PENDAHULUAN
Rosasea adalah suatu penyakit peradangan yang bersifat kronik pada kulit,
berbentuk seperti akne yang umumnya terjadi pada kelenjar pilosebaseus di wajah
dan dapat merusak kontur wajah sehingga tampak lebih cembung, terutama pada
bagian hidung, pipi, dagu, dan dahi. Penyakit ini ditandai juga dengan adanya
eritema yang berkepanjangan dan telangiektasi disertai dengan papul atau pustul.
Selain itu, pada periode tertentu wajah tampak kemerahan dan terasa panas terbakar
Pada kenyataannya tidak semua kasus sesuai dengan gambaran ini, di mana
tidak semua ciri-ciri selalu muncul. Suatu usaha dilakukan baru-baru ini untuk
menentukan kriteria diagnosis menyimpulkan bahwa adanya satu atau lebih dari
tanda-tanda berikut dengan distribusi pada bagian sentral wajah dipikirkan sebagai
rosasea yaitu flushing (kulit kemerahan dan terasa panas terbakar), eritema non
flushing merupakan suatu gambaran yang khas dan konstan yang diikuti dengan
progresifitas ke arah inflamasi (papul dan pustul) dan adanya limfedema kronik,
demikian, banyak kasus yang tidak menunjukkan pola yang jelas tentang hal
tersebut.2,3
0
EPIDEMIOLOGI
terjadi pada bangsa kulit putih (ras kaukasoid). Namun, tidak menutup kemungkinan
orang Afrika dan orang Asia juga dapat menderita rosasea. Pada bangsa kulit putih
ditemukan penderita rosasea sekitar 10% dari jumlah total bangsa kulit putih.1,2,4
Puncak insiden dan beratnya penyakit terjadi pada dekade ketiga dan keempat,
pada usia 30-50 tahun, dengan insiden puncak antara 40-50 tahun. Walaupun
demikian, anak-anak, remaja, dewasa muda dan usia lanjut dapat menderita
rosasea.1,4,5
Berdasarkan jenis kelamin, pada umumnya rosasea lebih sering terjadi pada
perempuan dibanding laki-laki. Tapi rinofima, salah satu jenis rosasea, lebih sering
Data insiden rosasea pada kelompok etnik yang berbeda sangat bervariasi dan
secara umum data ini masih kurang dan lemah, tetapi dapat disimpulkan bahwa
insiden dan mungkin deteksi rosasea tertinggi pada individu dengan kulit tipe I dan
II, diikuti ras Asia dan insiden terendah pada populasi berkulit hitam. Insidensi
penyakit ini juga sering didapatkan pada penduduk di Celtic (fototipe kulit I dan II)
dan Mediterania Selatan. Frekuensi yang rendah atau jarang terdapat pada orang
yang berwarna kulit gelap (fototipe kulit V dan VI, warna kulit coklat dan hitam).1
ETIOPATOGENESIS
Etiologi dari rosasea tidak diketahui. Ada beberapa faktor yang terlibat dalam
pembuluh darah yang letaknya lebih dekat ke permukaan wajah diduga menjadi
faktor terjadinya eritema dan flushing. Selain itu, vasodilatasi dan respon normal
struktur pilosebasea, atau kombinasi antara respon jaringan kutan terhadap berbagai
reaksi kemerahan yang hanya terbatas pada area wajah. Hal ini disebabkan karena
aliran darah pada bagian bawah wajah lebih tinggi dibandingkan dengan bagian
tubuh lainnya. Selain itu vaskularisasi lapisan kutaneus wajah terletak lebih
superfisial dan terdiri atas pembuluh darah yang lebih besar dan lebih banyak
b. Paparan iklim/musim
Peran musim panas atau musim dingin, termasuk di dalamnya peran sinar
penyebab eritema persisten masih terus diselidiki karena belum jelas dan
bertentangan hasilnya.2
Makanan pedas, alkohol, dan minuman panas dapat memicu flushing pada
penderita rosasea.2,3
