bersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman dan gulma, gunakan
kompos/pupuk kandang sebanyak 5-10 ton/ha. Kedua, Gulma dan sisa tanaman dapat
- Penanaman Jagung
diinginkan dan ditentukan jarak tanamnya. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan
umur panen. Semakin panjang umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan
memerlukan tempat yang lebih luas. Jagung berumur panjang dengan waktu panen
lebih dari 100 hari setelah tanam, sebaiknya jarak tanamnya dibuat 100 cm X 50 cm
Lubang tanam dibuat dengan alat tugal, kedalaman lubang perlu diperhatikan agar
benih tidak terhambat pertumbuhannya. Untuk penanaman ini, prinsipnya adalah lahan
ditugal sedalam 3-5 cm, dan seetiap lubang hanya diisi 1 atau 2 butir benih, tergantung
jarak tanamnya. Kemudian lubang yang terisi benih tersebut ditutup, dengan tanah
lebih dari satu jenis tanaman dalam sebidang tanah bersamaan atau digilir. Sistem ini
Sistem pertanian ganda ini sangat cocok bagi petani kita dengan lahan sempit di
daerah tropis, sehingga dapat memaksimalkan keuntungan dengan input luar yang
rendah sekaligus meminimalkan resiko dan melestarikan sumberdaya alam. Selain itu
keuntungan lain dari sistem ini : (a) mengurangi erosi tanah atau kehilangan tanah-
20
olah, (b) memperbaiki tata air pada tanah-tanah pertanian, termasuk meningkatkan
pasokan (infiltrasi) air ke dalam tanah sehingga cadangan air untuk pertumbuhan
tanaman akan lebih tersedia, (c) menyuburkan dan memperbaiki struktur tanah, (d)
mempertinggi daya guna tanah sehingga pendapatan petani akan meningkat pula, (e)
karena tanah bisa ditanami secara terus menerus, (g) pengolahan tanah tidak perlu
dilakukan berulang kali, (h) mengurangi populasi hama dan penyakit tanaman, dan (i)
memperkaya kandungan unsur hara antara lain nitrogen dan bahan organik.
harus dipilih sedemikian rupa sehingga mampu memanfaatkan ruang dan waktu
kecilnya, sehingga jenis tanaman yang digunakan dalam tumpangsari harus memiliki
Dalam pelaksanaannya, bisa dalam bentuk barisan yang diselang seling atau tidak
membentuk barisan. Misalnya tumpangsari kacang tanah dengan ketela pohon, kedelai
diantara tanaman jagung, atau jagung dengan padi gogo, serta dapat memasukan
Tumpangsari merupakan salah satu bentuk pola tanam ganda dengan menanam
dua atau lebih jenis tanaman pada suatu areal pertanaman dan waktu tanam bersamaan
dengan jarak tanam tertentu. Tanaman yang ditumpangsarikan harus memiliki keriteria
tahan terhadap naungan, banyak mempunyai bahan organik, dan tahan terhadap hama
et al. 2000 dalam Asdar 2010 sistem tumpangsari merupakan salah satu bentuk
21
tanaman ganda dengan menanam dua atau lebih tanaman pada suatu areal dan waktu
mencegah erosi dan mempertahankan kelembapan tanah dari musim kemusim. Selain
itu juga dapat menjamin keberhasilan suatu usahatani, serta meningkatkan produksi
Sistem tumpangsari tanaman padi gogo dengan jagung sudah lama diusahakan
oleh petani di Kecamatan Baito dan merupakan tanaman pokok, kebutuhan padi dan
jagung selalu meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya permintaan akan padi
Teknik tumpangsari padi gogo dengan jagung adalah penanaman yang baik
dilakukan setelah terdapat 1-2 kali hujan, awal musim penghujan (Oktober -
Desember). Bahkan ada petani yang telah menebar benih pagi gogo sebelum hujan
turun atau yang lebih dikenal dengan sistem Sawur tinggal sistem tanam sawur tinggal
dapat dianjurkan pada daerah-daerah yang memiliki curah hujan sedikit (bulan basah
antara 3 - 4 bulan) per tahun dan sulit mendapatkan tenaga kerja, (Adhi Surya Perdana,
2010).
