Anda di halaman 1dari 18

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Takwa adalah kumpulan semua kebaikan yang hakikatnya merupakan


tindakan seseorang untuk melindungi dirinya dari hukuman Allah dengan
ketundukan total kepada-Nya. Asal-usul takwa adalah menjaga dari
kemusyrikan, dosa dari kejahatan dan hal-hal yang meragukan (syubhat).

Takwa adalah bentuk peribadatan kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya


dan jika kita tidak melihat-Nya maka ketahuilah bahwa Dia melihat
kita. Takwa adalah tidak terus menerus melakukan maksiat dan tidak
terpedaya dengan ketaatan. Takwa kepada Allah adalah jika dalam pandangan
Allah seseorang selalu berada dalam keadaan tidak melakukan apa yang
dilarang-Nya, dan Dia melihatnya selalu.

Takwa sangat penting dan dibutuhkan dalam setiap kehidupan seorang


muslim. Namun masih banyak yang belum mengetahui aspek-aspek dari
takwa itu sendiri. Untuk itu makalah ini dibuat sebagai bahan pembelajaran
mengenai takwa, dan juga untuk pemenuhan tugas dari Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam.

1
1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:


1. Mengetahui pengertian takwa
2. Mengetahui ruang lingkup takwa
3. Mengetahui jalan menuju takwa
4. Mengetahui ciri-ciri orang yang bertakwa
5. Mengetahui keutamaan orang yang bertakwa

2
II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Takwa

Takwa secara harfiah berasal dari kata kerja “waqa—yaqi—wiqayah”, yang


berarti terjaga atau terpelihara. Dalam arti sempit takwa berarti takut kepada
Allah SWT., terpelihara/terjaga dari siska api neraka.Adapun arti lain dari
takwa adalah:1

1. Melaksanakan segala perintah Allah


2. Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah (haram)
3. Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah

Imam an Nawawi rahimahullah berkata bahwa takwa adalah istilah tentang


melaksanakan segala kewajiban dan meninggalkan segala larangan.

Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyebutkan bahwa takwa artinya melakukan


perintah dan meninggalkan larangan.

Thuluq ibnu Habib rahimahullah berkata tentang takwa, “engkau


melaksanakan ketaatan (melaksanakan perintah), di atas cahaya dari Allah
(ilmu), dengan berharap pahala dari Allah. Dan engkau meninggalkan
maksiat terhadap Allah, di atas cahaya Allah dari Allah, karena takut terhadap
hukuman Allah.

1
Imam Syafe’i, Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter di Perguruan Tinggi (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2015), hlm. 147.

3
Imam Ali bin Abi Thalib radliyallah ‘anhu berkata, “takwa adalah al Khaufu
minal Jalil (takut kepada Allah yang Mahaagung), al ‘Amal bil Tanziili
(mengamalkan al Qur’an dan al Sunnah), al Ridla bil Qalil (ridla atas
pembagian rizki yang sedikit), dan al isti’dad liyaum al Rahiil
(mempersiapkan diri untuk perjalanan di akhriat).”

Allah berfirman:
ِ ‫ون يَا أُو ِلي ْاْل َ ْلبَا‬
‫ب‬ َّ ‫َوت َ َز َّودُوا َف ِإنَّ َخي َْر‬
ِ ُ‫الزا ِد التَّ ْق َوى َواتَّق‬

"Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan


bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS. Al-Baqarah:
197)

ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َو ََل ت َ ُموت ُنَّ إِ ََّل َوأ َ ْنت ُ ْم ُم‬


َ‫س ِل ُمون‬ َّ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َ َمنُوا اتَّقُوا‬
َّ ‫َّللاَ َح‬

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar


takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran: 102)

Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah berdoa,

َ َ‫سأَلُكَ ا ْل ُهدَى َوالتُّقَى َوا ْل َعف‬


‫اف َوا ْل ِغ َنى‬ ْ َ ‫اَلَّل ُه َّم ِإ ِِّني أ‬

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk,


ketakwaan, keterjagaan / iffah , dan kekayaan.” (Muslim).2

2.2 Ruang Lingkup Takwa

3
Ruang lingkup dalam takwa mencakup:
1. Hubungan manusia dengan Allah SWT
2. Hubungan manusia dengan hati nuranui dan dirinya sendiri

2
K. Permadi, Imam & Takwa menurut Al-Quran (Jakarta: PT Rineka cipta,1995), hlm. 51.
3
M Cholid, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi (Bandung: STPDN Press, 2003) hlm.
23.