kemerahan kulit flushing menimbulkan dugaan adanya peran obat, baik sebagai
2
penyebab maupun yang dapat digunakan sebagai terapi rosasea, seperti amiodarone,
d. Mikroorganisme
dahulu dianggap berperan pada etiologi rosasea, namun akhir-akhir ini mulai
ditinggalkan.2-4
Kutu yang hidup pada lumen folikel sebaceous pada area kepala dan diduga
dapat menyebabkan rosasea dalam berapa dekade, tetapi kebenarannya mesti dikaji
lebih dalam. Kutu Demodex hidup pada sebagian besar folikel sebasea pada area
tengah wajah dan lebih banyak didapatkan pada pasien rosasea dibandingkan dengan
e. Imunologi
antikolagen dan antinuklear antibodi sehingga ada dugaan faktor imunologi pada
rosasea.2
(VEGF)
3
VEGF meningkat pada endotel pembuluh darah pada kulit lesi dibandingkan dengan
yang non lesi pada pasien rosasea. Cuevas dkk menggunakan dobesilat topikal,
g. Lainnya
dan seborre juga pernah disangka berperan pada etiologi rosasea namun tidak dapat
dibuktikan.2
GAMBARAN KLINIS
Tempat predileksi rosasea adalah di sentral wajah, yaitu hidung, pipi, dagu,
kening, dan alis. Kadang-kadang meluas ke leher bahkan pergelangan tangan atau
Gejala utama rosasea adalah eritema, telangiektasi, papul, edema, dan pustul.
Komedo tak ditemukan dan bila ada mungkin kombinasi dengan akne (komedo
solaris, akne kosmetika). Adanya eritema dan telangiektasia adalah persisten pada
setiap episode dan merupakan gejala khas rosasea. Papul kemerahan pada rosasea
tidak nyeri, berbeda dengan akne vulgaris, dan hemisferikal. Pustul hanya ditemukan
pada 20% penderita, sedang edema dapat menghilang atau menetap antara episode
rosasea.2-4
Society (NRS) Expert Committee pada tahun 2002 telah membagi rosasea menjadi
2), phymatosa (sub-tipe 3), dan okuler (sub-tipe 4) dengan tingkat keparahan dari
4
setiap derajat sub-tipe sebagai derajat 1 (ringan), derajat 2 (sedang), atau derajat 3
Fase paling awal dari sub-tipe ini adalah kemerahan yang bersifat rekuren
akibat berbagai macam stimulus seperti stres emosional, minuman panas, alkohol,
makanan pedas, latihan fisik, dan cuaca panas atau dingin. Seiring berjalannya
waktu, kemerahan akan timbul dalam durasi yang lebih lama hingga akhirnya
menjadi permanen. Timbul rasa terbakar dan menyengat, edema pada area wajah
terbentuk pertama kali di alae nasi, kemudian pada hidung dan pipi. Pada beberapa
individu, dapat ditemukan spider angioma atau papular angioma yang berukuran
lebih besar. Perpanjangan episode atau memberatnya gejala kemerahan yang diikuti
gejala sistemik seperti diare, wheezing, nyeri kepala, palpitasi, atau kelemahan
jarang terjadi yang mungkin memberikan gejala berupa kemerahan seperti sindrom
5
Gambar 1. Sub-tipe eritematetolangiektasis
Sub-tipe ini bermanifestasi sebagai eritema yang persisten pada daerah sentral
wajah dengan papul dan pustul yang dominan pada area wajah yang berbentuk
papul-papul yang
nampak berwarna
merah dan
lebih gelap
dibandingkan
Derajat sub-tipe
juga ditemukan pada sub-tipe ini, tetapi tidak seberat pada sub-tipe
eritematotelangiektasis. Pada kedua sub-tipe ini (ETR dan PPR), eritema dapat
menyebar sampai pada area periorbital. Edema dapat bersifat ringan atau berat.
Edema yang berat dapat memberikan gambaran morfologi berupa plak yang padat
pada wajah.2,3,7
c. Phymatosa
nodul-nodul, kontur permukaan yang ireguler pada area wajah yang cembung.
