Pewarnaan Daun Sirih
Pewarnaan Daun Sirih
ABSTRAK
Zat wama sintetik pada umumnya bersifat karsinogen, untuk menghindari penggunaan zat
wama sintetik tersebut perlu adanya zat wama a/tematip sebagai penggantinya. Da/am
pene/itian ini dipi/ih daun Sirih (Piper belle Linn) untuk dite/iti sebagai zat warns pada teksti/.
Daun Sirih diekstrak dengan pe/arut air pada suhu mendidih sampai menjadi 1/5 volume
semu/a. Larutan tersebut digunakan untuk mence/up kain sutera 100%. Pads pence/upan
di/akukan proses pemordanan secara simu/tan dan pemordanan akhir. Mordan yang digunakan
ada/ah Kapur tohor (CaCO3). Gambit; campuran kapur-gambit; Tawas (A/2K2(SO4)3) dan
Tunjung (FeSO4 7H20). Dari hasH pene/itian menunjukkan bahwa daun Sirih dapat mence/up
kain sutera dan menghasHkan warns cok/at. sedangkan proses pemordanan memberikan arah
warns yang berbeda pads penambahan masing-masing mordan. Pence/upan sutera tanpa
mordan memberikan warns /ebih tUB daripada pence/upan sutera dengan proses pemordanan
secara simultan. dan /ebih muds pads pence/upan sutera dengan proses pemordanan
akhir.Disamping itu proses pemordanan tidak memberikan perubahan yang berarti pada hasH
pengujian ketahanan luntur wams terhadap gosokan dan dan pencucian. Proses pemordanan
juga tidak menunjukkan kenaikan pada ketahanan /untur warns terhadap sinar matahari.
ABSTRACT
Synthetic dyes are usually carcinogenic, thus, it is necessary to use an altemative dyes to
reduce the application of synthetic dyes. In this work, Sirih leaves (Piper beetle Linn) is studied
for natural dyes. Sirih leaves extracted in boiling water until 1/5 of water volume is remaining.
This solution is then applied as liquor dyeing into 100% silk. The liquor dyeing process is
categorized into two distinct scheme; i.e., simultan mordanting and mordanting after dyeing.
Mordant agents used in the work are CaCO3, Gambier, mixture CaCO~gambier; AI2K2(SO4)3
and FeSO4 7H20. He results show Sirih leaves give brown color into silk, while mordanting
process produce different shade color for every single mordant agent that are used. Silk's
dyeing without mordant gives darker color than simultan mordanting, but it given lighter color
than mordanting after dyeing. On the other hand, mordanting gives no significance effect to
color fastness to rubbing and washing. Mordanting also shows no significant effect to colour
fastness to light
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir
P3TM-BATAN Yogyakarta. 25 -26 Juli 2000
ditambahkan bahan kimia lain yang dikenal dengan mendidih sampai larutan menjadi liS dari volume
nama Mordan, tanpa ditambahkan mordan ~t semula, kemudian larutan ini dipergunakan untuk
wama terse but tidak dapat memberikan wama pada prosespencelupan.
seratlkain.(I) Zat wama ajektive tersebut dikenal Pencelupan kain sutera 100% dilakukan
juga dengan nama ~t warna mordan.(2) pada suhu mendidih selama 15-20 menit dengan zat
Ada 3 macamjenis mordan yaitu : I. garam wama Sirih (Iarutan ekstrak di atas), dengan
logam atau mordan logam, 2. Tannin dan Asam perbandingan 1:30 (b/v), dengan menambahkan 1
tannin, 3. Minyak (oil) atau mordan minyak (oil). gil asam asetat, I gil zat pembasah dan 10 gil garam
Logam mordan yang saat ini diperbolehkan adalah NaCI.
Alum, Kalium dikromat, Ferro sui fat, Cupri sulfat, Pencelupan dilakukan dengan 3 cara yaitu
Stanno dan Stanni klorida. Mordan tannin dapat tanpa proses pemordanan, pemordanan simultan
diperoleh dari ekstrak tumbuh-tumbuhan, sedangkan (proses pemordanan dilakukan bersamaan dengan
mordan minyak (oil) biasanya digunakan dalam pencelupan), dan pemordanan akhir (proses
bentuk komplek dengan Alum.(3) pemordanan dilakukan sesudah proses pencelupan).