4
3. Hubungan manusia dengan sesama manusia
4. Hubungan manusia dengan lingkungan hidup

A. Hubungan Dengan Allah SWT


Seorang yang bertakwa (muttaqin) adalah seorang yang menghambakan
dirinya kepada Allah SWT dan selalu menjaga hubungan dengannya
setiap saat sehingga kita dapat menghindari dari kejahatan dan kemunkaran
serta membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Memelihara
hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan ibadah secara sunguh-
sungguh dan ikhlas seperti mendirikan shalat dengan khusyuk sehingga
dapat memberikan warna dalam kehidupan kita, melaksanakan puasa dengan
ikhlas dapat melahirkan kesabaran dan pengendalian diri, menunaikan zakat
dapat mendatangkan sikap peduli dan menjauhkan kita dari ketamakan. Dan
hati yang dapat mendatangkan sikap persamaan, menjauhkan dari takabur
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Segala perintah-perintah Allah
tersebut ditetapkannya bukan untuk kepentingan Allah sendiri melainkan
merupakan untuk keselamatan manusia.

Ketakwaan kepada Allah dapat dilakukan dengan cara beriman kepada Allah
menurut cara-cara yang diajarkan-Nya melalui wahyu yang
sengaja diturunkan-Nya untuk menjadi petunjuk dan pedoman hidup
manusia, seperti yang terdapat dalam surat Ali-imran ayat 138 yang artinya:
“inilah (Al-quran) suatu ketenangan bagi manusia dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa “. (QS. Ali-imran 3:138)
manusia juga harus beribadah kepada Allah dengan menjalankan shalat lima
waktu, menunaikan zakat, berpuasa selama sebulan penuh dalam setahun,
melakukan ibadah haji sekali dalam seumur hidup, semua itu kita lakukan
menurut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Sebagai hamba
Allah sudah sepatutnya kita bersyukur atas segala nikmat yang telah
diberikan-Nya, bersabar dalam menerima segala cobaan yang diberikan oleh
Allah serta memohon ampun atas segala dosa yang telah dilakukan.

5
B. Hubungan Manusia Dengan Dirinya Sendiri
Selain kita harus bertakwa kepada Allah dan berhubungan baik dengan
sesama serta lingkungannya, manusia juga harus bisa menjaga hati
nuraninya dengan baik seperti yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad
SAW dengan sifatnya yang sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani, memegang
amanah, mawas diri dll. Selain itu manusia juga harus bisa mengendalikan
hawa nafsunya karena tak banyak diantara umat manusia yang tidak
dapat mengendalikan hawa nafsunya sehingga semasa hidupnya hanya
menjadi budak nafsu belaka.

Maka dari itu umat manusia harus bertakwa kepada Allah dan diri sendiri
agar mampu mengendalikan hawa nafsu tersebut. Ketaqawaan terhadap diri
sendiri dapat ditandai dengan ciri-ciri, antara lain :
1. Sabar
2. Tawaqal
3. Syukur
4. Berani
Sebagai umat manusia kita harus bersikap sabar dalam menerima apa saja
yang datang kepada dirinya, baik perintah, larangan maupun musibah. Sabar
dalam menjalani segala perintah Allah karena dalam pelaksanaan perintah
tersebut terdapat upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu bisa
dilaksanakan dengan baik. Selain bersabar, manusia juga harus
selalu berusaha dalam menjalankan segala sesuatu dan menyerahkan
hasilnya kepada Allah (tawaqal) karena umat manusia hanya bisa berencana
tetapi Allah yang menentukan, serta selalu bersyukur atas apa yang telah
diberikan Allah dan berani dalam menghadapi resiko dari seemua perbuatan
yang telah ditentukan.

