Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS DISTRIBUSI TEMPRATUR PADA DINDING

ROTARY KILN DI PT. SEMEN BATURAJA(PERSERO)


DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK
SOLIDWORKS 2017

Firmansyah Burlian 1,Hasan Basri 2,Raihan Amri 3,Akbar Teguh Prakoso 4


1
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
e-mail:Raihan_amri@yahoo.co.id

Abstrak
Industri semen adalah salah satu industri yang bersifat energi intensif, karena menyerap energi dalam jumlah
yang besar, dan rotary kiln merupakan jantungnya dari sistem energi thermal yang digunakan sebagai tempat
pembakaran dan pembentukan klinker. Analisis yang dilakukan ialah konduksi panas arah ketebalan pada
dinding kiln pada meter 1 hingga 75. Dari hasil perhitungan secara teoritis diketahui bahwa temperatur gas
tertinggi mencapai 1850,42°C. Rotary kiln memiliki insulasi termal, pada lapisan dinding terluar berupa shell
baja jenis ASTM 516 GRADE 70 steel plate, dari hasil pencitraan shell scanner dimana terjadi red spot pada
meter 22 temperatur permukaan luar shell mencapai 355°C. Bagian dalamnya terdapat refractories (batu tahan
api) temperatur antar muka mencapai 359.02°C. Dan lapisan dinding terdalam terdapat coating yang hanya
terbentuk pada burning zone, temperatur antar muka dan permukaan dalam coating mencapai 942,06 °C dan
1514,07°C. Perbandingan hasil perhitungan distribusi temperatur secara teoritis dan analisis program
menunjukkan selisih rata-rata yang sangat kecil yaitu 0.2808 % hal ini menunjukkan bahwa metode yang telah
digunakan memiliki hasil yang konsisten sesuai dengan asumsi-asumsi yang telah ditetapkan.
Kata kunci: Rotary kiln, batu tahan api, ASTM 516 GRADE 70, klinker,

Abstract
The cement industry is one of the industries that has intensive energy, because it absorbs enormous amounts of
energy, and rotary kiln is the heart of the thermal energy system used as a combustion chamber and clinker
formation. The analysis performed is the heat conduction of the thickness direction on the wall of the kiln at
meters 1 to 75. From the calculation result theoretically known that the highest gas temperature reached
1850,42° C.Rotary kilns have thermal insulation,in the outer wall layer of steel shell type ASTM 516 GRADE 70
steel plate, from the result of shell scanner imaging where the red spot occurs at meter 22 surface temperature of
outer shell reach 355 ° C. Inside there are refractories (temperature of fire resistance) interface temperature
reaches 359.02 ° C. And the inner wall layer is a coating that only formed in the burning zone, the interface and
surface temperature in the coating reaches 942.06 ° C and 1514.07 ° C. The comparison of theoretical
temperature distribution results and program analysis shows a very small average difference of 0.2808%
indicating that the method used has consistent results in accordance with predetermined assumptions.

Keywords: Rotary Kiln,Refractories, ASTM 516 GRADE 70,Clinker

1 PENDAHULUAN Rotary Kiln merupakan sebuah alat pembakar


Seiring dengan Perkembangan zaman dan teknologi, produk rawmill menjadi klinker di pabrik semen,
penanganan material dan energi di dunia industri Penggunaan energi pada unit ini meliputi energi
menjadi bagian yang sangat penting di dalam untuk proses pembakaran.Persentase biaya yang
rangkaian proses produksi. dikeluarkan untuk konsumsi energi pada sebuah
Industri semen adalah salah satu industri yang pabrik semen portland berkisar 20-30 %.
bersifat energi intensif, karena menyerap energi Jika biaya untuk konsumsi energi berkurang, dan
dalam jumlah yang besar. Terbatasnya sumber daya biaya produksi dapat menurun, maka keuntungan
energi yang tersedia di alam ini menyebabkan perusahaan akan meningkat. Proses pembakaran
berbagai pihak berusaha melakukan berbagai rawmill di dalam rotary kiln merupakan proses yang
alternatif dan pemecahan untuk menghadapi masalah sangat penting untuk mendapat perhatian dalam
krisis energi. produksi semen.
Rotary kiln dengan kemampuan pemanasan terhadap 2.3. Komponen Utama Rotary Kiln
rawmill yang lebih baik secara kualitas dan kuantitas
Rotary kiln mempunyai lima komponen utama
tidak lepas dengan sejumlah masalah terutama yang
berhubungan dengan perpindahan panas dalam dimana komponen ini sangat berpengaruh pada
pemakaiannya.
kinerja pada proses kerja pada rotary kiln.
Oleh karena itu perlu dilakukan analisis perpindahan
kalor secara konduksi untuk mengetahui distribusi 1. Shell kiln
temperatur yang terjadi pada sekeliling dinding 2. Supporting roller / Live ring
rotary kiln, sebagai upaya untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pemakaiannya. 3. Kiln Inlet dan Outlet Seals
4. Kiln Drive
2 METODOLOGI 5. Burner

