Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH HEMATOLOGI

“Trombosis”

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Yulinar Syam Andi Rizani Catur W.


Ika Julianty Israh Yani Ningsih
Karnila Andi Humaerah
Nurul Aisyiah R. Rani Fiobetauw
Venna Melinda Noer Azizah
Velicia M.V.G Tjen Nur Rahma
Sri Mauliyah Bahri
Andi Muh. Ihsan Jannatung

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
Makalah kelompok kami dapat terselesaikan. Pokok bahasan makalah ini
disesuaikan dengan materi dan kompetensi yang diajarkan pada Pendidikan
Tinggi Keperawatan. Makalah ini berisi tentang materi yang telah diberikan
kepada kelompok kami yaitu mencakup materi Trombosis

Atas terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih


kepada teman-teman dari kelompok kami yang telah terlibat, baik secara langsung
maupun tidak dalam penyusunan makalah ini. Dan semua pihak yang telah
mendukung terselesaikannya penyusunan makalah ini.

Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan dalam


makalah ini. Kami mengharapkan masukan yang membangun dari pembaca agar
makalah ini terus menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa keperawatan.

Wassalam

Penyusun

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A. Definisi Trombosis ....................................................................................... 3
B. Klasifikasi Trombosis .................................................................................. 3
C. Etiologi ......................................................................................................... 6
D. Manifestasi Klinik ........................................................................................ 6
E. Patofisiologi ................................................................................................. 7
F. Trombosis yang Terjadi pada Kehamilan .................................................... 9
G. Komplikasi ................................................................................................... 9
H. Asuhan Keperawatan Trombosis ............................................................... 10
I. Asuhan Keperawatan Trombosis pada Kehamilan .................................... 15
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 21
A. Kesimpulan................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian besar kejadian dan kesakitan yang disebabkan oleh
tromboflebitis seperti pada kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan paska
persalinan terjadi empat jam setelah kelahiran bayi. Karena itu penting sekali
memantau tromboflebitis secara ketat, khusunya kejadian saat
persalinandilakukan.Jika sudah ada tanda-tanda yang menyerupai tromboflebitis
segera periksa apakah memang gejala tromboflebitis atau hanya gejala radang
biasa.

Kita harus dapat membedakan gejala antara tromboflebitis dengan


flebotrombosis ataupun radangbiasa.Oleh karena itu, kita harus tahu sebenarnya
gejala dari keduanya agar dapat membedakannya sehingga kita dapat tanggap
dalam menanganinya,agar jangan sampai ke tahap yang lebih parah.

Selama kehamilan kejadiannya relatif rendah,risiko tromboflebitis vena


kaki atau pelvis meningkat setelah kehamilan atau operasi.

Insiden tromboflebitis superfisial sekitar 1dalam 600 pasien-pasien


antepartum dan 1 dalam 95 bagi pasien-pasien postpartum.Insiden
tromboflebitis profunda berkisar 1 dalam 1900 pasien antepartum dan 1 dalam
700 pasien postpartum.

Faktor-faktor yang mempermudah trombosis vena(tromboflebitis) antar


lain, stasis (perlambatan aliran darah),luka pada dinding pembuluh darah (iritasi
lokal dan infeksi),dan perubahan fisika atau kimia pada konstituen darah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud trombosis?
2. Bagaimana trombosis diklasifikasikan ?
3. Apa etiologi dari trombosis ?
4. Apa saja manifestasi klinik trombosis ?

1
5. Bagaimana patofisiologi dari trombosis ?
6. Bagaimana trombosis pada kehamilan ?
7. Apa komplikasi dari penyakit trombosis ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan trombosis ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud trombosis
2. Untuk mengetahui klasifikasi trombosis.
3. Untuk mengetahui etiologi dari trombosis.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik trombosis.
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari trombosis.
6. Untuk mengetahui trombosis pada kehamilan.
7. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit trombosis.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan trombosis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Trombosis
Trombosis adalah terjadinya bekuan darah didalam sistem
kardiovaskular termasuk arteri, vena dan ruangan jantung. Menurut Robert
Virchow terjadinya trombosis adalah sebagai akibat kelainan dari pembuluh
darah, aliran darah dan komponen pembekuan darah.