C. Hubungan Manusia Dengan Manusia


Agama islam mempunyai konsep-konsep dasar mengenai
kekeluargaan, kemasyarakatan, kebangasaan dll. Semua konsep tersebut
memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran yang berhubungan dengan

6
manusia dengan manusia (hablum minannas) atau disebut pula sebagai ajaran
kemasyarakatan, manusia diciptakan oleh Allah terdiri dari laki-laki dan
perempuan. Mereka hidup berkelompok-kelompok, berbangsa-bangsa dan
bernegara. Mereka saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia
dirsebut sebagai makhluk social. Maka tak ada tempatnya diantara mereka
saling membanggakan dan menyombongkan diri., sebab kelebihan suatu
kaum tidak terletak pada kekuatannya, harkat dan martabatnya, ataupun dari
jenis kelaminnya karena bagaimanapun semua manusia sama derajatnya
dimata allah, yang membedakannya adalah ketakwaannya. Artinya orang
yang paling bertakwa adalah orang yang paling mulia disisi allah swt.

Hubungan dengan allah menjadi dasar bagi hubungan sesama


manusia. Hubungan antara manusia ini dapat dibina dan dipelihara antara lain
dengan mengembangkan cara dan gaya hidupnya yang selaras dengan nilai
dan norma agama, selain itu sikap takwa juga tercemin dalam bentuk
kesediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan
keberpihakan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu orang yang
bertakwa akan menjadi motor penggerak, gotong royong dan kerja sama
dalam segala bentuk kebaikan dan kebijakan.

Surat Al-baqarah ayat 177:


“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat
itu suatukebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada allah, hari kemudian, malaikat, kitab, nabi, danmemberikan harta
yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, oaring miskin, musafir
(yangmemerlukan pertolongan), dan orang-orangyang meminta-minta,
dan (merdekakanlah) hamba sahaya, mendirikan shalat danmenunaikan
zakat. Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan
orang yang bersabar dalam kesempatan, penderitaan, dan dalam
peperangan. Merekaitulah orang yang benar(imannya)mereka itulah orang
yang bertakwa. (Al- baqarah 2:177).

7
Dijelaskan bahwa ciri-ciri orang bertakwa ialah orang yang beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat dan kitab Allah. Aspek tersebut merupakan
dasar keyakinan yang dimiliki orang yang bertakwa dan dasar hubungan
dengan Allah. Selanjutnya Allan menggambarkan hubungan kemanusiaan,
yaitu mengeluarkan harta dan orang-orang menepati janji. Dalam ayat ini
Allah menggambarkan dengan jelas dan indah, bukan saja karena aspek
tenggang rasa terhadap sesama manusia dijelaskan secara terurai, yaitu siapa
saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi juga mengeluarkan harta
diposisikan antar aspek keimanan dan shalat.

D. Hubungan Manusia dan Lingkungan Hidup


Takwa dapat di tampilkan dalam bentuk hubungan seseorang
dengan lingkungan hidupnya. Manusia yang bertakwa adalah manusia
yang memegang tugas kekhalifahannya di tengah alam, sebagai subjek
yang bertanggung jawab menggelola dan memelihara lingkungannya. Sebagai
penggelola, manusia akan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan
hidupnya didunia tanpa harus merusak lingkungan disekitar mereka. Alam
dan segala petensi yang ada didalamnya telah diciptakan Allah untuk diolah
dan dimanfaatkan menjadi barang jadi yang berguna bagi manusia.

Orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menjaga lingkungan dengan
sebaik-baiknya. Ia dapat mengelola lingkungan sehingga dapat bermanfaat
dan juga memeliharanya agar tidak habis atau musnah. Fenomena kerusakan
lingkungan sekarang ini menunjukan bahwa manusia jauh dariketakwaan.
Mereka mengeksploitasi alam tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi
pada lingkungan itu sendiri dimasa depan sehingga mala petaka membayangi
kehidupan manusia. Contoh dari mala petaka itu adalah hutan yang dibabat
habis oleh manusia mengakibatkan bencana banjir dan erosi tanah sehingga
terjadi longsor yang dapat merugikan manusia.

Bagi orang yang bertakwa, lingkungan alam adalah nikmat Allah yang harus
disyukuri dengan cara memenfaatkan dan memelihara lingkungan tersebut

8
dengan sebaik-baiknya. Disamping itu alam ini juga adalah amanat yang
harus dipelihara dan dirawat dengan baik. Mensyukuri nikmat Allahdengan
cara ini akan menambah kualitas nikmat yang diberikan oleh Allah kepada
manusia. Sebaliknya orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Allah akan
diberi azab yang sangat menyedihkan. Azab Allah dalam kaitan ini adalah
bencana alam akibat eksploitasi alam yang tanpa batas karena kerusakan
manusia.

2.3 Jalan Menuju Takwa

Berikut adalah jalan menuju takwa yang tercantum dalam Al-Quran


1. Mu’ahadah (Ingat Perjanjian)
“Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari kamu dan kami angkatkan
gunung (Thursina) di atasmu (seraya kami berfirman): "Peganglah teguh-
teguh apa yang kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada
didalamnya, agar kamu bertakwa".(Q.S Al Baqarah:63)

Sesungguhnya kita semasa di alam roh telah berjanji dengan Allah swt
bahawa kita akan mengiktiraf Allah swt sebagai tuhan kita dan memenuhi
hak-hak Nya sebagai seorang tuhan. Dengan selalu merasa mu’ahadah, maka
manusia akan sentiasa mengingati perjanjian itu seterusnya berusaha
bersungguh untuk memenuhi janjinya itu.

2. Muaqabah (Menghukum Diri)


“Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai
orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.”(Q.S Al Baqarah:179)

Seperti yang kita fahami qishaash adalah salah satu bentuk hukuman yang di
kenakan atas kesalahan/ jenayah yang dilakukan oleh manusia.Ini adalah
bertujuan untuk mencegah agar manusia itu takut untuk melakukan kesalah /
jenayah seterusnya menjamin agar kehidupan manusia itu dilindungi.

9
Maka pengertian muaqabah bolehlah dikatakan sebagai hukuman atas dirinya
sendiri sekiranya ia melakukan maksiat bahkan jika ia meningglkan kebaikan
yang biasa ia lakukan , ia akan menentukkan hukuman keatas dirinya sendiri,
dengan itu ia tidak kan kekal dalam kemaksiatan ataupun bersungguh-
sungguh untuk kekal melakukan kebaikkan dan takut akan hukuman itu
sekiranya ia lalai dan malas sebelum ia dihukum oleh Allah swt di hari
penghisaban kelak.

3. Mujahadah ( Bersungguh-Sungguh )
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-
benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan
Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
(Q.S Al Baqarah:69)

Mereka yang bersungguh untuk mencari keredhaan Allah swt, maka Allah
akan menunjukki jalan dan adalah golongan yang membuat kebaikan. Ini
adalah satu sikap yang mana walaupun seseorang itu berada di dalam
kemalasan, kepenatan dan lain lain keadaan, ia tetap melakukan amalan-
amalan kebaikkan. Dan juga telah bertahun lamanya ia membuat kebaikkan ia
tetap jua melakukan kebaikkan dengan kadar yang terbaik.karena usia
manusia itu tidak ada yang tahu maka kita diharuskan bersungguh sungguh
dalam hal apapun.