Zat warna mordan alam mempunyai gugus Proses pemordanan dilakukan dengan
hidroksil dengan posisi orto terhadap azo atau merendam kain pada larutan mordan dengan
terhadap gugus hidroksil yang lain, dimana pada perbandingan 1:30 (b/v), selama 2 jam pada suhu
proses mordan, posisi unsur hidrogen dapat diganti kamar. Larutan mordan dibuat dari 1 g/l bahan
dengan elemen logam yang berfungsi sebagai pemordan. Bahan pemordan yang dipergunakan
aseptor. Sedangkan ~t warna alam bertindak yaitu kapur (CaCO3), gambir, campuran kapuT dan
sebagai elektron donor (ligans). Ikatan yang terjadi gambiT, Tawas (AlzKz(SO4h) daD Tunjung (FeSO4
adalah ikatan karbonat (semi polar) melalui satu 7HzO).
atau lebih pasangan elektron bebas (lone pair Setelah dilakukan pencelupan, maka proses
electron) yang diberikan oleh senyawa donor kepada dilanjutkan dengan penyabunandengan Teepol 2
aseptor yang mempunyai lintasan kosong.(4) m 1/1dan soda abu 1g/l pada suhu 60°C selama 15
Dalam penelitian ini, dilakukan pencelupan menit, dan kemudian dicuci dengan air.
kain sutera dengan zat warna alam daun Sirih (Piper
betle Linn) dengan mordan logam :kapur tohor Pengujian
(CaCOJ), Tawas (AI2K2(SO4)J), Tunjung (FeSO4 Pengujian yang dilakukan terhadap hasil
7H2O) dan tannin dari Gambir. Dari penelitian ini
pencelupan adalah ketahanan luntur wama terhadap
diharapkan daun Sirih dapat memberikan warna
gosokan sesuai dengan standar pengujian SII no.
terhadap pencelupan kain sutera, dan arah/variasi
0118 -75 , ketahanan luntur wama terhadap
wama yang lain setelah ditambahkan mordan-
pencucian sesuai dengan standar pengujian SII no.
mordan di atas. Selain memberikan arab warna yang
0115 -75, ketahanan luntur wama terhadap sinar
berbeda juga diharapkan akan memperbaiki matahari sesuai dengan standar pengujian SII no.
ketahanan luntur warna terhadap pencucian, 0121 -75, Ketuaan wama ditentukan dengan nilai
gosokan dan sinar matahari. Untuk mencari kondisi
KJS dan kurva reflektansi serta "Shade" (arah wama
yang lebih baik pencelupan dilakukan dengan
) ditentukan dengan kurva reflektansi. Kurva
mordan simultan daD mordan akhir.
reflektansi diukur menggunakan alat Milton Roy
Color Graph pada panjang gelombang 400 -700
TATA KERJA nm.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir
P3TM-BATAN Yogyakarta, 25 -26 Juli 2000
-..
Telah dilakukan penelitian pencelupan kain yang dibawa oleh daun Sirih telah berikatan terlebih
sutera dengan zat warn a sirih dengan 3 cara yaitu dahulu dengan mordan -yang ditambahkan
pencelupan tanpa proses pemordanan, pemordanan membentuk molekul-molekul yang lebih besar
simultan (pemordanan bersamaan dengan proses (molekul komplek), sehingga molekul-molekul zat
pencelupan) clan pemordanan akhir (pemordanan warn a tersebut akan lebih sulit menembus pori-pori
dilakukan setelah proses pencelupan). serat dari kain sutera yang digunakan, sehingga
Pemordanan dilakukan dengan 5 macam dalam penyabunanbanyak zat warna yang lepas.
variasi zat mordan, kelima zat mordan tersebut
~
..~,..
adalah kapur (CaCO3), gambir, campuran kapur clan .9ie"8-
0 9ie"8k~~
gambir, Tawas (AI2K2(SO4)3 12H2O) clan Tunjung .9ie"8 gtmtk
(FeSO47H2O). II 9ie"8F~.7Hp
Oari Gambar I. terlihat bahwa arah grafik 25 .9i~8~JSO.\;l
C 9ie"OI'4Jx ,
00D
berbeda, hal itu mengindikasikan bahwa arah wama 00
01 D 00 cID
dari masing-masing mordan yang ditambahkan ~ 0
0 00
0
dalam serat kain sutera mengadakan ikatan komplek dinilai dengan Staining Scale, dan dapat dilihat pada
antar sesama zat wama membentuk molekul yang Gambar 4.