1. Trombosis arteri adalah bekuan darah di dalam pembuluh darah arteri


terutama sering terbentuk pada sekitar orifisium cabang arteri dan
bifurkasio arteri.
2. Trombosis vena dalam adalah kondisi terbentuk bekuan dalam vena
sekunder akibat inflamasi/trauma dinding vena atau karena obstruksi vena
sebagian.

B. Klasifikasi Trombosis
1. Trombosis Vena
Trombosis Vena adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam
vena sekunder akibat inflamasi/trauma dinding vena atau karena obstruksi
vena sebagian (Doenges. 1993,138). Ditemukan 3 faktor yang berperan
dalam terjadinya thrombosis vena:
a. Cedera pada lapisan vena
b. Meningkatnya kecenderungan pembekuan darah : terjadi pada
beberapa kanker dan pemakaian pil KB (lebih jarang).
c. Melambatnya aliran darah di dalam vena : terjadi pada pasien yang
menjalani tirah baring dalam waktu yang lama karena otot betis tidak
berkontraksi dan memompa darah menuju jantung. Misalnya trombosis
vena dalam bisa terjadi pada penderita serangan jantung yang
berbaring selama beberapa hari dimana tungkai sangat sedikit
digerakkan; atau pada penderita lumpuh yang duduk terus menerus dan
ototnya tidak berfungsi.

3
Faktor Risiko herediter dan didapat untuk trombosis vena :

1) Gangguan hemostatik herediter


2) Faktor V Leiden
3) Protombin varian G20210A
4) Defisiensi protein C
5) Defisiensi antitrombin
6) Defisiensi protein S
7) Disfibrinogenemia
8) Golongan darah ABO
9) Gangguan hemostatik herediter atau didapat
10) Peningkatan kadar faktor VIII plasma
11) Peningkatan kadar fibrinogen plasma
12) Peningkatan kadar homosistein plasma
13) Gangguan didapat
14) Antikoagulan lupus
15) Terapi estrogen (kontrasepsi oral dan HRT)
16) Trombositopenia dipicu heparin
17) Kehamilan dan masa nifas
18) Pembedahan terutama bedah abdomen, panggul, dan lutut
19) Trauma mayor
20) Keganasan
21) Pasien rawat inap medis akut termasuk karena gagal jantung atau
napas, infeksi, inflammatory bowel disorders
22) Penyakit mieloproliferatif
23) Hiperviskositas, polisitemia
24) Strok
25) Obstruksi panggul
26) Sindrom nefrotik
27) Dehidrsi
28) Vena varikosa

4
29) Usia
30) Obesitas
31) Hemoglobinuria noktural paroksismal
32) Penyakit Behcet
33) HRT, hormone replacement therapy (terapi sulih hormon).
2. Trombosis Arteri
Trombosis arteri adalah pembekuan darah di dalam pembuluh darah
arteri terutama sering terbentuk pada sekitar orifisium cabang arteri dan
bifurkasio arteri. Penyebab dapat lokal di tempat yang bersangkutan atau
proksimalnya. Sebagian besar adalah kelainan jantung seperti kelainan
katup, Infark jantung, fibrilasi artrium dan lain-lain. Dapat pula karena
aneurisma aorta, bila trombusnya lepas dan bergerak ke lokasi terjadinya
trombosis. Faktor Risiko untuk Trombosis arteri (aterosklerosis)
a. Riwayat keluarga positif
b. Jenis kelamin pria
c. Hiperlipidemia
d. Hipertensi
e. Diabetes melitus
f. Gout
g. Polisitemia
h. Hiperhomosisteinemia
i. Merokok
j. Kelainan EKG
k. Peningkatan CRP, IL-6, fibrinogen,fosfolipase A2 terkait lipoprotein
l. Antikoagulan lupus
m. Penyakit kolagen vaskuler
n. Penyakit Behcet : CRP, C – reaktif protein ( protein reaktif – C) EKG,
elektrokardiogram.