2.1 Dasar teori 2.4. Proses Pembentukanm Klinker pada Rotary


Proses pembuatan semen di PT. Semen Baturaja Kiln
(Persero) menggunakan proses kering dalam Sistem rotary kiln harus didesain untuk memenuhi
pembuatan semennya. Secara keseluruhan proses
pembuatan semen ada 4 tahap yaitu : proses kimia yang diperlukan selama raw mix yang
1.Raw Material Preparation diumpankan ke kiln dirubah menjadi klinker. Proses
2.Burning atau Klinkerization yang terjadi merupakan proses endotermis dan
3.Cement/Finish Grinding
terjadi pada suhu maksimum material mencapai
4.Packing dan Dispatch
1450 0C.
2.2. Definisi Rotary Kiln Proses yang digunakan pada PT. Semen Baturaja
Rotary kiln diperkenalkan pada tahun 1890 dan adalah proses kering, dimana bahan baku di campur
meluas di awal abad ke-20, yang dapat produksi
secara kontinu dan produk yang lebih seragam masuk ke kiln melalui preheater. Di sini, gas panas
dalam jumlah besar. Alat ini dilengkapi dengan dari kiln, digunakan untuk memanaskan umpan.
preheater sebagai pemanas awal dan precalsiner.
Gerakan antara material dan gas panas hasil Akibatnya, umpan sudah panas sebelum masuk kiln.
pembakaran batubara berlangsung secara terus-
menerus, karena panas yang ditimbulkan batubara
tinggi maka rotary kiln perlu dilapisi batu tahan api 2.5. Perpindahan Kalor Konduksi Shell Kiln
pada bagian dalamnya untuk mencegah agar baja Persamaan perpindahan panas konduksi merupakan
tidak meleleh. Saat ini, semua industri penghasil persamaan yang diturunkan dari persamaan energi
klinker menggunakan rotary kiln karena rotary kiln yang dimasukkan asumsi-asumsi dan batasan
merupakan satu-satunya cara yang layak untuk tentang prinsip konduksi yang disesuaikan dengan
mengatur proses dengan suhu tinggi dan material permasalahan dengan dasar analogi seperti Gambar
dengan beragam sifat. 2.3 hingga dapat dianalogikan ke Gambar 2.4

Persamaan Energi
dE
E in  E g  E out  st  E st (1)
dt

Gambar 1.Rotary Kiln (PT Semen Baturaja, 2014)

Gambar 2. Analisis Volume Elemen (Cengel, 2003)


Dari analisis volume elemen seperti Gambar 2. Program SolidWorks menggunakan Finite Element
mengikuti Hukum Fourier maka didapatlah Method. FEM adalah teknik numerik untuk
Persamaan Umum Konduksi menganalisis desain. FEM diterima sebagai metode
analisis standar yang umum dan sesuai untuk
  T    T    T  T
 k    k    k   q  c p (2) implementasi di komputer. FEM membagi sebuah
x  x  y  y  y  z  t objek menjadi bagian-bagian kecil secara fisika
sebenarnya menuntun kita kepada pembuatan
Menurunkan persamaan di atas menjadi persamaan persamaan sehingga masalah menjadi sederhana
difusi kalor (arah sudut-dɸ) untuk kondisi stedi, untuk diselesaikan secara simultan.
tanpa pembangkit kalor

1 d  dT 
k 0
r 2 d  d 
(3)

Dengan dimensi satu (arah sudut-dɸ), stedi, tanpa


pembangkit kalor dan k = konstan. Adapun
persamaan yang didapat dari literatur (Cengel,
2007), yakni :

𝑇 = 𝐶1 . ɸ + 𝐶2 (4)

Qr merupakan laju perpindahan kalor konstan (W),


dT ialah Temperatur (°C), r ialah jari-jari silinder
Gambar 4 Perpindahan panas satu dimensi (hueber,
(m) dan k ialah Konduktivitas Termal (W/m .°C). Ar
2001)
luas area (m2).

