DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. ANSIETAS
Berhubungan dengan faktor: takut akan terjadinya kelumpuhan
permanen,kurangnya pengetahuan tentang rencana penanganan
Batasan karakteristik: ungkapan ansietas, takut, marah, depresi, frustasi, dan
kurangnya pemahaman tentang rencana dan hasil tindakan
Hasil pasien (kolaboratif): mendemonstrasikan terbebas dari ansietas
Kriteria evaluasi: keluhan ansietas dan takut berkurang, mengungkapkan
pemahaman akan kemungkinan hasil dan rencana tindakan
Intervensi:
1) Lihat ansietas (hal 262)
2) Bila tidak terjadi transeksi, ingatkan pasien bahwa akibat sisa kelemahan
motorik dan sensorik paling baik ditentukan setelah pembengkakan jaringan
berkurang. Jelaskan, bahwa terjadi trauma sumsum tulang belakang, berbentuk
edema, yang mengakibatkan kompresi lebih lanjut pada sumsum tulang
3) Rujuk pasien untuk konsultasi psikologi bila kelemahan motorik, sensorik dan
fungsi seksual terjadi permanen
4) Bila cedera sumsum tulang belakang ini mengakibatkan impotensi anjurkan
pasien untuk membicarakan kemungkinan implantasi penil dengan dokternya.
Bicarakan bahwa ada cara lain untuk ekspresi seksualitas seperti sentuhan,
bercumbu, dan berciuman
5) Berikan pujian dari keinginan belajarnya dalam memperoleh kembali
kemandiriannya
6) Mulai lakukan rehabilitasi dengan merujuk ke bagian terapi okupasi dan terapi
fisik
7) Konsulkan pelayanan sosial untuk bantuan dalam mengatur pelayanan
rehbailitasi setelah pasien pulang ke rumah
3. RISIKO TINGGI TERHADAP CEDERA
Berhubungan dengan faktor: fraktur vertebra
Batasan karakteristik: pemeriksaan sinar x menunjukkan faktor yang tidak stabil,
gangguan neuromuskular pada area di bawah cedera, mengungkapkan adanya nyeri
yang dirasakan menyertai gerakan
Hasil pasien (kolaboratif): tidak terjadi cedera lebih lanjut
Kriteria evaluasi: tidak ada kelemahan motorik dan sensorik lebih lanjut
Intervensi:
1) Pantau:
Status neuromuskuler dari ekstremitas (Apendiks D) di bawah area
cedera setiap 2 jam selama 48 jam, kemudian setiap 4 jam bila stabil
TTV setiap 2 jam dalam 24 jam, kemudian setiap 4 jam bila stabil
2) Beri tahu segera dokter bila terjadi hal-hal seperti ini:
Defisit neurologis lebih lanjut
Perubahan mendadak dalam frekuensi dan pola pernapasan
3) Pertahankan traksi dan/atau tirah baring sesuai program
4) Lakukan tindakan untuk mencegah gangguan refleks otonom:
Jamin defekasi lancar paling tidak setiap 3 hari. Berikan pelunak feses
sesuai program, kususnya bila ada riwayat konstipasi. Cukupi
kebutuhan cairan 1-2 liter per hari kecuali ada kontraindikasi. Berikan
laksatif bila dalam 3 hari tidak defekasi atau bila fesesnya keras.
Berikan makanan tinggi serat seperti buah dan sayuran segar, air buah
prem
Pertahankan kateter indwelling menetap
Berikan obat untuk mengatasi nyeri sesuai program
5) Lakukan tindakan segera bila tanda-tanda disrefleksi otonom terjadi
“gooseflesh”, hidung tersumbat, denyut nadi lambat, tekanan sistolik sangat
tinggi. Bila gejala-gejala ini terjadi:
Segera tempatkan pasien pada posisi tegak untuk menurunkan tekanan
darah
Cari dan hilangkan stimulus (sumbatan selang kateter yang
menyebbkan distensi kandung kemih, nyeri, sesuatu yang menekan
pada kulit, impaksi feses)
Pantau tekanan darah setiap 15 menit sampai keadaan stabil. Beritahu
dokter bila stimulus tidak dapat ditemukan. Berikan agen penyekat
ganglionik (Hyperstat atau Apresoline) sesuai program untuk
mengatasi hipertensi
6) Berikan glukokortikosteroid sesuai program. Pastikan bahwa pasien
mendapatkan obat seperti simetidin (Tagamet) atau ranitidin (Zantac) untuk
mengatasi keasaman lambung sementara mendapatkan terapi steroid
7) Tempatkan pasien paralisis pada tempat tidur Roto Rest jika tersedia
8) Bila tempat tidur biasa yang digunakan, tempatkan papan di bawah kasur
untuk mencegah kasur. Tempatkan bertekanan udara untuk mencegah
kerusakan kulit
9) Pastikan pemakaian brace secara tepat dan benar sesuai program
10) Jika tempat tidur standar (biasa) yang digunakan, hindari untuk
membalik/mengubah posisi pasien sampai ada instruksi dokter. Bila mengubah
posisi gunakan kain penarik. Instruksikan pada pasien agar punggung tetap
lurus pada saat berubah posisi. Gunakan teknik log-roll bila memiringkan
pasien. Pastikan bahwa tubuh lurus, dengan menggunakan bantal-bantal sesuai
dengan kebutuhan. Minta bantuan orang lain bila mengubah posisi pasien
11) Berikan analgesik bila perlu, sesuai program dan evaluasi efektivitasnya.
Hindari pemakaian yang berlebihan.
12) Lakukan pengubahan posisi setiap 2 jam sekali
Umum:
1) Berikan informasi tentang tempat-tempat untuk mendapatkan peralatan
yang diperlukan seperti kursi roda, dan peralatan kateterisasi