5
C. Etiologi
Berdasarkan “Triad Of Vircow” terdapat tiga faktor yang berperan
dalam patogenesis terjadinya trombosis pada arteri dan vena:

1. Stasis vena
Terjadi bila aliran darah melambat, seperti pada gagal jantung atau syok,
ketika vena berdilatasi sebagai akibat terapi obat dan bila kontraksi otot
skeletal berkurang seperti pada saat beristirahat lama, paralisis ekstrimitas,
atau anestesia. Tirah baring memperlambat aliran darah tungkai sebesar
50%.
2. Cedera dinding pembuluh darah
Kerusakan dinding pembuluh darah menciptakan pembentukan bekuan
darah. Trauma langsung pada pembuluh darah, seperti pada fraktur dan
dislokasi, penyakit vena dan iritasi bahan kimia terhadap vena, baik akibat
obat atau larutan intravena, semuanya dapat merusak vena.
3. Gangguan pembekuan darah
Kenaikan koagulabitas terjadi paling sering pada pasien dengan
penghentian obat anikoagulan secara mendadak. Kontrasepsi oral dan
sejumlah besar diskrasia dapat menyebabkan hiperkoagulabitas.

D. Manifestasi Klinik
1. Trombosis Vena
Klien yang mengalami trombosis vena dalam memiliki manifestasi
klinis sebagai berikut:
a. Nyeri
Intensitas nyeri tidak tergantung kepada besar dan luas trombosis.
Trombosis vena di daerah betis menimbulkan nyeri di daerah tersebut dan
bisa menjalar ke bagian medial dan anterior paha. Keluhan nyeri sangat
bervariasi dan tidak spesifik, bisa terasa nyeri atau kaku dan intensitasnya
mulai dari yang ringan hingga yang berat. Nyeri akan berkurang kalau
penderita istirahat di tempat tidur, terutama posisi tungkai ditinggikan.

6
b. Edema
Edema timbul disebabkan oleh sumbatan vena bagian proksimal dan
peradangan jaringan perivaskuler. Apabila pembengkakan ditimbulkan
oleh sumbatan maka lokasi bengkak adalah di bawah sumbatan dan tidak
nyeri. Pembengkakan bertambah kalau penderita berjalan dan akan
berkurang kalau istirahat di tempat tidur dengan posisi kaki agak
ditinggikan.
c. Perubahan warna kulit
Perubahan warna kulit tidak spesifik dan tidak banyak ditemukan
pada trombosis vena dalam dibandingkan trombosis arteri. Pada trombosis
perubahan warna kulit bisa berubah pucat dan kadang-kadang berwarna
ungu.
d. Sindroma Post-trombosis
Penyebab terjadinya sindrom ini adalah peningkatan tekanan vena
sebagai konsekuensi dari adanya sumbatan dan rekanalisasi dari vena
besar. Keadaan ini mengakibatkan meningkatnya tekanan pada dinding
vena dalam di daerah betis sehingga terjadi imkompeten katup vena dan
perforasi vena dalam.
2. Trombosis Arteri
Manifestasi klinis thrombosis arteri sebagai berikut:
a. Nyeri
b. Pucat pada area yang terkena
c. Denyut nadi berkurang
d. Adanya rasa mual dan paralisis.

E. Patofisiologi
Berdasarkan teori triad of Virchow`s, terdapat 3 hal yang berperan dalam
patofisiologi trombosis yaitu kelainan dinding pembuluh darah, perubahan
aliran darah, dan perubahan daya beku darah. Trombosis terjadi bila terdapat
gangguan keseimbangan antara faktor resiko trombosis dan inhibitor
thrombosis. Sel endotel pembuluh darah yang utuh yang bersifat