2.6 Dasar Pemodelan Matematika SolidWorks Perpindahan panas satu dimensi Gambar 4 dapat kita
analisis menggunakan konsep finite element, dalam
Model matematika dan asumsi digunakan untuk
masalah ini kita menghitung 3 lapisan material
mencari distribusi temperatur pada shell kiln, dengan
berbeda rotary kiln yang akan dilalui oleh panas
perhitungan program pada SolidWorks dapat
pada arah r. Pada masalah perpindahan panas
dilakukan dengan cepat dan mendapatkan hasil yang
konduksi kita mengasumsi tidak ada pembangkit
tepat, namun untuk melihat hasilnya tetap dibuat
kalor, temperatur awal T0 pada permukaan dalam
validasi atau perbandingan dengan hasil pengukuran
dianggap sama, semua material berbentuk solid
lapangan CENTURION TK30. Gambar 3
dengan konduktivitas termal berbeda-beda. Dengan
menjelaskan langkah analisa distribusi temperatur.
karakteristik ini kita bisa menentukan
penyelesaiannya menggunakan dasar hukum dari
perpindahan panas konduksi yakni Hukum Fourier.

𝑑𝑇
𝑞 = −𝑘𝑡 . 𝐴 (5)
𝑑𝑥

Dimana ∆𝑇 selisih temperatur akhir dengan


temperatur awal (°C) dan L (m) adalah ketebalan
material. Kemudian kita bisa membentuk nodal
aliran panas yang masuk dengan temperatur nodal
elemen.

𝑘𝑡 .𝐴
𝑄1 = (𝑇1 − 𝑇2 ) (6)
𝐿

Berdasarkan hukum konservasi energi 𝑄2 = −𝑄1


,maka

𝑘𝑡. 𝐴
Gambar 3 Skema pengerjaan Analisa Distribusi 𝑄2 = − (𝑇1 − 𝑇2 ) (7)
𝐿
Temperatur

Dalam persamaan notasi matrik menjadi,


- Diameter Dalam : 4500 mm
𝑘𝑡 .𝐴 1 −1 𝑇1 𝑄 - Jumlah Tyre :3
[ ] { } = { 1} (8)
𝑟 −1 1 𝑇2 𝑄2
- Jenis Material Kiln : ASTM 516 Grade 70
- Densitas Material Kiln : 7.85 gr/cm3
- Kemiringan : 3.5°
[𝐾𝑡 ] [𝑇] = {𝑄} (9) - T0 : 1450°C