lebih besar di dalam pori serat, dan pada waktu Oari grafik pada Gambar 4. menunjukkan
penyabunan zat wama tersebut lebih sulit untuk bahwa ketahanan Iuntur wama terhadap gosokan
keluar lagi dari serat sehingga wama yang timbul pacta pencelupan dengan mordan secara simultan
menjadi lebih tua. dalam keadaan basah dan kering dapat dikatakan
Ditinjau dari Gambar 1 dan 2, pencelupan stabil (tidak actaperubahan yang berarti), sedangkan
sutera dengan proses mordan secara simultan dan ketahanan Iuntur warna terhadap gosokan pacta
modan akhir memberikan perbedaan ketuaan wama pencelupan dengan mordan akhir menunjukkan
yang sangat jelas yaitu pencelupan sutera dengan sedikit penurunan, hal ini kemungkinan disebabkan
mordan secara simultan memberikan wama lebih oleh karena pacta pemordanan secara simultan
muda dari pada pencelupansutera tanpa mordan, molekul komplek yang terbentuk melapisi
sedangkan pencelupan sutera dengan mordan akhir (membentuk layer) pacta permukaan serat kain,
memberikan wama lebih tua dari pada pencelupan sehingga jika terjadi gosokan secara mekanik,
sutera tanpa mordan. Dengan demikian dapat molekul komplek tersebut Iebih kuat(tahan)
diambil kesimpulan bahwa pencelupan sutera dibandingkan dengan molekul yang Iebih kecil.
dengan mordan akhir memberikan wama lebih tua 6
dibandingkan dengan wama yang diberikan oleh
pencelupan sutera dengan mordan secarasimultan.
Ketuaan wama selain dapat dilihat dari
kurva reflektansi pada panjang gelombang 400-700
nm juga dapat dihitung dengan persamaan Kubelka
Munk yaitu :
K/S = (1-R)2/2Ratau K/S = K/S warna -K/S putih,
dimana K = koefisien cahaya yang diserap, S =
cahaya yang discbarkan dun R = rcllcktansi dalam
fraksi %.
SII.IMO'O,..SII'I.",.. SII"M"'" SII'IMK" SII"M""" 011"'0"'0
Pada Gambar 3. adalah nilai ketuaan wama
(K/S), pencelupan sutera dengan mordan Tawas Gambar 4. H/lbungan Clntara ketahanan /untur
secara simultan memberikan nilai K/S terendah warna terhadap gosokan vs proses
kemudian naik diikuti oleh K/S dari pencelupan pence/upon dengan dan tanpa
sutera dengan mordan gambir, campuran kapur- pemordanan
gambiT, Kapur clan Tunjung. Sedangkanpencelupan 6
sutera dengan mordan akhir memberikan nilai K/S
tertinggi adalah mordan Tunjung, kemudian
menurun diikuti oleh mordan kapur, campuran
kapur-gambir, gambir clan terendah Tawas, hal ini
sesuai denganpembahasanpada Gambar 3 clan4.
14
1?
10
SUT(RA$TND SUTERAKAP SOJn:l1AGAM SUTE_" WT£RAAUN SUTERAF£AO
8
Gambar 5. H//bungan antara ketahanan /untur
6 1l'QJ.na terhadap pencucian vs proses
4 pence/upon dengan don tanpa
? pemordanan
0 Begitu juga dengan ketahanan luntur wama
simultan akhir terhadap pencucian (scsuai dengan SIt no. 0115 -
75), menunjukkan pcrubahan yang tidak bcrarti
Gambar3. Grafik nilai K/Spencelupansuteratanpa
(sangat kccil, baik dcngan pcnilaian Grey scale
mordan dan dengan mordan simullan
maupun Staining stain terhadap kain sutera clan
serta mordanakhir.
kapas. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.