7
nontrombogenik, sehingga mencegah trombosit menempel pada
permukaannya. Sifat non trombogenik ini akan hilang bila endotel
mengalami kerusakan/terkelupas karena berkurangnya produksi
senyawa antitrombotik dan meningkatnya produksi senyawa
protrombotik. Berbagai senyawa protrombotik yang dilepaskan ini
akan mengaktifkan sistem pembekuan darah dan menyebabkan
menurunnya aktifitas fibrinolisis sehingga meningkatkan kecenderungan
untuk terjadi trombosis. Bila kerusakan endotel terjadi sekali dan dalam waktu
singkat, maka lapisan endotel normal akan terbentuk kembali, proliferasi sel
otot polos berkurang dan intima menjadi tipis kembali. Bila kerusakan endotel
terjadi berulang-ulang dan berlangsung lama, maka proliferasi sel otot polos
dan penumpukan jaringan ikat serta lipid berlangsung terus sehingga dinding
arteri akan menebal dan terbentuk bercak aterosklerosis. Bila bercak
aterosklerotik ini robek maka jaringan yang bersifat trombogenik akan
terpapar dan terjadi pembentukan trombus. (Setiabudy, 2007) Aliran darah
yang melambat bahkan stagnasi menyebabkan gangguan pembersih faktor
koagulasi aktif, mencegah bercampurnya faktor koagulasi aktif dengan
penghambatnya, mencegah faktor koagulasi aktif dilarutkan oleh darah yang
tidak aktif. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya akumulasi faktor-
faktor pembekuan yang aktif dan dapat merusak dinding pembuluh darah.
Stagnasi aliran darah ini dapat diakibatkan oleh imobilisasi, obstruksi
vena dan meningkatnya viskositas darah.Menurut beberapa peneliti,
darah penderita trombosis lebih cepat membeku dibandingkan orang normal
dan pada penderita - penderita tersebut dijumpai peningkatan kadar
berbagai faktor pembekuan terutama fibrinogen, F.V, VII, VIII dan X.
Menurut Schafer penyebab lain yang dapat menimbulkan kecenderungan
trombosis yaitu defisiensi AT, defisiensi protein C, defisiensi protein S,
disfibrinogenemia, defisiensi F.XII dan kelainan struktur plasminogen.

8
F. Trombosis yang Terjadi pada Kehamilan
Trombosis yang sering dialami wanita hamil adalah Venous Thrombolic
/ Deep Venous Thrombosis atau biasa disebut dengan trombosis vena dengan
perbandingan 13 dari 10.000 kelahiran. Trombosis vena dipercaya sebagai
salah satu penyebab utama kematian pada wanita hamil di seluruh dunia.
kelahiran secara Caesar diperkirakan menyebabkan kemungkinan wanita
hamil menderita trombosis vena meningkat hingga 5 kali lipat. Selain itu;
umur, mengonsumsi rokok, serta preeklamsia juga disebut memiliki andil
dalam meningkatnya resiko kejadian thrombosis vena pada ibu hamil.

G. Komplikasi
Komplikasi yang perlu diperhatikan pada pasien trombosis vena dalam
(DVT) adalah:

1. Emboli pulmoner (EP).


2. Sindrom pasca trombosis atau sindrom pasca flebitis

Prognosis:

1. Proksimal DVT: dapat menyebabkan emboli paru


2. Proksimal DVT yang tidak diobati: 10% jadi emboli paru fatal
3. Proksimal DVT yang tidak diobati secara adekuatmenimbulkan resiko 20-
50% kekambuhan peristiwa thromboemboli.
4. Calf-vein trombosis: kejadian emboli paru yang rendah.
5. Calf- vein trombosis yang tidak diobati dengan baik: perluasan thrombus
sampai vena poplitea atau vena yang lebih proksimal.

Ada beberapa komplikasi dari trombosis vena antara lain:

1. Perdarahan
Perdarahan diakibatkan oleh penggunaan terapi antikoagulan.
2. Emboli paru
Terjadi akibat terlepasnya thrombus dari dinding pembuluh darah
kemudian thrombus ini terbawa aliran darah hingga akhirnya berhenti di

9
pembuluh dara paru dan megakibatkan bendungan aliran darah. Ini dapat
terjadi beberapa jam maupun hari setelah terbentuknya suatu bekuan darah
pada pembuluh darah di daerah tungkai. Gejala berupa nyeri dan
pernapasan yang singkat.
3. Sistem post trombitik
Terjadi akibat kerusakan katup pada vena sehingga seharusnya darah
mengalir ke atas yang dibawa oleh vena menjadi terkumpul pada tungkai
bawah. Ini menyebabkan nyeri pembengkakan dan ulkus pada kaki.