Teknik penanaman padi dilakukan dengan cara tugal pada jarak tanam 15 cm x
20 cm pada tanah subur dengan 2-3 butir benih tiap lubang. (Husin, 2002). Jarak
tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak
tanam semakin lebar, jagung berumur panen 80-100 hari sejak penanaman, jarak
tanamnya 50 cm x 100 cm. Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang
22
April 2012). Penanaman tumpangsari lebih baik dari pada secara monokultur terutama
untuk padi gogo dengan jagung (hasil pemuliaan haploid ganda) (Priatna et at, 2005).
Cara penanaman ini lahan yang sudah siap dibuat lubang-lubang tanam dengan
menggunakan tugal, pada umumnya untuk pertanaman padi gogo dengan jagung
100cm untuk jagung, setelah lubang bekas tugal terbentuk kemudian 2 - 3 butir benih
padi gogo, dan benih jagung dimasukkan ke dalam setiap lubang tanam dan
direndam sekitar 6 - 12 jam, kemudian dikering anginkan sekitar 6 - 12 jam. Pada cara
tanam dengan tugal ini kebutuhan benihnya ± 25 kg/ha untuk padi gogo dan jagung ±
15 kg/ha, perawatan tanaman akan lebih mudah. Oleh karena itu cara ini yang paling
banyak dipraktekkan oleh petani meskipun memerlukan tenaga kerja tanam lebih
banyak dibandingkan cara alur, (Adhi Surya Perdana dan Priatna et at, 2005).
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Konawe Selatan pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2012. Pemilihan
wilayah tersebut, petani telah melaksanakan usahatani tumpangsari padi gogo dengan
jagung.
sampel dilakukan secara sensus yaitu dengan mengambil seluruh jumlah populasi yang
Selatan.
Jenis dan teknik pengumpulan data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian yakni
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi maupun lembaga yang ada
kaitannya dengan penelitian kami yaitu data yang berasal dari kantor BPP
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan metode
obyek yang akan diteliti agar dapat diketahui tempat serta proses kegiatan yang
dilakukan responden.
pada responden yang dipilih dengan mengadakan pertanyaan (koesioner) yang telah
disiapkan.
serta berbagai laporan dan dokumentasi yang diterbitkan oleh instansi yang
Pengeluaran (Biaya tetap dan biaya variabel) dalam usahatani padi gogo dengan
jagung.
Untuk mengetahui pendapatan usahatani padi gogo dengan jagung maka data
N I - TR - TC
Dimana:
Untuk mengetahui besar penerimaan dari setiap, rupiah biaya yang dikeluarkan
digunakan analisis revenue dan cost ratio (R/C ratio) dengan formulasi:
Y1.PY1
R/C ratio :
X1.PX1
Dirnana:
dengan jagung.
3. Modal adalah barang atau uang yang untuk menghasilkan produksi padi gogo
4. Umur adalah usia responden yang dihitung pada saat penelitian, yang dinyatakan
dalam tahun.
5. Pendidikan yaitu jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh responden,
6. Jumlah anggota keluarga yaitu seluruh anggota keluarga yang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya berada dalam satu unit pengelolaan, dinyatakan dalam jiwa.
8. Lahan yaitu luas lahan yang diusahakan untuk usahatani padi gogo dengan
9. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga keja yang bekerja dalam proses produksi
usahatani padi gogo dengan jagug yang dinyatakan dalam setiap pria (HKP/ha).
10. Produksi adalah hasil fisik usahatani padi gogo dengan jagung yang dihasilkan,
11. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang
13. Biaya adalah nilai dari faktor produksi yang digunakan dalam usahatani padi gogo
14. Penerimaan adalah nilai dari produksi fisik usahatani padi gogo dengan jagung,