Dimana [𝐾𝑡 ] adalah matrik koefisien konduktansi Penggunaan material Steell ASTM 516 Grade
termal (W/m.K), [𝑇] adalah kolom vektor 70 untuk material kiln pada PT Semen Baturaja
temperatur nodal (°C) dan {𝑄} adalah vektor nodal mengacu pada sifat mekanis material tersebut, yaitu
panas (W/K). A (m²) adalah luas permukaan bidang memiliki tensile strength (kekuatan tarik) yang baik
yang dialiri panas. Kita mengenal persamaan dan tahan terhadap temperatur yang terjadi untuk
terakhir memiliki bentuk standar dan itu menentukan proses produksi klinker pada PT. Semen Baturaja.
secara lengkap perpindahan panas konduksi dengan Berikut ini Tabel 1 spesifikasi lengkap mengenai
elemen termal. Termal “stifness” matrik adalah sifat mekanis material ASTM 516 Grade 70.
analogi dari struktur matrik kekakuan (hueber,
2001). Tabel 1. Data spesifikasi Material ASTM 516 Grade
70
Konveksi terjadi pada permukaan luar shell kiln
yang dianggap konveksi paksa karena perbedaan Spesifikasi Steel ASTM
No Nilai
temperatur permukaan shell dengan udara luar 516 Grade 70
cukup jauh seperti Gambar 5 1 Tensile Strength 485 MPa
2 Yield Strength 260 MPa
3 Thermal Conductivity 52 W/m.K
4 Specific Heat 0.47 J/g.°C
5 Density 7.85 gr/cm3
6 Poison Ratio 0.29
Klinker dianggap solid sehingga konduktivitas
Gambar 5. Ilustrasi konveksi paksa pada elemen termalnya sama seperti coating yakni 0,73 W/m.K
akhir benda (Logan, 2007) (Abdulkadhum dkk, 2012), temperatur permukaan
dalam sebesar T0 = 1450°C (Taylor, Hal 78), bagian
yang dianalisa merupakan di sekeliling shell kiln,
1 −1 𝑇1 𝑄
ℎ .𝐴 [ ] { } = { 1} (10) analisa statis dan terjadi konveksi dengan temperatur
−1 1 𝑇2 𝑄2
udara normal di luar permukaan shell kiln sebesar
30°C.
Dimana h adalah koefisien konveksi (W/m².K), [𝑇]
adalah kolom vektor temperatur nodal (°C) dan {𝑄} 2.9 Pengolahan Data
adalah vektor nodal panas (W/K). A (m²) adalah luas Data yang telah didapat kemudian dikaji dan diolah
permukaan bidang yang dialiri panas. menggunakan program SolidWorks untuk
mensimulasikan distribusi temperatur pada dinding
shell Rotary Kiln. Untuk menghitung temperatur
2.7 Pengambilan Data
permukaan dalam kiln dan heat loss (Q)
Pengambilan data dilakukan untuk memperoleh
menggunakan model matematika dari jurnal (Al-
gambaran kenyataan yang terjadi di lokasi
yasiri, 2012). Pada dinding luar kiln terjadi aliran
penelitian, dalam hal ini pabrik Semen Baturaja.
konveksi dengan udara luar dengan temperatur 30°C
Dilakukan melalui wawancara, pengamatan dan
dengan nilai h = 20,2 W/m².K (Xianchang Li, 2007).
pengukuran langsung, data operasional dari central
Dari perhitungan data lapangan menggunakan
control room, serta data penunjang lainnya dari
Centurion TK30 nanti akan di hitung untuk
manual book dan literatur lain yang relevan.
mendapat nilai temperatur permukaan dalam kiln.
Data yang diperlukan meliputi: kapasitas harian,
Hasil temperatur permukaan dalam kiln akan
dimensi rotary kiln, data temperatur shell kiln dan
dimasukkan ke dalam kondisi batas simulasi
data material dinding rotary kiln.
program SolidWorks untuk mencari distribusi
temperatur sekeliling rotary kiln di meter yang
2.8 Syarat Batas
ditentukan lalu hasil tersebut akan dibandingkan
Data utama sebagai syarat awal yang didapat dari
dengan perhitungan secara analitik. Selanjutnya data
PT. Semen Baturaja yang diperlukan untuk
hasil perhitungan disusun dan diolah lebih lanjut
menganalisa distribusi temperatur yang terjadi pada
untuk kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik.
shell kiln adalah sebagai berikut :
Dalam perhitungan ini satuan internasional (SI)
digunakan untuk semua satuan hasil.
- Nama Rotary Kiln : FLDSmith
- Panjang : 75000 mm
3 HASIL DAN PEMBAHASAN konventif dan konduktif pada masing-masing
lapisan
3.1 Analisis Perhitungan Distribusi
1
Temperatur Melalui Dinding Rotary Kiln 𝑅𝑡,𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑘𝑠𝑖 1 =
2𝜋𝑟1 𝐿ℎ1

Karena yang diketahui hanya profil temperatur


shell (𝑇𝑠,4 ) maka untuk menganalisis distribusi
temperatur perlu di hitung terlebih dahulu aliran = 0,003167

kalor yang terjadi dari luar ke dalam dinding rotary 𝑟


𝑙𝑛( 2⁄𝑟1 )
kiln. 𝑅𝑡,𝑘𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐴 =
2𝜋𝐾𝐴 𝐿
𝑄total = Qwall - coating = 𝑄coating - brick = Qbrick - Shell = Qshell
– udara