4. Muraqabah ( Merasa Kehadiran Allah Swt )


“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah
Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat
menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af
kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah
ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah
puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka

10
itu, sedang kamu beri'tikaf [115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.” (Q.S Al Baqarah:187)

Cara untuk merasa muraqabah ialah mengamati dirinya di awal dan ditengah
sesuatu pekerjaan atau amal.Apakah tujuan amalnya itu?Adakah untuk
mendapat pujian manusia atau ingin menjadi mashyur?
Semestinya sebab utama pelaksanaan amal itu adalah semata- mata untuk
mendapat keridhaan Allah swt. Sekirannya ia melaksanakan sesuatu amal itu
kerana manusia , maka ia dikira telah melakukan sesuatu kesyirikan kepada
Allah swt.

5. Muhasabah ( Melihat,Menilai,Memerhati Kehidupan Yang Telah Dilalui)


“Dan (ingatlah), ketika kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan
bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh
menimpa mereka. (dan kami katakan kepada mereka): "Peganglah dengan
teguh apa yang Telah kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu
(amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-
orang yang bertakwa.”(Q.S Al A’raaf:171)

Orang beriman diperintahkan oleh Allah swt supaya memilih waktu yang
mana kiranya digunakan untuk memerhatikkan amalannya sepanjang hari.
Apakah ia telah melakukan apa yang diperintahkan ataupun apakah ia telah
meninggalkan larangan-larangan Allah swt. Walupun detik atau masa yang
diambil itu mungkin tidak lebih dari setengah jam dari jumlah masanya yang
Allah swt kurniakan selama 24 jam sehari kepadanya, namun cukup berharga
untuk menentukkan tindakan hidupnya yang seterusnya. Ia merenung dan
memikirkan dimanakah kekurangan, pengabaian dan maksiat atau dosa yang
telah ia lakukan sepanjang hari.

Orang yang cerdik di dalam hidupnya ialah mereka yang selalu menghisab,
memperbaiki amalan hidupnya dan menambah amalan – amalan solehnya,

11
hasil dari muhasabah terhadap dirinya. Sementara orang yang rugi ialah
mereka yang terus bermaksiat sehingga sampai ajalnya kerana ia tidak pernah
memperuntukkan masa untuk menilai dirinya. 4

2.4 Ciri-ciri Orang Bertakwa

Ciri- ciri Orang Taqwa Menurut Al-qur'an


A. Surat al baqarah 2 - 5 :A l Kitab ini (Al Quran) adalah petunjuk untuk
orang yang bertaqwa, dengan ciri sebagai berikut:
1. Beriman pada yang ghaib
2. Mendirikan salat
3. Menafkahkan sebagaian rezeki yang Allah kurniakan kepadanya
4. Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw) dan
sebelum mu.
5. Yakin kepada hari akhir

B. Surat Al baqarah 177, Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa dengan ciri-ciri sbb :
1. Beriman kepada Allah (Tuhan YME) ,hari akhir, malaikat-
malaikat,kitab-kitab,nabi-nabi
2. Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat,anak-anak
yatim,orang-orang miskin,musafir (orang dalam perjalanan),orang yang
meminta-minta.
3. Membebaskan perbudakan
4. Mendirikan salat
5 Menunaikan zakat
6. Memenuhi janji bila berjanji
7. Bersabar dalam dalam kesengsaraan,penderitaan dan dalam waktu
peperangan.

4
Sanerya Hendrawan, Spiritual Management (Jakarta: PT Mizan Pustaka, 2009) hlm. 41.

12
C. Surat Aali 'Imraan 133 - 135, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan
dari Tuhan mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang
disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu :

1. Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang maupun


sempit
2. Orang-orang yang menahan amarahnya
3. Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain
4. Dan (juga) orang-orang yang apabila berbuat keji atau zalim terhadap
dirinya, mereka ingat kepada ALlah dan memohon ampun atas dosa-
dosanya.
5. Dan Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.5

2.5 Keutamaan Orang Yang Bertakwa

Orang yang bertaqwa secara fisik mungkin terlihat sama saja dengan orang
pada umumnya. Namun, perlu diketahui bahwa banyak hal yang sebenarnya
menjadi keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepadanya.

