Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

Desain Dinding Penahan Tipe Sheet Pile Pada Kawasan Tepian


Sungai Jakabaring Sport City Kota Palembang.

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Teknologi di bidang konstruksi bangunan mengalami perkembangan pesat,
termasuk teknologi dalam bidang geoteknik. Bidang geoteknik merupakan bidang
ilmu tersendiri dan menitikberatkan pada aplikasi teknik sipil dalam masalah-
masalah yang berhubungan dengan sifat mekanis tanah dan batuan (Suryolelono,
1996).
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang sangat dinamis,
perubahannya dipengaruhi oleh air, udara, dan pergeseran lempeng bumi. Salah
satu akibat dari perubahan itu adalah adanya lereng.Untuk menjaga kestabilan
lereng – lereng tersebut maka dibuatlah dinding penahan tanah.Dinding penahan
tanah merupakan komponen struktur bangunan yang penting untuk jalan raya dan
bangunan lainnya yang berhubungan dengan tanah berkontur atau tanah yang
memiliki elevasi berbeda. Secara singkat dinding penahan di buat untuk menahan
massa tanah di atas struktur atau bangunan yang dibuat.
Kawasan jakabaring merupakan kompleks penyedia fasilitas olahraga,
perumahan atlet, perumahan masyarakat, perkantoran dan rekreasi. Selain itu juga
di kawasan tersebut mempunyai bebarapa aliran anak sungai salah satunya yang
berada di samping perumahan atlet. Salah satu program untuk meningkatkan
prasarana pembangunan di sekitar kawasan Jakabaring yaitu dengan melakukan
perbaikan anak sungai yang berada di kawasan tersebut untuk mengantisipasi
adanya longsor. Karena kondisi geografis tanah di jakabaring adalah rawa maka
dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai kedalaman tanah yang keras.Untuk
mengantisipasi adanya gerusan air dan longsor, maka Provinsi Sumatera Selatan

1
memasang dinding penahan tanah yang sesuai dengan keadaan lahan dan tanah di
sekitar wilayah jakabaring. Untuk itulah di pilih dinding penahan tanah tipe sheet
pile yang ekonomis dan efektif. Pemasangan Sheet Pile di tepian sungai kawasan
Jakabaring Sport City merupakan pilihan yang tepat karena pengerjaannya yang
mudah, lebih kuat, tahan lama, efisien dan sesuai dengan keadaan di kawasan
tersebut.

2. Alasan Pemilihan Judul


Asal mula dibuatnya dinding penahan tanah adalah adanya masalah adanya
gerusan air yang terjadi pada anak sungai dikawasan Jakabaring yang sebagian
besar daerah rawa, maka perlu dilakukan pembuatan dinding penahan (turap)
.Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Desain Dinding Penahan Tipe Sheet
Pile Pada Kawasan Tepian Sungai Jakabaring Sport City Kota Palembang”.

3. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari pada desain dinding penahan tipe sheet pile
pada kawasan tepian sungai Jakabaring Sport City ini untuk menghindari
terjadinya gerusan air sungai, melindungi tebing sungai agar tidak terjadi longsor,
serta dapat menjadikan daerah tepian sungai Jakabaring tertata dengan rapi dan
indah.

4. Masalah dan Pembatasan Masalah


Masalah yang akan dibahas di dalam Laporan Akhir yaitu bagaimana desain
sheetpile yang sesuai pada tepian sungai Jakabaring Sport City Palembang.
penulis membatasi ruang lingkup permasalahan, sebagai berikut :
1. Konstruksi dinding penahan menggunakan dinding tipe sheet pile Precast
2. Manajemen proyek yang tediri dari :
1) Dokumen tender :
- Gambar-gambar
- Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS)
2) RAB

2
- Perhitungan volume pekerjaan
- Analisa harga satuan bahan material
- Analisa harga satuan pekerjaan
- Analisa harga sewa alat bantu kerja
- Daftar harga satuan pekerjaan
- Daftar RAB
3) Rencana Pelaksaan
- Network Planning (NWP)
- Barchart
- Kurva S

5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Laporan Akhir ini disusun sedemikian rupa sehingga
tidak menyimpang dari pedoman yang telah ditentukan. Adapun hal-hal yang
diuraikan dalam laporan ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini diuraikan tentang latar belakang proyek, perumusan masalah, alasan
pemilihan judul, maksud dan tujuan proyek, perumusan masalah dan pembatasan
masalah dan sistematika penulisan.