Ketahanan luntur wama terhadap gosokan Ketahanan luntur wama terhadap sinar
diuji sesuai denga SII no. 0118 -75 , kemudian matahari diuji sesuai dcngan SIt no. 0121 -75,
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir
P3TM-BATAN Yogyakarta, 25 -26 Juli 2000
Srie Sunaryati.dkk ISSN0216-3128 107
..
penilaian dengan standar Bille wool memberikan 4. KUN LESTARI WF., SULAEMAN, Pengkajian
nilai 2, berarti proses pemordanan tidak zat warna alam untuk batik sebagaialternatif
memperbaiki ketahanan lyntur wama terhadap sinar pewarna,Majalah Ilmiah Dinamika Kerajinan
matahari. dan Batik, 17, (p. 33-42), 1998
5. MYO AUNG U., Vegetable dyes in Myanmar
and Dyeing of Cellulosic Fibres with Cutch,
KESIMPULAN Compendium for International Workshop on
Natural Dyes,NHDC, India, (p. 9-19),1993
I. Daun Sirih dapat digunakan sebagai zat warna 6. GUBTA D., Fasstness propertiesof dyed textile,
pada pencelupan kain sutera 100% yaitu Compendium for International Workshop on
menghasilkan warna coklat. NaturalDyes,NHDC, India, (p. 104-115),1993
2. Penambahan mordan pada pencelupan kain
sutera dengan daun Sirih memberikan arah
warn a yang berbeda sesuai dengan mordan yang
ditambahkan.
3. Proses pemordanan secara simultan
menghasilkan warna lebih muda daripada warn a
pencelupan sutera tanpa mordan, clan TANYA JAWAB
pemordanan akhir menghasilkan warna lebih tua
daripada warna pencelupan sutera tanpa mordan.
Abdul Latief
4. Proses pemordanan dengan mordan Tunjung, ~ Didalam penelitian ini bagaimana cara
Kapur, campuran kapur-gambir, Gambir clan mengambil wama pada daun sirih, Apakah
Tawas pada pencelupan kain sutera dengan zat pemah dicoba dengan distilasi uap ?
wama daun Sirih tidak memberikan peningkatan ~ Apakah layak, penelitian ini untuk pementeran
yang berarti pada ketahanan !untur warn a sendiri dilihat dari segi kualitas ?
terhadap gosokan dan pencucian, dan tidak ~ Saran,apakah tidak lebih 'baik basil ekstr~k yang
rnemberikan perbaikan nilai pada ketahanan dianalisa agar memudahkan perbaikan ?
luntur warna terhadap sinar matahari.
Srie Sunaryati
..c..Pene/itian ini di/akukan untuk diap/ikasikan
SARAN
pada industri keci/, sehingga bahan yang
Zat warna alam pada umumnya digunakan adalah bahan yang mudah
mempunyai ketahanan luntur wama yang sangat didapat dipedesaan. Cara mengambil zat
jelek terhadap sinar matahari, oleh sebab itu warna daun sirih ini di/akukan dengan
dianjurkan untuk menjemumya pada tempat yang menggodok daun sirih da/am air dengan
teduh. perbandingan I ..30 sampai menjadi 1/5 dari
volume semula, kemudian digunakan untuk
UCAPAN TERIMA KASIH mence/up. Pengambi/an warna pada daun
sirih ini belum pernah dicoba dengan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Kepala Balai Besar Tekstil (BBT) yang telah disti/asi uap.
..c.. Ya, dilihat dari hasi/ pengujian terhadap
memberi dana rutin (tahun anggaran 1999/2000)
sehingga penelitian ini dapat terlaksana, serta rekan-
ketahanan/untur warna terhadap gosokan
dan pencucian sangat baik (gb. 4 dan 5),
rekan yang telah banyak membantu memper1ancar
meskipun ketahanan luntuk warna terhadap
penelitian ini.
sinor matahari sangat jelek. hat ini dapat
ditanggulangi dengan perlakuan /ebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA. sepertiperesinan.
..c..Saran komi terilna.
I. GULRAJANI ML., Introduction to natural dyes, Sukarsono
Compendium for International Workshop on ~ Apa warna yang dihasilkan dapat bersaing
Natural Dyes, NHDC, India, (p. 85-95), 1993 denganwarna sintetis ?
2. KIERSTEAD SP., Natura! Dyes, Bruce
Humphries Inc., Boston, (p. 20-21), 1950 Srie Sunaryati
3. GULRAJANI ML., Mordants, Compendium for .I).. Zat warna daun sirih ini dapat bersaing
International Workshop on Natural Dyes, dengan zat warna sintetis karena zat warna
NHDC, India, (p. 96-103), 1993 daun sirih ini mempun)lai ketahanan /untur
terhadap gosokan don pencucian yang
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir
P3TM-BATAN Yogyakarta, 25 -26 Juli 2000
J08 ISSN0216-3128 Srie Sunarya/i.dkk
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian D~sar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir
P3TM-BATAN Yogyakarta, 25 -26 Juli 2000