1. Yang Bertaqwa Adalah Yang Termulia Di Sisi Allah SWT


Allah SWT mendudukkan pribadi-pribadi bertaqwa meraih derajat kemuliaan
yang tinggi di sisi-Nya. Seperti yang tertulis dalam firman Allah dalam surah
Al-Hujurat (49) ayat 13

Yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

5
Farid Ahmad, Quantum Takwa (Solo: Pustaka Arafah, 2008) hlm. 20.

13
Maka bagi siapapun yang ingin meraih kemuliaan tertinggi disisi-Nya, hal itu
tidak akan dicapai dengan sekedar harta, kemewahan, ataupun keturunan
yang banyak, namun hanya dengan taqwa.

2. Orang-Orang Bertaqwa Adalah Kekasih Allah Swt


Orang-orang yang dalam dirinya bersemayam ketaqwaan akan menjadi wali
sekaligus kekasih Allah SWT. Begitu tegas Allah menyatakan dalam firman-
Nya bahwa Dia mencintai orang-orang bertaqwa. “(Bukankah demikian),
sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.” [Qs. Ali
Imran(3) : 76]

3. Meraih Ma`iyyatullah
Dengan ketakwaanya, pribadi bertaqwa akan dicintai Allah SWT, dengan
cinta-Nya, Allah akan senantiasa menganugerahkan mai`iyyah-Nya
(kebersamaan-Nya), inilah kesertaan dan kebersamaan khusus yang Allah
berikan kepada mereka orang-orang yang bertaqwa, seperti yang tertulis
dalam surat QS. Al-Baqarah ayat 194, yang artinya : “dan bertaqwaah
kepada Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah bersama orang-orang
yang bertaqwa”

Tentunya tidak ada kebersamaan yang lebih nikmat, tidak ada kesertaan yang
lebih indah, tidak ada kedekatan yang lebih syahdu daripada ketika seorang
hamba sedang merasa dekat dengan Tuhannya, merasa Allah SWT sesantiasa
menyertai dalam setiap langkahnya dalam menapaki jalan kehidupan ini.
Maka dia akan berjalan mengarungi kehidupan ini; segala yang akan dia lalui
dia lewati, semua itu dengan ketaqwaannya akan ia tempuh dengan
ma`iyyatullah.

4. Dimudahkan urusannya
Allah subhanahu wa ta`aala telah menegaskan dalam firman-Nya, yang
artinya : “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan

14
bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka
Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”.[QS. Al-Lail (92) :
5-7]

Orang-orang yang bertaqwa adalah mereka yang gemar berbagi, mereka mau
mencurahkan sebagian harta yang mereka miliki untuk kepentingan fi
sabilillah, sanggup memberi di saat lapang maupun sempit, di waktu mudah
maupun sulit, semua itu karena mereka benar-benar yakin akan adanya
balasan syurga, maka kelak Allah akan memberi balasan yang baik dari apa
yang telah mereka lakukan dan akan menyediakan jalan kemudahan bagi
mereka dalam melakukan berbagi kebaikan .

Jika kita melakukan perbuatan dengan didasari iman dan dibingkai dengan
nilai ketaqwaan kepada Allah SWT maka ada jaminan bahwa Dia akan
memudahkan segala urusan baik kita.

5. Dilapangkan Rizkinya
Rizki adalah segala hal yang manfaat baiknya kembali kepada kita. Termasuk
dalam kategori rizki adalah harta, kesehatan, ilmu, kesempatan dan peluang.
Jadi rizki tidak terbatas pada harta.. Allah SWT menjanjikann kepada mereka
yang bertakwa untuk mendapatkan kemudahan jalan keluar termasuk di
dalamnya jalan meraih rizki.