BAB II LANDSASAN TEORI


Bab ini pembahasannya mengenai teori atau pedoman dalam mengerjakan
perhitungan konstruksi pada bab II ini berisikan rumus-rumus yang akan
digunakan dalam perhitungan.

BAB III PERHITUNGAN KONSTRUKSI


Pada bab ini pembahasannya mengenai perhitungan-perhitungan konstruksi
struktur bangunan yang dibahas pada Laporan Akhir. Perencanaan perhitungan
harus mencapai keamanan yang sesuai dengan persyaratan yang telah dibahas
pada bab II, selain aman harga ekonomis juga harus dicapai.

3
BAB IV MANAJEMEN PROYEK
Pada bab ini pemnbahasannya mengenai rencana kerja dan syarat-syarat
(RKS), daftar harga bahan dan upah, daftar harga satuan, perhitungan volume
pekerjaan, rencana anggaran biaya (RAB),rekapitulasi biaya, NWP, barchart, dan
kurva S.

BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini terdapat kesimpulan dan saran dari materi yang telah dibahas
atau memberikan jawaban dari pembatasan masalah. Selain kesimpulan juga
berisi saran-saran untuk perbaikan semua pihak.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Dinding Turap (Sheet Pile)


Sheet Pile Wall merupakan sejumlah sheet pile yang disusun sebaris, saling
mengunci satu sama lain sehingga membentuk suatu konstruksi dinding penahan
tanah sementara maupun permanen, yang mampu menahan beban akibat tekanan
tanah dan air dari sebelah luar galian. Pada bagian atas sheet pile diberi capping
beam, untuk mengikat sheet pile tersebut agar lebih kaku dan solid. Pada saat
pemasangan sheet pile, perlu dibuat guide wall agar dapat tersambung dengan rapi
dan lurus.
Konstruksi dinding turap terdiri dari beberapa lembaran turap yang
dipancangkan ke dalam tanah, serta membentuk formasi dinding menerus vertikal
yang berguna untuk menahan timbunan tanah atau tanah yang berlereng. Dinding
turap terdiri dari bagian-bagian yang dibuat terlebih dahulu (prefabricated) atau
dicetak terlebih dahulu (pre-cast) (Respati, 1995).

2. Fungsi Dinding Penahan Tanah


Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi sipil turap biasanya digunakan
untuk berbagai keperluan konstruksi bangunan, seperti :
a. Struktur penahan air dan penahan tanah
b. Sistem penahan tanah pada galian ( sementara/ permanen )
c. Struktur penahan tanah yang berlereng atau curam agar tidak longsor
d. Menambah nilai ekstetika suatu konstruksi bangunan

3. Jenis – Jenis Turap


Menurut (Das, 2011) ada beberapa jenis – jenis turap sebagai berikut :
1) Turap kayu
Turap kayu digunakan untuk dinding penahantanah yang tidak
begitu tinggi karena tidak kuatmenahan beban lateral yang besar. Turap
kayubanyak digunakan pada pekerjaan-pekerjaansementara atau

5
bangunan yang permanen,seperti bangunan perancah untuk
penggalianpondasi dan sebagainya. Untuk bangunanpermanen,
pengawetan bahan dan perlindunganbahan terhadap pelapukan harus
diperhatikan. Turap jenis ini tidak cocok padatanah berkerikil karena
turap mudah pecah ketikadipancang.

Gambar 1. Turap bahan kayu

2) Turap beton (concrete sheet pile)


Terbuat dari batang beton bertulang yang dibuat dengan ukuran
penampang dan panjang tertentu, sesuai dengan perencanaan. Pada saat
pemancangan concretesheet pile, massa tanah yang dipindahkan cukup
besar, sehingga akan menimbulkan desakan tanah di dalam tanah dan
perlawanan akibat gaya gesek tanah sepanjang pile.