H. Asuhan Keperawatan Trombosis


1. PENGKAJIAN

Gejala-gejala adanya arterial trombosis terangantung ukuran


trombosis organ yang terlibat, dan adanya pembuluh darah kolateral.
Trombosis ini dapat terjadi pada apasien yang mengalami stasis vena yang
umumnya terjadi pada pasien setelah perdarahan, obesitas, kehamilan,
pasien post partum, adanya riwayat penyakit jantung, pasien dengan
riwayat penggunaan anti koagulan, pasien yang berbaring lama/penyakit
kronik. Pada saat mengalami trombosis maka data yang didapatkan
sebagai berikut:

a. Trombosis arteri : Nyeri, pucat pada area yang terkena, denyut nadi
berkurang, paralisis

b. Trombosis vena : Pada pemeriksaan fisik didapatkan tentang adanya


obstruksi vena deep yang ditandai oleh edema dan pembengkakan
ekstemistas yang terkena, pada daerah yang terkena teraba hangat dan
tenderness, adanya homans sign (nyeri pada daerah betis setelah
dilakukan dorsofleksi pada kaki).

NO Diagnosa NOC NIC

1. Ketidak efektifan  Circulation status P peripheral sensation


perfusi jaringan  Tissue perfusion : management (manejemen

10
perifer b.d penurunan cerebral sensasi perifer)
aliran dara/ satis vena kriteria hasil : Jjj- monitor adanya daerah tertentu
Batasan  Mendemonstrasikan yang hanya peka terhadap
karakteristik : status sirkulasi yang panas/dingin.tajam/tumpul
 Tidak ada nadi ditandaii dengan : --- monitor adanya paretese
 Perubahan fungsi - Tekana systole dan-j - instruksikan keluarga untuk
motorik diastole dalam rentang mengobservasi kulit jika ada
 Perubahan yang normal lesi atau laserasi
karakteristik kulit - Tidak ada ortostatik- - gunakan sarung tangan untuk
(warna,elastisistas, hipertensi proteksi
sensasi suhu) - Tidak ada tanda- - Batasi gerakan pada kepala,
 Perubahan tanda peningkatan leher dan punggung
tekanan darah di tekanan inrakranial - Monitor kemampuan BAB

ekstemitas  Mendemonstrasikan - Kolaborasi pemberian

 Waktu pengisian kemampuan kongnitif analgetik


kapiler >3 detik yang ditandai dengan - Monitor adanya tromboplebitis
- Berkomunikasi - Diskusikan menegenai
dengan jelas sesuai perubahan sensasi
kemampuan
- Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi , dan
orientasi
Membuat keputusan
dengan benar
2. Nyeri b.d agen cedera  Pain level Pain management
 Pain control
 Lakukan pengkajian nyeri
 Comfort level
secara komprehensif
Batasan karakteristik:
termasuk lokasi,
 Mengekspresikan karakteristik, durasi,

11
perilaku (mis. Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas dan
gelisah, faktor prespitasi
 Mampu mengontrol
menangis)  Observasi reaksi nonverbal
nyeri (tahu penyebab
 Sikap melindungi dari ketidaknyamanan
nyeri dan mampu
area nyeri  Gunakan teknik
menggunakan teknik
 Melaporkan nyeri komunikasi terapeutik
nonfarmakologi untuk
secara verbal untuk mengetahui
mengurangi nyeri,
pengalaman nyeri pasien
mencari bantuan)
 Evaluasi pengalaman nyeri
 Melaporkan bahwa
masa lampau
nyeri berkurang
 Bantu pasien dan keluarga
dengan menggunakan
untuk menemukan
manajemen nyeri
pendukung
 Mampu mengenali
 Kurangi faktor presipitasi
nyeri (skala, intensitas,
nyeri
frekuensi dan tanda
 Kaji tipe dan sumber nyeri
nyeri)
untuk menentukan
 Menyatakan rasa
intervensi
nyaman setelah nyeri
 Ajarkan teknik
berkurang
nonfarmakologis
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil.
2. Defisiensi  Knowledge: disease Teaching: disease process
pengetahuan b.d process
 Berikan penilaian tentang
kurang pajanan  Knowledge: health
tingkat pengetahuan pasien
behavior
tentang proses penyakit