Phyma sering muncul pada hidung (rhinophyma), tetapi dapat juga terbentuk pada
d. Rosasea okuler
Derajat keparahan rosasea okuler tidak berkaitan dengan rosasea pada kulit.3,7,8
hipopion, keratitis, neovaskularisasi pada kornea, ulserasi kornea dan sampai pada
ruptur kornea. Blefaritis adalah manifestasi klinis yang sering ditemukan, ditandai
dengan eritema pada tepi kelopak mata, terkelupas, dan terbentuk krusta, dan pada
beberapa kasus ditemukan kalazion dan infeksi stafilokokus karena adanya disfungsi
glandula meibom. Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan adalah fotofobia, nyeri,
rasa terbakar, gatal, dan sensasi adanya benda asing dalam mata. Pada kasus yang
Selain keempat subtipe rosasea di atas, terdapat pula varian rosasea, yaitu
merah atau kuning coklat yang monomorfik dan berukuran sama, serta berlokasi
Pada uji diaskopi, papul ini akan menunjukkan perubahan warna seperti apel-
jelli sama seperti pada sarkoidosis atau lupus vulgaris. Tidak ada kelainan pada kulit
sekitarnya.2,3,7
8
Rosasea glandular lebih sering mengenai kulit laki-laki yang berminyak
tebal. Lesi ditandai dengan papul edematous, pustul berukuran 0.5 - 1 cm, dan
nodulokistik.3
Lesi cenderung berkumpul pada area sentral wajah, namun bila diderita
perempuan, rosasea glandular tidak mengenai dagu. Sering kali diserai dengan
riwayat akne saat remaja dan skar. Kemerahan kulit jarang terjadi dibanding rosasea
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Histopatologi
terdapat ketidakteraturan pada jaringan ikat kulit bagian atas, ditandai dengan adanya
tipe giant cell. Demodex folliculorum seringkali ditemukan pada folikel rambut
daerah yang mengalami gangguan.4 Tidak ada gambaran histologis yang spesifik
untuk rosasea, tetapi kombinasi dari beberapa tanda-tanda klinik dapat digunakan
ditemukan pada rosasea adalah infiltrasi sel radang limfohistiosit dalam jumlah besar
yang letaknya agak berjauhan satu dengan yang lain di sekitar pembuluh darah kulit,
telangiektasis, edema, elastosis, dan terdapat gangguan struktur kulit bagian atas.3
b. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada tes diagnostik yang spesifik sebab diagnosis utamanya didasarkan
atas gambaran klinik saja. Kultur bakteri dapat dilakukan jika dicurigai terdapat
DIAGNOSIS
10
Pedoman Diagnosis Rosasea
Telangiektasi
Plak
Kering
Edema
Lokasi perifer
Perubahan phymatosa
Pada tahap awal atau stadium 1 rosasea dimulai dengan timbulnya eritem
tanpa sebab atau akibat sengatan matahari. Eritem ini menetap lalu diikuti timbulnya
timbulnya papul, pustul dan udem, terjadilah eritem persisten dan banyak
telangiektasis, papul dan pustul. Pada stadium 3 terlihat eritema persisten yang
11
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding rosasea terbagi atas dua kelompok gejala klinik rosasea
1. Akne vulgaris
Dapat terjadi pada umur remaja, kulit seboroik, terdapat komedo, papul,
pustul, nodus, kista. Tempat predileksi muka, leher, bahu, dada, dan
2. Dermatitis perioral
Terjadi pada wanita muda, tempat predileksi sekitar mulut dan dagu,
12
Gambar 9. Dermatitis perioral
1. Dermatitis Seboroik
berminyak dan agak gatal dengan tempat predileksi retroaurikular, alis mata,
13
2. Lupus Eritematosus Sistemik
terlihat eritema dan atrofi pada pipi dan hidung dengan batas tegas dan
berbentuk kupu-kupu.3,9
3. Dermatomiositis
menyerang kulit dan atau otot rangka. Dermatomiositis ditandai oleh adanya
edema dan inflamasi periorbita, eritema pada wajah, leher, dan bagian atas
tubuh.3,9
14
Gambar 12. Dermatomiositis
of Clinical Dermatology.