= 0,005386
3.2 Laju Aliran Kalor dari Shell ke Udara
Persamaan yang sesuai untuk laju aliran kalor dari 𝑟
𝑙𝑛 ( 3⁄𝑟2 )
shell ke udara adalah 𝑅𝑡,𝑘𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐵 =
2𝜋𝐾𝐵 𝐿
𝑄shell-Air = 2𝜋𝐿r4 ℎ4 (𝑇𝑠,4 − 𝑇∞,4 )

= 42744,83 W/m2
= 0,005494

3.3 Laju Aliran Kalor Dari Brick Ke Shell 𝑟


𝑙𝑛( 4⁄𝑟3 )
Persamaan yang sesuai untuk laju aliran kalor dari 𝑅𝑡,𝑘𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐶 =
2𝜋𝐾𝐶 𝐿
refractories ke shell adalah
2𝜋𝐿𝑘𝑐 (𝑇3 − 𝑇𝑠,4 )
QBrick – shell = 𝑟
= 0,00008
ln ( 4 )
𝑟3
1
𝑅𝑡,𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑘𝑠𝑖 4 =
2𝜋𝑟4 𝐿ℎ4
= 162,440 𝐶
= 0,003018
3.4 Laju Aliran Kalor Dari Coating Ke Brick
Persamaan yang sesuai untuk laju aliran kalor dari Karena nilai aliran kalor sudah diketahui dan
coating ke refractories adalah tahanan termal total ditentukan maka nilai
temperatur gas (T∞,1) dapat dihitung dengan
2 𝜋 𝐿 𝑘𝐵 (𝑇2 − 𝑇3 ) persamaan berikut ini:
𝑄𝐶𝑜𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔−𝑅𝑒𝑓𝑟𝑎𝑐𝑡𝑖𝑒𝑠 = 𝑟
𝑙𝑛 ( 3 )
𝑟2 𝑇∞,1 −𝑇∞,4
𝑞𝑟 =
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

= 388,7329 𝑇∞,1 = 724,3507 + 30𝑜 𝐶

3.5 Laju Aliran Kalor dari Wall ke Coating = 754,3507𝑜 𝐶


Persamaan yang sesuai untuk laju aliran kalor dari
wall ke coating adalah

2𝜋 𝑙 𝐾𝐴 (𝑇𝑠,1 − 𝑇2 )
𝑄𝑊𝑎𝑙𝑙−𝐶𝑜𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 = 𝑟 Tabel 2.Data Hasil Perhitungan Distribusi
𝑙𝑛 ( 2 )
𝑟1 Temperatur pada dinding rotary kiln meter ke 1-10

𝑇∞,1
M C 𝑇𝑠,1 C
0 0
𝑇2 0 C 𝑇3 0 C 𝑇𝑠,4 0 C
0
= 618,966 𝐶 eter ke-
1 754,35 618.97 388.73 162. 44 160

2 1287,78 1052.70 652.92 259.98 254


Kemudian untuk mengetahui temperatur gas
dipermukaan dalam (T∞,1) pada rotary kiln dapat 3 786,54 645.15 404.70 168.36 163

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini 4 786,54 645.15 404.70 168.36 163
: 5 1201,79 982.79 610.36 244.30 236

𝑇∞,1 −𝑇∞,4 6 1422,95 1162.62 719.87 284.71 277


𝑞𝑟 = 𝑟 𝑟 𝑟
( 2⁄𝑟1 ) ( 3⁄𝑟2 ) ( 4⁄𝑟3 )
1 1 7 1524,46 1245.15 770.15 303.27 295
+ + + +
2𝜋𝑟1 𝐿ℎ1 2𝜋𝑘𝐴 𝐿 2𝜋𝐾𝐵 𝐿 2𝜋𝐾𝐶 𝐿 2𝜋𝑟4 𝐿ℎ4
8 1383,48 1130.52 700.32 277.49 270