12
spessifik
 Jelaskan patofisiologi dari
Batasan karakteristik: Kriteria hasil:
penyakit dan bagaimana
 Ketidakakuratan  Pasien dan keluarga hal ini berhubungan dengan
mengikuti menyatakan anatomi dan fisiologi,
perintah pemahaman tentang dengan cara yang tepat
 Perilaku tidak penyakit, kondisi,  Gambarkan tanda dan
tepat (mis. apatis) prognosis dan program gejala yang bisa muncul
 Pengungkpan pengobatan pada penyakit, dengan cara
masalah  Pasien dan keluarga yang tepat
mam[pu menjelaskan  Gambarkan proses
kembali apa saja yang penyakit, dengan cara yang
telah dijelaskan oleh tepat
tenaga kesehatan  Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara
yang tepat
 Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan

(Nurarif & Kusuma, 2015)

13
14
I. Asuhan Keperawatan Trombosis pada Kehamilan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas klien diperlukan guna melengkapi data terkait, sehingga
dapat mempermudah penanganan dan siapa yang bertanggung jawab
atas perawatan klien atau pasien. Identitas klien meliputi:
1) Nama : Nama dikaji hanya untuk mengetahui identitas klien saja,
tidak ada permasalahan yang mungkin ditimbulkan.
2) Umur : Tromboflebitis sering terjadi pada klien yang berusia
diatas 30 tahun.
3) Jenis Kelamin : Sering terjadi pada wanita post partum atau masa
nifas, namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada
wanita hamil.
4) Pekerjaan : Tromboflebitis terjadi pada klien dengan pekerjaan
yang lebih banyak duduk lama.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang paling umum dirasakan klien yaitu nyeri
yang pada daerah pembuluh darah vena, nyeri terjadi pada kaki dan
kaki mengalami edema.

c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat penyakit terdahulu yang dikaji mengenai penyakit
klien terdahulu apakah sebelumnya pernah melahirkan atau tidak,
jika pernah melahirkan apakah pasca melahirkan mengalami
tromboflebitis atau tidak, dikaji pula apakah klien pernah
mengalami penyakit jantung atau tidak yang beresiko tinggi
terjadinya tromboflebitis, pernah mengalami trauma atau tidak,
mempunyai varises vena atau tidakm dan menderita tumor atau
tidak.

15
2) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang adalah status kesehatan pasien
pada saat ini misalnya ditanyakan kepada klien kapan pertama kali
pasien mengeluh nyeri yang dialami.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah keluarga ada yang mengalami penyakit yang
memiliki resiko tinggi terjadinya tromboflebitis misalnya seperti
kelainan jantung.
4) Riwayat psikososial
Perawat perlu mengkaji adanya kecemasan, presepsi klien,
dan hubungan interaksi klien, terutama untuk pemberian tindakan
pengobatan.
d. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
b) Kesadaran
c) Tanda-tanda vital :
2) Pemeriksaan penunjang
a) Ultrasonografi Doppler
Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap
kemampuan katub pada vena profunda, vena penghubungan
dan vena yang mengalami pervorasi. Ultrasonografi Doopler
dilakukan dengan cara meletakkan probe Doopler di atas vena
yang tersumbat. Bacaan aliran doopler tampak lebih kecil
dibandingkan tungkai sebelahnya atau tidak sama sekali.
Metode ini relative murah, mudah dilakukan, praktis, cepat dan
non infasif. Pemeriksaan ultrasonografi doopler dilakukan
untuk menunjukkan peningkatan lingkar ekstremitas.
b) Pemeriksaan hemotokrit