Gambar 2. Turap bahan beton

3) Turap baja (Steel sheet pile) dimasukkan ke dalam tanah dengan cara
digetarkan menggunakan hydraulic vibro hammer. Getaran ini cukup

6
berdampak banyak pada lingkungan sekitar dan dapat menyebabkan
retak-retak pada bangunan tetangga.Secara garis besar steel sheet pile
pada bentuknya dibedakan menjadi 5 bentuk dasar,yaitu:
a. Tipe U (U-type) dikembangkan oleh Larssen.
b. Tipe Z (Z-type) dikembangkan oleh Hoesch.
c. Tipe S (S-type) dikembangkan oleh Terre Rouge.
d. Tipe I (I-type) dikembangkan oleh Peine.
e. Tipe Straight Web dikembangkan oleh Lackawana.

Gambar 3. Turap kantilever

4. Tipe – tipe Turap :


Adapun tipe-tipe dinding turap yaitu :
1. Sheet Pile Kantilever
Sheet pile kantilever merupakan sheet pile yang dalam menahan
bebanlateral mengandalkan tahanan tanah didepan dinding. Defleksi
lateralyang terjadi relatif besar dan hanya cocok untuk menahan tanah
dengankedalaman sedang.

Gambar 4. Sheet Pile Kantilever

7
1. Sheet Pile Diangker
Sheet pile diangker cocok untuk menahan galian yang dalam, tetapi
masihbergantungpada kondisi tanah. Menahan beban lateral
denganmengandalkan tahanan tanah pada bagian sheet pile yang
terpancangdalam tanah dengan dibantu oleh angker yang dipasang pada
bagianatasnya.

Gambar 5. Sheet Pile Diangker

2. Sheet Pile dengan Landasan


Sheet pile dengan landasan menahan tekanan tanah lateral dengan
dibantuoleh tiang-tiang yang dibuat landasan untuk meletakkan
bangunantertentu.

Gambar 6. Sheet Pile dengan Landasan

3. Sheet Pile Bendungan Elek Selular


Sheet pile bendungan elek selular merupakan sheet pile yang
berbentuksel-sel yang diisi dengan pasir.Dinding ini menahan tekanan
tanah denganmengandalkan beratnya sendiri.

8
Gambar 7. Sheet Pile Bendungan Elek Selular

5. Tekanan Tanah Lateral


Tekanan tanah timbul selama pergerseran tanah (soil displacement) atau
selama peregangan tetapi sebelum tanah tersebut mengalami keruntuhan. Agar
dapat merencanakan konstruksi penahan tanah dengan benar, maka kita perlu
mengetahui gaya horizontal yang bekerja antara konstruksi penahan dan massa
tanah yang ditahan. Gaya horizontal disebabkan oleh tekanan tanah arah
horizontal (lateral).
Terdapat hal-hal mendasar yang berkaitan dengan tekanan tanah lateral pada
dinding penahan tanah, dimana pada umumnya dinding berada didalam keadaan
di bawah ini :
1. Kondisi tekanan tanah pada keadaan diam

2. Kondisi tekanan tanah aktif

3. Kondisi tekanan tanah pasif

A. Tekanan Tanah Aktif


Kondisi tekanan tanah aktif yaitu kondisi dimana dinding bergerak menjauhi
bagian tanah timbunan/timbul apabila dinding penahan tanah bagian atas bergerak
relatif ke depan relatif terdap dasarnya, hal ini disebabkan oleh adanya momen
yang tejadi atau bekerja pada dinding tersebut.
Tekanan tanah aktif dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

9
σ3= σ1 tan2 (45- θ/2) – 2c tan2 (45- θ/2)
𝝈𝟏 = 𝑲𝒂 − 𝟐𝒄√𝑲𝒂
persamaan ini dikembangkan lagi oleh Coulomb kira-kira pada tahun 1776 di
dalam bentuk yang sangat berlainan yaitu :
∅ 𝟏 − 𝒔𝒊𝒏∅
𝐭𝐚𝐧𝟐 (𝟒𝟓 − ) =
𝟐 𝟏 + 𝒔𝒊𝒏∅