Untuk mempermudah perhitungan maka 9 1076,48 880.89 548.26 221.33 218


terlebih dahulu tentukan tahanan termal 10 810,74 664.82 416.66 172.74 171
3.6 Pembahasan Distribusi Temperatur pula terhadap lapisan shell akan terdeformasi.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini sedangkan pada meter 11 temperatur yang sangat
berdasarkan data yang diperoleh dari daily report rendah terjadi didalam kiln, temperatur yang rendah
kiln di PT. Semen Baturaja dan data yang didapat dapat menghambat gerakan bed material sepanjang
dari lapangan melalui pengukuran langsung. Data kiln dan yang lebih penting adalah berbahaya bagi
yang digunakan adalah data shell scanner yang lapisan batu tahan api.sedangkan pada meter 62
berada diruang CCR. Tolak ukur dalam proses terjadi penurunan suhu drastis disebabkan karena
pembakaran dapat dilihat dari konsumsi panas yang sensor inframerah shell scanner tertutup oleh
normal, yaitu distribusi temperatur shell kiln yang retaining ring (cincin penopang)
mencerminkan distribusi gas dan material di
dalamnya dalam kondisi optimum. Kemudian flame
yang ideal, yaitu flame yang panas (hot flame) 4 KESIMPULAN
dengan emissivity yang tinggi (transfer energi 4.1 Kesimpulan
baik), api tidak menyentuh bed material, refractory
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
atau coating, dan membakar bahan bakar dengan
mengenai analisis perpindahan kalor pada dinding
efisien.
rotary kiln di PT. Semen Baturaja, maka dapat
diambil kesimpulan, yaitu:
Gambar 6. dibawah ini menunjukkan pencerminan
distribusi temperatur shell (𝑇s,4 ), terhadap 1.Dari hasil perhitungan secara teoritis didapat
temperatur antar muka brick (T3 ), temperatur antar temperatur minimum terjadi pada meter ke 11 yaitu
muka coating (T2 ), dan temperatur wall (𝑇s,1) Ts4 =1600C, (T3 ) = 161.600C, (T2 )= 386.49 0C ,
dalam rotary kiln. (𝑇𝑠,1 )= 615.30 0C , dan temperatur gasnya mencapai
749,841°C.
2.Dari hasil perhitungan secara teoritis didapat
temperatur maksimum terjadi pada meter ke 22 yaitu
Ts4 =3550C, (T3 ) =359.02, 0C (T2 )= 942,06 0C ,
(𝑇𝑠,1 )=1514,070C , dan temperatur gasnya mencapai
1850,42°C.
3. Dari hasil perhitungan secara teoritis didapat nilai
aliran kalor konduksi pada rotary kiln yaitu sebesar
5033337.52 W/m2.
4.Dari hasil perhitungan distribusi temperatur di
daerah terindikasi redspot meter 22 didapat nilai
temperatur antar muka brick (T 3 ) sebesar 359.02 0C,
Gambar 6.Distribusi Temperatur pada dinding temperatur antar muka coating (T2 ) sebesar
rotary kiln 942.06°C, temperatur permukaan dinding dalam
(𝑇𝑠,1 ) sebesar 1514.07°C, dan temperatur gasnya
Temperatur wall dan coating tertinggi terletak pada mencapai 1850,42°C.
burning zone (meter 4-33) di meter ke22 yaitu 5. Dari hasil simulasi distribusi temperatur di daerah
sebesar 1514.07°C dan 942.06°C, hal ini dapat terindikasi redspot meter 22 didapat nilai temperatur
disebabkan oleh coating yang tidak stabil di daerah permukaan luar shell (𝑇𝑠,4) sebesar 307.94-
tersebut, coating sangat mudah jatuh, yang 360.15°C, temperatur antar muka brick (T3 ) sebesar
mengakibatkan batu tahan api terkena paparan suhu 317.41-358.01C, temperatur antar muka coating (T2
yang sangat tinggi secara langsung, suhu gasnya ) sebesar 600.00-1518.51°C, temperatur permukaan
dapat mencapai 1850.42°C kemudian pada meter 31 dinding dalam (𝑇s,1)sebesar 1678.65°C
terjadi penurunan suhu drastis disebabkan karena
sensor inframerah shell scanner tertutup oleh 6. Perbandingan hasil perhitungan distribusi
retaining ring (cincin penopang), coating yang stabil temperatur secara teoritis dan simulasi program