16
Untuk mengidentifikasi Hemokonsentrasi, terjadinya
peningkatan hemotokrit. Jika terjadi peningkatan hemotokrit
maka akan berpotensial terjadinya pembentukan trombus.
c) Pemeriksaan Koagulasi
Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan
koagulasi ini menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji
masa protrombin, uji activated partoal thromboplastin time
(APTT), thrombin time dan kabar fibrinogen.
d) Biakan darah
Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu.
Organisme yang penting untuk di antisipasi meliputi
Streptokokus aerob dan anaerob. Staphilokokus aureus,
Eschercia coli dan Bakteriodes. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui atau mendeteksi kuman didalam darah.
e) Pemindai ultrasound dupleks
Dengan tekhnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat
dideteksi dan dilokasikan dan dapat dilihat diagram vena-vena
penghubung yang tidak kompeten.

f) Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk
memberikan gambaran pada vena-vena di ekstremitas bawah
dan pelvis. Pemeriksaan venografi berguna untuk mendiagnosa
trombosis vena renalis.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
gangguan aliran darah vena (statis vena).

17
b. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

3.Intervensi dan Evaluasi

DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL


KEPERAWATAN
Keefektifan Tujuan: 1. Observasi 1. Mengetahui adanya
perfusi jaringan Setelah dilakukan ektremitas untuk gangguan atau
perifer tindakan selama 3 x 24 warna kulit dan kelainan pada
berhubungan jam diharapkan klien adanya edema. ektremitas
dengan gangguan menunjukkan Catat 2. Distensi vena dapat
aliran darah vena perbaikan perfusi kesimetrisan terjadi karena aliran
(stasis vena) jaringan betis dan ukur balik melalui vena
lingkar betis percabangan
Kriteria hasil: 2. Kaji ektrimitas 3. Pembatasan aktifitas
1. Menunjukan untuk menurunkan
perbaikan penonjolan vena kebutuhan oksigen
perfusi jaringan yang jelas. dan nutrii pada
perifer yang Palpasi perlahan ektremitas yang
ditandai dengan untuk sakit dan
adanya nadi ketegangan meminimalkan
perifer, warna jaringan lokal, kemungkinan
kulit dan suhu regangan kulit penyebaran
normal serta dan penonjolan thrombus atau
tidak ada edema vena emboli
2. Menunjukan 3. Tingkatkan tirah 4. Penurunan
peningkatan baring elama pembengkakan
toleransi fase akut jaringan
aktivitas 4. Anjurkan klien pengosongan cepat
untuk vena superfisial dan
meningkatkan tibial dan mencegah
kaki bila terjadinya distensi
dtempat tidur berlebihan yang
5. Anjurkan klien dapat meningkatkan
untuk aliran balik vena
melakukan 5. Meningkatkan aliran
latihan aktif atau balik vena dari
pasif sementara ektremitas yang
di tempat tidur lebih rendah dan
6. Ingatkan klien menurunkan statis
untuk vena serta
menghindari mempebaiki tonus

