Femur adalah tulang terpanjang dan terkuat dari tubuh. Panjangnya 18 inci. Pada
bagian atas beratikulasio dengan sendi panggul dan bagian bawah berartikulasio dengan
patella dan tibia. Pada bagian atas femur terdiri atas bagian Caput, collum dan trochanter
besar dan trochanter kecil. Pada corpus femur cembung pada ke arah anterior dengan
maksimum kecembungan pada sepertiga tengah dimana corpus paling sempit. Bagian
bawah dari femur membesar untuk membentuk condilus lateral dan medial. Kedua condilus
dipisahkan oleh fossa intercondylar. Bagian yang paling menonjol dari condilus disebut
epicondilus.4
1. Bagian atas 4
a. Caput
- Terbentuk dari 2-3 bulatan dan bersambung dengan acetabulum dari tulang
panggul yang terbentuk dari sendi panggul
- Pada bagian caput terdapat lubang kecil yang disebut fovea sebagai tempat
perlekatan dari ligamentum teres femoris.
b. Collum
- Panjangnya 5 cm dan menghubungkan caput dengan corpus
- Sudut atara batas bawah dengan medial disebut neck-shaft angle.
c. Corpus
Bagian corpus terdiri dari permukaan anterior, medial dan lateral dan terdapat
garis medial, lateral, dan posterior. Pada bagian terdapat garis aspera yeng
berfungsi untuk menahan tekanan pada bagian anterior dari corpus femur.
2. Bagian bawah 4
a. Condilus medial
Sering disebut epicondilus medial. Proyeksi posterosuperior ke epicondilus
medial dibesut addutor tubercle yang menginsersi ke caput ischia dari adductor
magnus.
b. Lateral condylus
- Lebih kuat dari condilus medial tapi tidak terlalu menonjol tulangnya.
- Membentuk epicondilus lateral
- Pada bagian belakang dari epicondilus lateral terdapat poplitea. Tendon
poplitea menempati bagian posterior selama flexi pada sendi lutut.
Otot femur dibedakan menjadi otot-otot anterior dan otot-otot posterior. Yang
termasuk otot anterior antara lain M. rektus femur, M. vastus lateralis, M. vastus medialis,
dan vastus intermedius, M. sartorius, dan M. grasilis. M. rektus femur terletak di bagian
tengah di femur anterior dan merentang dari pelvis bagian bawah melewati persendian
panggul dan femur. Otot ini berfungsi untuk ekstensi tungkai di lutut dan fleksi paha di
panggul. M. vastus lateralis merpoakan otot terbesar dari keempat vastus lainnya dan
terletak di sisi lateral paha, merentang dari sisi proksimal paha ke superior tibia. Otot ini
berfungsi untuk ekstensi tungkai pada lutut. M. vastus medialis merupakan otot tebal yang
terletak pada permukaan medial paha dan membentuk tonjolan yang besar di sisi inferior
medial paha serta berfungsi untuk ekstensi tungkai pada lutut. M. vastus intermedius
terletak pada bagian anterior tulang femur diantara vastus lateralis dan vastus medialis,
lebih dalam dari rektus femur. Otot ini juga berfungsi untuk ekstensi tungkai pada lutut.
Otot Sartorius merupakan otot superfisial yang banjang dan berasal dari bagaian atas sisi
lateral pelvis, melewati pa secara melintang. Otot ini berfungsi untutk leksi tungkai pada
paha. Otot grasilis merupakan otot superfisial tipis yang panjang pada paha bagian dalam
dan terletak diatara sisi medial bawah pelvis dan sisi medial atas. Otot ini berfungsi untuk
fleksi dan rotasi tungkai keaarah medial serta aduksi paha.5,6
Vaskularisasi femur berasal dari arteri iliaka komunis kanan dan kiri. Pada saat
arteri tersebut memasuki daerah femur maka disebut arteri femoralis. Masing-masing arteri
femoralis kanan dan kiri akan bercabang menjadi arteri profunda femoris, rami arteria
sirkumfleksia femoris lateralis asenden, rami arteria sirkumfleksia femoris lateralis
desenden, arteri sirkumfleksia femoris medialis dan arteri perforantes. Perpanjangan dari
arteri femoralis akan membentuk arteri yang memperdarahi daerah genu dan ekstremitas
inferior yang lebih distal. Aliran balik menuju jantung dari bagian femur dibawa oleh vena
femoralis kanan dan kiri.4
Persarafan femur terutama berasal dari nervus femoralis, nervus ischiadicus, dan
nervus obturatorius. Ketiga cabang persyarafan ini berasal dari pleksus lumbosakralis. N.