Artinya: “dan Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan


mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya “. [QS. Ath-Thalaq : 2-3)]

6. Tergapainya Syurga dan Kenikmatan Akherat


Allah SWT memberikan informasi kepada kita tentang orang-orang yang
sukses dengan sebenar-benarnya sukses, mereka yang kesuksesanya terbawa
sampai

15
akherat, dan di antara mereka adalah pribadi bertakwa, demikianlah firman
Allah SWT dalam Surah An-Nur ayat yang ke-52, yang artinya : “Dan
barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah
dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat
kemenangan”. [QS. An-Nur (24) : 52]

Orang yang benar-benar mendapat kemenangan adalah yang menang di


kehidupan akherat, dan mereka akan diberi kedudukan yang tinggi dan
ditempatkan di tempat yang mulia, tempat yang sudah disediakan Allah SWT
untuk mereka. Mereka yang takut kepada Allah SWT disebabkan dosa-dosa
yang pernah dikerjakannya serta memelihara diri dari segala macam dosa-
dosa yang mungkin terjadi. Dalam ayat yang lain Allah saw juga memberikan
kabar gembira kepada yang bertaqwa.

Artinya: “Syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa”. [QS. Ali Imran (3) : 133]

7. Mendapat Pengajaran dari Allah SWT


Orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT akan senantiasa mendapatkan
petunjuk dari Allah melalui Al-qur’an, karena memang Al-Qur’an adalah
penunjuk bagi orang-orang bertaqwa. Seperti yang tertulis dalam surat Qs.
Al-Baqarah(2) : 282, yang Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
akan mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” [Qs. Al-
Baqarah(2) : 282]

Demikian kedudukan dan keutamaan orang yang-orang yang bertaqwa. Allah


akan menjamin kesejahteraan dalam kehidupan seorang hamba-Nya yang
bertaqwa, baik di dunia dan akhirat dan Allah tidak pernah mengingkari janji-
janji-Nya.6

6
Mustafa Dib Al-Bugha, Al-Wafi: Syarah Hadits Arbain Imam An-Nawawi (Jakarta: PT Mizan
Publika, 2007) hlm. 181.

16
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini yaitu:


1. Pengertian takwa secara harfiah yang berasal dari kata kerja “waqa—
yaqi—wiqayah”, yang berarti terjaga atau terpelihara. Dalam arti sempit
takwa berarti takut kepada Allah SWT., terpelihara/terjaga dari siska api
neraka
2. Ruang lingkup takwa mencakup: Hubungan manusia dengan Allah SWT,
hubungan manusia dengan hati nuranui dan dirinya sendir, hubungan
manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan lingkungan
hidup.
3. Jalan menuju takwa terdiri dari beberapa yaitu: mu’ahadah, muaqabah,
mujahadah, muraqabah, dan muhasabah
4. Ciri-ciri orang yang bertakwa diantaranya yaitu: beriman pada yang
ghaib, mendirikan salat, menafkahkan sebagaian rezeki yang Allah
kurniakan kepadanya, beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu
(Muhammad saw) dan sebelum mu, yakin kepada hari akhir
5. Keutamaan orang yang bertakwa yaitu: yang bertaqwa adalah yang
termulia di sisi allah swt, orang yang bertakwa adalah kekasih allah swt,
meraih ma`iyyatullah, dimudahkan urusannya, mendapatkan pengajaran,
dilapangankan rizkinya, dan tergapainya syurga dan kenikmatan akherat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Farid. 2008. Quantum Takwa. Solo: Pustaka Arafah.


Al-Bugha, Mustafa Dib. 2007. Al-Wafi: Syarah Hadits Arbain Imam An-Nawawi.
Jakarta: PT Mizan Publika.
Cholid, M., 2003. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Bandung:
STPDN Press.
Hendrawan, Sanerya. 2009. Spiritual Management. Jakarta: PT Mizan Pustaka.
Permadi, K. 1995. Iman & Takwamenurut Al-Qur'an. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syafe'i, Imam. 2015. Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter di Perguruan
Tinggi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

18

Anda mungkin juga menyukai