Sintagma:
Sintagma adalah “Pesan yang dibangun dari paduan tanda-tanda yang
dipilih”. Contoh: Pakaian …sintagma pilihan dari topi, dasi, baju, celana, kaos kaki,
dll.
Mitos dan ideologi . Mitos adalah salah satu jenis sistem semiotik tingkat dua. Teori
mitos dikembangkan Barthes untuk melakukan kritik (membuat dalam "krisis") atas
ideologi budaya massa (atau budaya media). Niat ini kita baca dalam pembukaan
(1970) dari bukunya Mythologies (1957): "Buku ini mempunyai latar belakang
teoretis ganda: dari satu sisi kritik ideologi atas bahasa budaya massa, dan dari sisi
lain, usaha pertama untuk menganalisis secara semiotik cara kerja (mechanics)
bahasa budaya massa." Dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama ("Mythologies",
yang kemudian menjadi judul seluruh buku) berisi dua puluh delapan artikel tentang
mitos-mitos modern sebagaimana ditemukan dalam media massa, dan bagian
kedua ("Myth Today') merupakan sebuah upaya teoretisasi mitos modern dengan
menggunakan pendekatan semiotika Saussurean. Apa hubungan teori mitos dan
kritik ideologi? Inilah pertanyaan sentral dalam buku ini. "Mitologi menjadi bagian
dari semiotika
sejauh mitologi merupakan ilmu formal," kata Barthes, "dan menjadi bagian ideologi
sejauh mitologi menyangkut ilmu sejarah, yaitu mempelajari ide-ide-dalambentuk
(ideas-in-form)." Dengan definisi ini, mitologi merupakan bidang yang bisa dipelajari
baik oleh semiotika atau ideologi. Dengan definisi ini pula Barthes menunjukkan
bahwa semiotika memang sebuah pendekatan formal (cenderung sinkronis); akan
tetapi ketika semiotika digabungkan dengan ideologi, kita bisa mendapatkan sebuah
pendekatan sinkronis-diakronis tentang ideologi, karena ideologi selalu terkait
dengan masyarakat tertentu.
Relevansi. Kritik ideologi atas budaya media harus kita tempatkan pada kritik atas
budaya media pada umumnya. Barthes sejauh ini belum "keras" melakukan kritik ini.
b. Sistem semiotik
Sebagai sistem semiotik, mitos dapat diuraikan ke dalam tiga unsur, yaitu:
signifier, signified, dan sign. Untuk membedakan istilah-istilah yang sudah dipakai
dalam sistem semiotik tingkat pertama, Barthes menggunakan istilah berbeda untuk
ketiga unsur itu, yaitu, form, concept,, dan signification Dengan kata lain, form
sejajar dengan signifier, concept dengan signified, dan signification dengan sign.
Pembedaan istiliah-istilah ini dimaksudkan bukan hanya supaya kita tidak bingung,
melainkan juga karena proses signfication dalam sistem semiotik tingkat pertama
dan tingkat dua tidak persis sama. Kalau sistem pertama adalah sistem linguistik,
sistem kedua adalah sistem mitis yang mempunyai keunikannya. Sistem kedua
memang mengambil model sistem pertama, akan tetapi tidak semua prinsip yang
berlaku pada sistem pertama berlaku pada sistem kedua.