∅ 𝟏 − 𝒔𝒊𝒏∅
𝐭𝐚𝐧 (𝟒𝟓 − ) =
𝟐 𝒄𝒐𝒔∅

B. Tekanan Tanah Pasif


Kondisi tekanan tanah pasif yaitu kondisi dimana dinding bergerak relatif
menuju tanah timbunan/ kondisi yang timbul akibat tanah itu didesak oleh dinding
penahan tanah, sebagai contoh biasanya tekanan pasif timbul pada kaki dinding
penahan (bagian depan muka dinding). Jika pergeseran dinding ditahan oleh tanah
yang berada didepan kaki dinding setinggi z. Apabila dinding bergeser, maka
tanah penahan akan tertekan perlahan-lahan. Tegangan vertikal v tetap konstan
dan h bertambah. Tekanan tanah pasif diturunkan pada kondisi keseimbangan
pasif. Disini tekanan lateral berfungsi sebagai tekanan utama maksismum dan
tekanan vertikal sebagai tekanan utama minimum.
Persamaan tekanan tanah pasif adalah :
𝜽 𝜽
𝝈𝟏 = 𝝈𝟑 tan² (45 +𝟐) + 2c tan (45 +𝟐)

6. Teori Tekanan Tanah


A. Teori Tekanan Tanah Rankine (1857)
Yang dimaksud dengan keseimbangan plastis (plastic equilibrium) di
dalam tanah adalah suatu keadaan yang menyebabkan tiap-tiap titik di dalam
massa tanah menuju proses ke suatu keadaan runtuh. Rankine menyelidiki
keadaan tegangan di dalam tanah yang berasa pada kondisi keseimbangan plastis.
Persamaan koefisien tekanan tanah aktif dan pasif menurut teori Rankine :

10
𝑐𝑜𝑠𝛽 − √𝑐𝑜𝑠 2 𝛽 − 𝑐𝑜𝑠 2 ∅
Ka =
𝑐𝑜𝑠 + √𝑐𝑜𝑠 2 𝛽 − 𝑐𝑜𝑠 2 ∅
Untuk komponen-komponen horizontal dan vertikal Pa dan Pp biasanya
menggunakan persamaan
Pa.h = Pa cosβ ; Pa.v = Pa sinβ
Pp.h = Pp cosβ ; Pp.v = Pp sinβ

B. Teori Tekanan Tanah Coulomb


Teori Coulomb berasumsi bahwa terjadi gesekan antar dinding dengan tanah
dibelakang dinding gaya geser antara tanah dengan dinding membentuk sudut 𝛿
(Joseph E. Bowles,1984)
Persamaan-persamaan yang digunakan pada teori Coulomb adalah :

sin² (α + θ)
Ka = sin(∅+δ)sin(∅+β)
sin2 α sin(α + δ) [1 − ]
sin(∅+δ)sin(∅+β

Keterangan∶
Ka : Koefisien Tekanan Tanah Aktif
Kp : Koefisien Tekanan Tanah Pasif

7. Kuat Geser Tanah


Kuat geser tanah adalah kemampuan tanah melawan tegangan geser yang
terjadi pada saat terbebani. Keruntuhan geser (shear failur) tanah terjadi bukan
disebabkan karena hancurnya butir-butir tanah tersebut tetapi karena adanya gerak
relatif antara butir-butir tanah tersebut (Budi Santosa, dkk.,1998).
Parameter kuat geser tanah diperlukan untuk analisis-analisis kapasitas
dukung tanah, stabilitas lereng, dan gaya dorong pada dinding penahan tanah.
Menurut teori Mohr (1910, dalam Hardiyatmo, 2002) kondisi keruntuhan
suatu bahan terjadi akibat adanya kombinasi keadaan kritis dan tegangan normal
dan tegangan geser.

11
8. Metode Perhitungan
Perhitungan stabilitas turap dilakukan dengan menggunakan metode
perhitungan pemancangan turap kantilever dan pemancangan turap diangker
dengan memperhitungkan berbagai variasi elevasi muka air pada sisi aktif dan sisi
pasif turap dan memperhitungkan panjang kedalaman pembenaman untuk kondisi
pancang turap dari baja. Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan momen lentur
maksimum (Mmaks) dan momen banding yang timbul pada turap dan besarnya
gaya angkur.

1) Metode Perhitungan Ujung Bebas (Free Earth Method)


Dalam metode ini diasumsikan bahwa kedalaman turap tidak mencapai
tanah keras sehingga ujung bawah turap tidak cukup kaku dan dapat berotasi.
Kedalaman turap dibawah dasar galian dianggap tidak cukup untuk menahan
tekanan tanah yang terjadi pada bagian atas dinding turap.
Anggapan dalam analisis stabilitas turap diangker dengan metode ujung
bebas :
a. Turap merupakan bahan yang sangat kaku dibandingkan dengan tanah
disekitarnya.

b. Kondisi tekanan tanah yang bekerja dianggap memenuhi syarat teori


Rankie atau Coulomb.

c. Turap dianggap berotasi dengan bebas diujung bawah dan tidak diizinkan
bergerak secara lateral ditempat angker.