femoralis masuk dalam regio femoris di sebelah lateral dari arteri femoralis. Saraf ini
kemudian melanjutkan diri menjadi n. saphenus. N. saphenus merupakan cabang terbesar
dari n. femoralis. N. obturatorius juga berasal dari pleksus lumbalis (cabang anterior
setinggi L2 – L4). Saraf ini menginervasi cabang motorik otot-otot adductor dan
memberikan inervsi cabang sensorik terhadap bagian medial dari paha. N. obturatorius
dapat rusak pada beberapa operasi yang berhubungan dengan daerah panggul dan
acetabulum, yang berakibat pada hilangnya sensai pada daerah medial paha dan gangguan
adduksi paha.7
N. ischiadicus terbentuk oleh n. tibialis dan n. peroneus communis. N. ischiadicus
keluar pada daerah femur anterior dari m. piriformis dan terletak posterior dari otot
eksternal rotator yang lain. N. ischiadicus turun di bawah m. gluteus maksimus dan berjalan
ke posterior dari m. adductor magnus dan diantara m.biceps femoris caput longum dan m.
semimembranosus. Sebelum keluar melalui fossa poplitea, n. ischiadicus dibagi menjadi n.
tibialis dan n. peroneus communis. 7
Fraktur Femur
Fraktur femur adalah fraktur pada tungkai atas. Fraktur pada tulang femur
didefinisikan sebagai fraktur diafisis antara 5 cm distal dari trochanter minor dan 5 cm
prosimal dari adductor tubercle. Fraktur femur sangat bervariasi, tergantung dari kekuatan
yang menyebabkan patah. Pecahan dari tulang mungkin tetap pada posisinya ataupun
keluar dari posisinya, dan fraktur mungkin tertutup (kulit intak) ataupun terbuka (tulang
menusuk kulit). Fraktur femur diklasifikasikan berdasarkan: 8
- Lokasi dari fraktur (corpus femur dibagi menjadi 3 : distal, medial, proximal)
- Alur dari fraktur (tulang dapat patah ke berbagai arah, seperti melintang, memanjang,
atau ditengah)
- Apakah kulit dan otot diatas tulang terobek karena cidera
Fraktur dapat terjadi karena aktivitas repetitif lama yang biasa pada pelari dan
militer. Cidera ini harus bisa dibedakan dari fraktur insufisiensi, yang mirip dalam
penampakan dan presentasi klinis, hasil dari patofisiologi yang berbeda dan muncul pada
populasi yang berbeda.9 Femur adalah tulang terbesar dan terkuat di dalam tubuh dan
mempunyai supplai darah yang baik, sehingga femur membutuhkan kekuatan benturan
yang tinggi untuk mematahkan tulang ini. Ada 4 tipe fraktur :
- Fraktur transversa. Pada tipe fraktur ini, patahannya berupa garis horizontal
yang lurus melewati corpus femur.
- Fraktur oblique. Patahan fraktur ini mempunyai garis sudut melewati corpus
femur
- Fraktur spiral. Patahan fraktur ini melinkari corpus femur seperti garis garis
pada permen tebu. Kekuatan yang memutar pada tungkai atas dapat
menyebabkan fraktur tipe ini.