KOMPLIKASI
a. Rinofima
Rinofima adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan pembesaran hidung
yang tidak teratur, merah dan terbentuknya seperti bola lampu akibat peradangan
yang tidak ditangani dengan baik ataupun peradangan kronik pada kulit hidung.
15
b. Inflamasi (peradangan okular)
PENATALAKSANAAN
Topikal
pencetus seperti bahan – bahan yang dapat mengiritasi kulit contoh: sabun, alkohol,
larutan obat, dan yang dapat merusak kulit. Melindungi diri dari sinar matahari
sangat penting dilakukan yaitu dengan faktor pelindung 15 atau yang lebih tinggi
metronidazole 0,75% gel tropikal atau krim 1% dapat menyembuhkan lesi hingga
68% – 91%. Bentuk gel adalah yang paling efektif untuk papul dan pustul
rosasea.5,13,14
sebagai anti inflamasi dan imunosupresan dan bakterisidal. Efek toksin imidazole
Adapalene Neftoic acid derivate terbaru dengan poten retinoid acid reseptor
agonis dan anti inflamasi. Adapalene terbukti aman sebagai penatalaksanaan topikal
untuk akne dan kulit yang teriritasi. Adapalene gel 0,1% berefek kuat pada papul dan
16
Retinoid topikal adalah pilihan lain. Contohnya isotretinoin 0,2% yang
mengurangi iritasi dan inflamasi lesi di stage II dan stage III. Topikal kortikosteroid
Sistemik
efektif tetapi tetrasiklin yang paling efektif. Tetrasiklin dan doksisiklin biasanya
efektif dalam mengontrol papul dan pustul dari rosasea dan mengurangi eritem.
tetrasiklin. Obat ini bisa digunakan untuk rosasea yang resisten terutama yang tidak
berespon terhadap antibiotik, seperti rosasea lupoid, rosasea stage III, rosasea gram
ocular rosacea ditambahkan air mata buatan dan metronidazole gel mata.15
Tindakan yang dapat dilakukan untuk rosasea adalah untuk grade 2-3 dengan
rinofima adalah operasi eksisi, electrosurgery atau terapi laser carbon dioxide
17
PROGNOSIS
PENCEGAHAN
Untuk mencegah terjadinya rosasesa maka hal-hal dibawah ini perlu dilakukan:
Gunakan pembersih yang lembut dan menghindari pembersih muka yang kasar
b. Pakailah tabir surya yang lembut, jika ragu dengan suatu produk, gunakan tabir
surya yang diformulasikan untuk bayi, saat pergi dan beraktivitas. Matahari
yang panas, maka semprotkan wajah dengan air dingin. Minum air putih
minimal satu hari 8 gelas. Gunakan pelembab yang alami sesuai dengan jenis
kulit.
e. Hindari sauna, mandi uap dan kolam air panas serta facial steam.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Wolff K, Johnson RA. Rosacea. Disorders of Sebaceous and Apocrine Glands. In:
Wolff K, Johnson RA, editors. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta:
3. Pelle MT. Rosacea. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 6th ed. New
5. Cowell FC. Rosacea. England: The New England Journal of Medicine; 2005.
Glands – Acne, Rosacea and Other Disorders. 3rd ed. UK: Churcill Livingstone;
2002. p.61.
http://emedicine.medscape.com/article/1071429-overview#showall. Accessed on
19
9. Buxton PK. ABC of Dermatology. 4th ed. London: BMJ Publishing Group; 2003.
p.50.
May, 2014.
13. Cohen AF, Jeffry D, Tiemstra. Diagnosis and Treatment of Rosacea. 2002.
14. Gooderham M. Rosacea and It’s Topical Management. Skin Therapy Letter; 2007.
15. Baldwin HE. Systemic Therapy for Rosacea. Skin Therapy Letter; 2007.
May, 2014.
20