18
menyilang kaki otot
atau hiperfleksi 6. Meningkatkan statis
lutut vena
7. Anjurkan klien 7. Menghindarkan dari
utnuk penyebaran
menghindari thrombus
pijatan 8. Untuk meningkatan
8. Anjurkan untuk vasodilatasi dan
melakukan aliran balik vena
kompres hangat serta perbaiakn edea
pada daerah lokal
ektremitas
Nyeri akut Tujuan: 1. Kaji tingkat 1. Derajat nyeri
berhubungan Setelah dilakukan nyeri yang berhubungan dengan
dengan proses tindakan selama 3 x 24 dialami klien luasnya daerah yang
inflamasi jam diharapkan nyeri 2. Atur posis yang mengalami
yang dialami klien nyaman bagi kurangnya sirkulasi,
berkurang klien proses inflmasi,
3. Pertahankan derajat hipoksia dan
Kriteria hasil: tirah baring edema luas
1. Klien selama fase akut berhubungan dengan
mengatakan 4. Anjurkan terbentuknya
sudah tidak ada kompres hangat thrombus
nyeri pada daerah 2. Membantu
2. Klien yang nyeri memberikan
menunjukan 5. Berikan edukasi kesempatan pada
tindakan rileks tentang otot untuk relaksasi
maupun penyebab nyeri seoptimal mungkin
beristirahat dan yang dialami 3. Menurunkan
dapat klien ketidaknyamana
melakukan 6. Kolaborasi akibat kontraksi otot
aktivitas yang ia dengan dokter 4. Mengurangi nyeri
inginkan untuk yang dialami klien
pemberian 5. Mengurangi
analgetik ketengangan klien
dan klien dapat
kerjasama dalam
proses perawatan
6. Membantu
mengurangi nyeri
klien
Hipertemi Tujuan: 1. Monitoring suhu 1. Peningkatan suhu
berhungan dengan Setelah dilakukan tubuh klien. merupakan proses
proses inflamasi tindakan selama 3 x 24 Observasi klien penyakit infeksi akut
jam diharapkan suhu apakan mengigil 2. Untuk mengetahui
tubuh klien normal atau diaforesis adanya peruabahn

19
2. Monitoring suhu
Kriteria hasil: TTV secara 3. Untuk mempertahan
Subu tubuh klien rutin suhu deteksi normal
nomal yaitu 37o C 3. Monitoring suhu 4. Dapat mebantu
lingkungan mengurangi demam
4. Berikan 5. Membantu
kompres hangat mengatasi masalah
5. Kolaborasi dengan medikasi
dengan tim
medis untuk
pemberian obat
penurun demam

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Trombosis adalah terjadinya bekuan darah didalam sistem
kardiovaskular termasuk arteri, vena dan ruangan jantung. Menurut Robert
Virchow terjadinya trombosis adalah sebagai akibat kelainan dari pembuluh
darah, aliran darah dan komponen pembekuan darah.

3. Trombosis arteri adalah bekuan darah di dalam pembuluh darah arteri


terutama sering terbentuk pada sekitar orifisium cabang arteri dan
bifurkasio arteri.
4. Trombosis vena dalam adalah kondisi terbentuk bekuan dalam vena
sekunder akibat inflamasi/trauma dinding vena atau karena obstruksi vena
sebagian.

Berdasarkan “Triad Of Vircow” terdapat tiga faktor yang berperan


dalam patogenesis terjadinya trombosis pada arteri dan vena:

2. Stasis vena
Terjadi bila aliran darah melambat, seperti pada gagal jantung atau syok,
ketika vena berdilatasi sebagai akibat terapi obat dan bila kontraksi otot
skeletal berkurang seperti pada saat beristirahat lama, paralisis ekstrimitas,
atau anestesia. Tirah baring memperlambat aliran darah tungkai sebesar
50%.
3. Cedera dinding pembuluh darah
Kerusakan dinding pembuluh darah menciptakan pembentukan bekuan
darah. Trauma langsung pada pembuluh darah, seperti pada fraktur dan
dislokasi, penyakit vena dan iritasi bahan kimia terhadap vena, baik akibat
obat atau larutan intravena, semuanya dapat merusak vena.

21
4. Gangguan pembekuan darah
Kenaikan koagulabitas terjadi paling sering pada pasien dengan
penghentian obat anikoagulan secara mendadak. Kontrasepsi oral dan
sejumlah besar diskrasia dapat menyebabkan hiperkoagulabitas

22
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta : EGC.

Dahlan M. Trombosis Arterial Tungkai Akut. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI 2007.
Doenges, Marlynn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.

Lindqvist, P. M., Dahlback, B. M., & Marsal, K. M. (1999). Thrombotic Risk


During Pregnancy : A PopulationStudy. Obsetrics & Gynecology Vol 94,
595-599

Robbins & Cotran. 2009. Dasar Patologis Penyakit. Ed7. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Setiabudy, RD. (2007). Patofisiologi Trombosis Edisi ketiga. Jakarta : Balai


Penerbit FKUI

23

Anda mungkin juga menyukai