bisa juga terbentuk pada daerah unstable coating menunjukkan selisih rata-rata yang sangat kecil
seperti yang terjadi pada meter ke 33, selanjutnya yaitu 0.2808 % hal ini menunjukkan bahwa metode
pada meter 11 terjadi lagi penurunan drastis yng telah digunakan memiliki hasil yang konsisten
disebabkan oleh adanya tiang konstruksi baja yang sesuai dengan asumsi-asumsi yang telah ditetapkan.
menutupi sensor inframerah shell scanner TK30.
Hasil kurva diatas juga menunjukkan nilai
temperatur paling tinggi terjadi pada meter ke22,
disebabkan karena coating mudah lepas di daerah
unstable coating atau tidak terdapat lapisan coating
sama sekali ditempat tersebut, mengakibatkan batu
tahan api terpapar suhu yang sangat tinggi, jika
dibiarkan terus-menerus maka akan menyebabkan
keausan cepat pada batu tahan api, dan berimbas
DAFTAR RUJUKAN [14] UNIDO, 2012. Introduction to UNIDO
Inclusive and Sustainable Industrial
[1] Al-yasiri, A.J.K., 2012. ESTIMATING THE Development. Context, pp.1–79.
THICKNESS OF COATING IN THE [15] Wiharja, 2006. Perubahan Tipe Bata Tahan Api
BURNING. , 12(3), pp.459–477. Pada Kiln Semen Untuk Menambah Efisiensi
[2] Bongo Njeng, A.S., Vitu, S., Clausse, M., Produksi. Jurnal Teknik Lingkungan, pp.17–22.
Dirion, J.L., and Debacq, M., 2018. Wall-to- [16] Nezekiel, S., PROSES PERPINDAHAN
Solid Heat Transfer Coefficient in Flighted PANAS PADA DINDING ROTARY KILN Di
Rotary Kilns: Experimental Determination and PT . INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA
Modeling. Experimental Thermal and Fluid , Tbk Nezekiel , ST Universitas Gunadarma.
Science, 91, pp.197–213. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.expthermflusci.2017.1
0.024
[3] Cengel, Y.A., 2003. Heat Transfer: A Practical
Approach. Mc Graw-Hill,
pp.785841.Availableat:http://www.ncbi.nlm.nih
.gov/pmc/articles/PMC341276/pdf/nar00305-
0003.pdf
[4] hueber, 2001. The Finite Element Method for
Enggineers.
[5] Kunii, D., 1980. Chemical Reaction
Engineering and Research and Development of
Gas Solid Systems. Chemical Engineering
Science, 35,
pp.18871911.Availableat:http://www.sciencedir
ect.com/science/article/pii/0009250980801357
[6] Lawrence, K.K., Ya, M., Zhiliang, S., and
Shuai, T., 2015. Static Structure Analysis of
5000tpd Rotary Cement Kiln Using ANSYS
Mechanical APDL. , 33, pp.60–70.
[7] Lin, P., Yun, Y.S., Barbier, J.., Babey, P., and
Prevot, P., 1991. Intelligent Tuning and
Adaptive Control for Cement Raw Meal
Blending Process. IFAC Proceedings Volumes,
24(1), pp.301–306. Available at:
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S147
4667017513361
[8] Rong, W., Li, B., Liu, P., and Qi, F., 2017.
Exergy Assessment of a Rotary Kiln-Electric
Furnace Smelting of Ferronickel Alloy. Energy,
138, pp.942–953.
[9] Sadighi, S., Shirvani, M., and Ahmad, A., 2011.
Rotary Cement Kiln Coating Estimator:
Integrated Modelling of Kiln with Shell
Temperature Measurement. Canadian Journal
of Chemical Engineering, 89(1), pp.116–125.
[10]
[11] Setiyana, B., 2009. Analisis Unjuk Kerja Grate
Clinker Cooler. Teknik Kimia ITS, 9, pp.19–26.
Available at: http://digilib.its.ac.id/analisa-
perpindahan-panas-proses-pembuatan-clinker-
pada-rotary-kiln-dl-pt-semen-gresik-persero-
36273.html
[12] Sonavane, Y. and Specht, E., 2009. Numerical
Analysis of the Heat Transfer in the Wall of
Rotary Kiln Using Finite Element Method
Ansys. Seventh International Conference on
CFD in the Minerals and Process Industries,
(December), pp.1–5.
[13] Taylor, H.F.W., 1990. Ement Hemistry.
Library.

Anda mungkin juga menyukai