- Fraktur comminuted. Pada tipe fraktur ini, tulang patah menjadi 3 bagian atau
lebih. Pada sebagian besar kasus, jumlah fragmen tulang berbanding lurus
dengan besar kekuatan yang dibutuhkan untuk mematahkan tulang.
- Fraktur terbuka. Jika tulang patah sedemikian rupa sehingga fragmen tulang
keluar menembus kulit atau luka yang penetrasi ke tulang yang patah, fraktur ini
disebut fraktur terbuka. Fraktur terbuka biasanya berhubungan dengan
kerusakan disekitar otot, tendon, dan ligamen. Mereka mempunyai resiko lebih
tinggi untuk komplikasi- terutama infeksi- dan memakan waktu lebih lama
untuk pulih.
Penanganan nonsurgical pada fraktur caput femur dapat dilakukan jika reduksi
anatomis tercapai dan sendi panggul stabil atau jika fraktur berada inferior dari fovea dan
tidak bermasalah. Tetapi hal ini menjadi sulit dilakukan jika fraktur berada diatas fovea
caput femur (Pipkin II) pada bagian yang menahan beban sehingga memberikan risiko
pergeseran. Jika metode non operatif dipilih, maka harus dilakukan pemeriksaan radiografi
serial untuk mendokumentasikan hasil reduksi. Kebanyakan dari fraktur caput femur
ditangani secara operatif, karena biasanya fraktur ini sering mengalami pergeseran dan
terdapat keganjilan pada persendiannya. Indikasi untuk melakukan penanganan operatif
adalah reduksi anatomis dari caput femur tidak dicapai, sendi panggul yang tidak stabil,
adanya fragmen pada intraartikular yang menghalangi terjadinya reduksi sendi.14
Modalitas penanganan untuk fiksasi dari fraktur collum femur pada dewasa mudah
adalah multiple cannulated screws, walaupun terdapat beberapa bukti yang menganjurkan
penggunaan sliding hip screw. Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Bhandari et al yang
menemukan bahwa 92% dokter bedah memilih menggunakan multiple cannulated screws
untuk fiksasi dari fraktur collum femur yang tidak bergeser. Pada fraktur collum femur
yang bergeser, 68% dokter bedah lebih memilih fiksasi internal dibandingkan dengan
multiple cannulated screws. Penggunaan multiple cannulated screws lebih banyak dipilih
karena tidak terlalu invasif, lebih mempertahankan trabekular dibandingkan dengan hip
screw dan menambah stabilitas rotasi.17
Penggunaan slidding hip screw memiliki kekuatan mekanikal yang lebih baik dalam
beban secara fisiologis dan lebih baik pada kasus dengan osteoporosis serta pada
pergeseran yang cukup signifikan. Pada pasien geriatrik dengan fraktur collum femur
direkomendasikan untuk melakukan operasi awal (dalam 48 jam pada kasus tanpa
komorbiditas) dan dalam 4 hari pada pasien yang memiliki kondisi medis. Modalitas
penanganan fraktur collum femur pada pasien geriatrik adalah dengan melakukan
arthroplasty.17
Penanganan gold standard pada fraktur corpus femur adalah dengan intramedullary
nailing (IMN), hal ini disebabkan karena fiksasi intramedular memiliki komplikasi paling
rendah dan penurunan reduksi dibandingkan dengan fiksasi eksternal atau penggunaan
plate. Tetapi terdapat beberapa kontroversi terhadap penggunaan retrograde dengan
anterograde nailing. Pada anterograde femoral nailing memiliki hasil klinis yang baik dan
menghasilkan union sampai dengan 99% maka dari itu metode ini dijadikan sebagai gold
standard dari penanganan fraktur corpus femur. Tetapi terdapat masalah yang terjadi pada
metode ini, seperti kesulitan dalam mengidentifikasi titik awal yang paling optimal
terutama pada pasien obesitas, nyeri pada panggul proksimal, penurunan kekuatan abduksi,
osifikasi heterotropik trochanter dan ketidaksejajaran varus pada proksimal fraktur
corpus.18
Maka dari itu penggunaan retrograde femoral nailing diusulkan sebagai alternatif
dalam menentukan posisi, karena identifikasi titik awal dan reduksi fraktur biasanya jauh
lebih mudah dilakukan. Penanganan operatif memiliki keuntungan dalam mendapatkan
hasil yang baik dalam morbiditas, mortalitas dan hasil fungsional. Fraktur corpus femur
merupakan indikasi emergensi dan harus segera distabilisasi karena keterlambatan
stabilisasi dapat meningkatkan mobiditas dan memperpanjang rawat inap pasien.18
1. Grace P.A, Borley N.R. At glance ilmu bedah. Edisi ke tiga. Jakarta: Penerbit
Erlangga;2007.h.89-90.