2) Metode Perhitungan Ujung Tetap (Fixed Earth Method)


Dalam metode ini diasumsikan bahwa kedalaman turap sudah mencapai
tanah keras sehingga ujung bawah tetap kaku. Kedalaman penembusan turap
dibawah dasar galian dianggap sudah cukup dalam, sehingga tanah dibawah
dasar galian mampu memberikan tahanan pasif yang cukup untuk mencegah
ujung bawah turap berotasi.

12
Anggapan dalam analisis stabilitas turap diangker dengan metode ujung
tetap:
a. Kondisi tekanan tanah yang bekerja dianggap memenuhi syarat teori
Rankine atau Coulomb.

b. Turap bebas berotasi, namun tidak diizinkan bergerak pada angkernya.

Titik balik ditentukan dari teori elastisitas. Pada metode ujung tetap hanya
cocok untuk turap yang secara keseluruhan terletak dalam tanah granuler.

9. Langkah – langkah Perencanaan

Menurut Respati,1995 adapun langkah-langkah dalam perencanaan dinding turap


adalah sebagai berikut :
1. Penetapan tipe dari dinding penahan yang akan digunakan berdasarkan
sifat dan jenis tanah, kondisi lereng (tinggi, sudut kemiringan ) dan
besarnya beban yang bekerja
2. Penentuan dimensi awal
3. Pengontrolan stabilitas dinding penahan, bila ternyata tudak stabil
atauterlalu stabil (akan tidak ekonomis), maka dimensi dinding
harusdiubah sampai diperoleh ukuran yang tepat
4. Perencanaan struktur dinding penahan

10. Pile Cap


Perencanaan Pile Cap
Suatu pondasi tiang terdiri lebih dari satu tiang atau disebut tiang kelompok.
Tiang kelompok ini disatukan oleh kepala tiang yang disebut pile cap atau poer.
Pile cap berfungsi untuk mengikat tiang-tiangmenjadi satu kesatuan dan
memindahkan beban kolom kepada tiang. Pile cap terbuat dari beton bertulang,
dituangkan langsung pada tanahkecuali jika tanah bersifat ekspansif. Perencanaan
pile cap dilakukandengan anggapan sebagai berikut :
1. Pile cap sangat kaku

13
2. Ujung atas tiang menggantung pada pile cap. Karena itu, tidak ada momen
lentur yang diakibatkan oleh pile cap ke tiang
3. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu, distribusi tegangan
dan deformasi membentuk bidang rata.
(Desain Pondasi Tahan Gempa oleh Anugrah Pamungkas Erny Hananti )

Cara Perhitungan Penulangan Pile Cap yaitu :


 Perhitungan Penulangan Pile Cap
 Dimensi pile cap =p.l.t
 Beban pile cap sendiri = Dimensi pile cap x 𝜌 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛
 Beban pile cap per meter = Beban pile cap sendiri x 1 m
Ø Tulangan Utama
Ø Sengkang
 Selimut Beton (s)
Tinggi efektif (d) = h – s - Ø Sengkang – ½ Ø Tulangan Utama

a. Pile Cap (Tumpuan)


-Menghitung Mu Tumpuan dan Beban balok sendiri

Total Beban = Mu Tumpuan + Beban Balok Sendiri

b. Pile Cap ( Lapangan)


Menghitung Mu Tumpuan dan Beban Balok Sendiri
Total Beban = Mu Tumpuan + Beban Balok Sendiri
𝑀𝑢𝑇𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛
k= ∅𝑥𝑏𝑥𝑑²

0,85 𝑥𝑓𝑐 2𝑘
ρ= (1- √1 − 0,85 𝑥𝑓𝑐
𝑓𝑦

1,4 1,4 β x 0,85 x fc′ 600


ρ min 𝑓𝑦 = 300 0,0047 ρ maks = 0,75 𝑥 fy
𝑥 600+fy

14
ρ < 𝜌𝑚𝑖𝑛, maka dipakai 𝜌𝑚𝑖𝑛
As = 𝜌 . b . d
Jarak tul. = 1Ø / As x 600
Jumlah tulangan yang digunakan = As/1Ø
(Struktur Beton Bertulang berdasarkan SK. SNI T-15-1991-03 Departemen
Pekerjaan Umum RI, Istimawan Dipohusodo)