2. Nikolaou VS, Stengel D, Konings P, Kontakis G, et al. Use of femoral shaft fracture
classification for predicting the risk of associated injuries. J Orthop Trauma.
2011;25(9):556-9
3. Koval KJ, Zuckerman JD. Hip fractures: I. Overview and evaluation and treatment of
femoral-neck fractures. J Am Acad Orthop Surg. 1994;2(3)142.
4. Singh V. Textbook o anatomy abdomen and lower limb. 2nd Ed. New Delhi: Elsevier,
2014; h. 309, 28-30
5. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka,
2009; h. 90, 122.
6. Faiz O, Blackburn S, Moffat D. Anatomy at a glance. West Sussex, 2011; p. 120-5.
7. Faiz O, Moffat D. At a galance anatomy. Jakarta: Erlangga Medical Serjes, 2004; h.
98-104.
8. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Femur shaft fractures broken thighbone
[homepage on the Internet]. c2011 [updated 2011 August; cited 2018 April 19].
Available from https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/femur-shaft-
fractures-broken-thighbone/
9. Medscape. Femoral neck stress and insuffiency fractures [homepage on the Internet].
c2018 [updated 2018 February 12; cited 2018 April 19]. Available from
https://emedicine.medscape.com/article/1246691-overview#a4.
10. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Stress fractures of the foot and ankle
[homepage on the Internet]. c2015 [updated 2015 March; cited 2018 April 19].
Available from https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/stress-fractures-of-
the-foot-and-ankle.
11. WebMD. Understanding bone fractures the basics [homepage on the Internet]. c2017
[cited 2018 April 19]. Available from https://www.webmd.com/a-to-z-
guides/understanding-fractures-basic-information.
12. Cleveland Clinic. Bone fractures [homepage on the Internet]. c2017 [updated 2017 July
02; cited 2018 April 19]. Available from
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15241-bone-fractures.
13. WebMD. Broken bone: types of fractures, symptoms, and prevention. [homepage on
the Internet]. c2017 [cited 2018 April 19]. Available from
https://www.webmd.boots.com/a-to-z-guides/bone-fractures-types-symptoms-
prevention.
14. Ross J.R, Gardner M.J. Femoral head fractures. Curr Rev Musculoskelet Med.
2012;5(3):199-205
15. Suresh Sivananthan, Eugene Sherry, Patrick Warnke, Mark D Miller. Mercer's
Textbook of Orthopaedics and Trauma Tenth edition. Boca Raton: Taylor and Francis
Group,2012; p. 340-358.
16. Henry M.M, Thompson J.N. Clinical surgery. Third edition. London:Elsevier
Saunders;2012.p.677-83.
17. Mittal R, Glasgow MRCS, Orth FRCS, Banerjee S. Proximal femoral fractures:
principles of management and review of literature. J Clin Orthop Trauma. 2012;3:16-7
18. Gänsslen A, Gösling T, Hildebrand F, Pape H.C, Oestern H.J. Femoral shaft fractures
in adults: treatment options and controversies. T traumatologiae čechosl. 2014;81:111.
19. Keudell V, Arvind MD, Shoji, et al. Treatment options for distal femur fractures. J
Orthop Trauma. 2016;30(8):S25-7.