11. Manajemen Proyek


Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin dan
mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek
yang telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan
sistem dan hirarki (arus kegiatan) vertikal maupun horizontal.
Dalam manajemen proyek untuk menyusun suatu perencanaan yang lengkap
minimal meliputi :
1. Menentukan tujuan (goal)
Tujuan organisasi atau perusahaan dapat diartikan sebagi pedoman yang
memberikan arah gerak segala kegiatan yang hendak dilakukan.
2. Menentukan Sasaran
Sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai bila organisasi
tersebut ingin tercapai tujuannya. Dalam konteks ini, kegiatan proyek
dapat digolongkan sebagai kegiatan dengan sasaran yang telah ditentukan
dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
3. Mengkaji posisi awal terhadap tujuan
Mengkaji posisi dan situasi awal terhadap tujuan atau sasaran
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi
organisasi pada tahap awal terhadap sasaran yang telah ada.
4. Memilih Alternatif
Dalam usaha meraih tujuan atau sasaran tersedia berbagai pilihan tindakan
atau cara penyampaiannya. Pengkajian dilakukan dengan mencoba
menjawab pertanyaan berikut :

15
a. Apakah alternatif yang di pilih memiliki cukup keluesan untuk
menghadapi perubahan keadaan yang mungkin timbul ?
b. Apakah yang di pilih merupakan alternatif terbaik untuk memenuhi
tuntutan proyek akan jadwal, biaya dan mutu ?
c. Apakah alternatif yang di pilih telah mempertimbangkan tersedianya
sumber daya pada saat diperlukan ?
d. Apakah telah dipikirkan penggunaan teknologi baru ?
Bila jawaban dari pertanyaan di atas memuaskan maka akan
dilanjutkan dengan tahapan berikutnya.
5. Menyusun rangkaian langkah mencapai tujuan
Proses ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat
dilaksanakan setelah memperhatikan sebagai batasan. Kemudian
menyusunnya menjadi urutan dan rangkaian menuju sasaran dan tujuan
(Soeharto, 1995).

16
BAB III
METODELOGI PERENCANAAN

Mulai

Landasan Teori

Pengumpulan Data
(Data Sekunder)

Data Curah Topografi Morfolog


Tanah Hujan Sungai i Sungai Harga
Satuan
Bahan
dan
Upah

Perhitungan
Desain

Gambar Spesifikasi Analisa


Desain Pekerjaan Harga
`
Satuan
Pekerjaan
Volume
Pekerjaan

RAB

Kesimpulan
dan Saran

Selesai

17
Rencana Waktu Penyelesaian

No Kegiatan Bulan Ke-


1 2 3 4 5 6
1 Mengumpulkan referensi dan
mengajukan permohonan dan
pengambilan data di Dinas PU PSDA
Provinsi Sumatera Selatan
2 Mempelajari dan memahami data yang
didapat serta melengkapi data
3 Pengerjaan proposal Laporan Akhir
dan Seminar Proposal Laporan Akhir
4 Pengerjaan Laporan Akhir, meliputi :
1. Perencanaan dimensi
2. Volume pekerjaan
3. Manajemen Proyek
5 Membuat kesimpulan, saran dan
menyempurnakan penulisan Laporan
Akhir

18
DAFTAR PUSTAKA

Respati,Sri.1995. Pondasi. Penerbit Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik


Bandung: Bandung.

Susilo, Effendy.M.T.2015. Rekayasa Pondasi I . Politeknik Negeri Sriwijaya.


Palembang

Das, Braja.M. 2011. Principle of Foundation Engineering. Seventh edition. PWS


Publishing Company.

Bowles, Joseph E. 1984. Analisa dan Desain Pondasi. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Bowles, J.E.: Foundation Analysis and Design, 4th ed., Mc-Graw-Hill, New York,
1988.

Das, B.M.: Principles of Foundation Engineering, PWS Publishers, Boston, 1990

19

Anda mungkin juga menyukai