2
dan Integrasi dengan sistem
VClaim dan SIMRS serta
Kodifikasi ICD X dan ICD
9CM dalam program JKN
1. VEDIKA
2. Implementasi VEDIKA
3. Aplikasi penunjang VEDIKA
4. Integrasi Aplikasi VEDIKA
5. Kodifikasi ICD X & ICD 9CM
Outline
1. VEDIKA
2. Implementasi VEDIKA
3. Aplikasi penunjang VEDIKA
4. Integrasi Aplikasi VEDIKA
5. Kodifikasi ICD X & ICD 9CM
INITIATIVES TO INCREASE REIMBURSEMENT
ACCOUNTABILITY DAN PROVIDER SATISFACTION
from clinicians.
Verifying staffs overstep the
boundaries by intervening medical
domain. VEDIKA
A digitalized verification initiative for more
Verifying staffs threats to suspend accurate and faster reimbursement
verification process thus delay
reimbursement
BPJS Kesehatan launched an
Low providers’ satisfaction initiatives to change
business process of claim
verification and reimbursement
Pemindahan fungsi verifikasi ke Kantor
Cabang/KLOK BPJS Kesehatan
Verifikasi dilakukan oleh Verifikator BPJS
Kesehatan secara digital menggunakan
Aplikasi VClaim dan Vidi
vedika
Exisiting
5
PERUBAHAN FOKUS
SEBELUM
VEDIKA
Hanya terfokus pada fase
CONCURRENT yang
menyebabkan beban
Verifikasi terlalu BERAT
oleh BPJS
SESUDAH KOMITMEN Kesehatan
FASKES DAN Audit Klaim
VEDIKA
BPJS
KESEHATAN PROSPEKTIF oleh
Fasilitas
Kesehatan
6
Outline
1. VEDIKA
2. Implementasi VEDIKA
3. Aplikasi penunjang VEDIKA
4. Integrasi Aplikasi VEDIKA
5. Kodifikasi ICD X & ICD 9CM
*data per 31 Januari 2018
8
PROSES VEDIKA
15 HARI KERJA
Perbandingan VEDIKA dengan Non VEDIKA
No Aplikasi SEP lama (Eksisting) Aplikasi Vclaim
1 Belum ada dashboard NON VEDIKA
Sudah ada menu dashboard yang menampilkan : VEDIKA
- Jumlah SEP terbit untuk pelayanan poli R. Jalan hari ini
- Jumlah SEP terbit untuk pelayanan R. Inap hari ini
- Jumlah SEP terbit untuk pelayanan poli R. Jalan kemarin
- Jumlah SEP terbit untuk pelayanan R. Inap kmarin
- Menu jumlah kunjungan tiap poli
2 Belum ada menu form rujukan bagi login RS Menu form rujukan sudah tersedia melalui sistem (luaran form seragam)
3 Belum ada menu laporan bagi login RS Sudah ada menu laporan yang menampilkan :
- Laporan kunjungan
- Laporan poli eksekutif
- Laporan Penjamin lain (BPJS TK, Asabri, Taspen, JR)
Pengiriman txt masih menggunakan media Pengiriman txt untuk penagihan klaim cukup dengan langsung meng-
4
seperti : flashdisk, harddisk, atau CD upload melalui web Vclaim
5 Belum ada menu histori txt Ada menu histori txt yang pernah dikirim ke BPJS Kesehatan
6 Belum ada menu eksport ke excell atau pdf Disertakan menu untuk eksport ke excell atau pdf
12
Perbandingan VEDIKA dengan Non VEDIKA (2)
Konfirmasi
Konfirmasi
Kepada Rumah
Kepada Peserta
Sakit
MEKANISME AKUNTABILITAS
OLEH VERIFIKATOR
Dasarnya:
Trust Fairness
1. VEDIKA
2. Implementasi VEDIKA
3. Aplikasi penunjang VEDIKA
4. Integrasi Aplikasi VEDIKA
5. Kodifikasi ICD X & ICD 9CM
APLIKASI VEDIKA
VEDIKA Penerbitan SEP
Existing
Penagihan Klaim
Non VEDIKA Semua proses approval &
legalisasi oleh RS
Aplikasi
Aplikasi SEP Vclaim
Aplikasi di RS
3.5.2
Aplikasi di KC
Penerbitan SEP
Verifikasi klaim Verifikasi
Aplikasi VIDI
Klaim
Semua Proses mulai dari Eligibilitas
sd FPK dalam satu aplikasi
Proses Aproval dan legalisasi Aplikasi verifikasi menggunakan logik regulasi, kaidah
(cth. Obat, alkes) dilakukan oleh koding, temuan auditor dan warning warning lain
Verifikator untuk melakukan filtering proses verifikasi
Upload txt
Penginputan Proses entry Pengiriman
melalui Vclaim
SEP melalui melalui E-klaim berkas klaim ke
(menu kirim
Vclaim INACBGs Kantor Cabang
file)
20
… Alur penagihan klaim VEDIKA menggunakan Vclaim (2)
Tanda tangan
Klaim tiba di KC Hitung berkas Start 15 hari
Berita Acara
21
APLIKASI SEP EXISTING YANG BERALIH KE
VEDIKA
INFRASTRUKTUR MUMPUNI
Dukungan PERSIAPAN :
Jamkordat RS
WAKTU PROSES
1. VEDIKA
2. Implementasi VEDIKA
3. Aplikasi penunjang VEDIKA
4. Integrasi Aplikasi VEDIKA
5. Kodifikasi ICD X & ICD 9CM
IT SERVICE COVERAGE
UHC 2019
Integrated health Care,
start now, start here.
NKRI :
• 34 Propinsi
• 98 Kota
• 416 Kabupaten
26
ALUR INTEGRASI
LAMA
DB DB DB
Lokal Lokal Lokal
SEP SEP SEP WS
DB KP
Pusat
WS WS WS
Lokal Lokal Lokal
Yang tersentralisasi
hanya DB
kepesertaan
RS RS RS
Inacbg RS
Inacbg RS
DB
WS Vclaim Vedika
Inacbg RS
Inacbg RS
DC Kemenkes DC BPJS
VIDI VCLAIM
Inacbg 5.2
3. Klaim (Upload)
2. Grouping
1. Generate SEP
5. Feedback Klaim
RS
4. Upload Klaim
DALAM PROSES
InacbgWeb
DC Kemenkes Service
5.2
SIMRS
(eMedRec)
Web Service
DC BPJS Vedika
Outline
1. VEDIKA
2. Implementasi VEDIKA
3. Aplikasi penunjang VEDIKA
4. Integrasi Aplikasi VEDIKA
5. Kodifikasi ICD X & ICD 9CM
Pembiayaan Kesehatan
Bertujuan untuk :
Peningkatan Mutu
Metode pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan yang diberikan kepada
pasien berdasar pada setiap aktifitas layanan yang diberikan, semakin banyak layanan
kesehatan yang diberikan semakin besar biaya yang harus dibayarkan.
Prospektif
Global Budget, Per diem,
Kapitasi, Case Based Payment
Metode pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan yang besarannya sudah
diketahui sebelum pelayanan kesehatan diberikan.
Retrospektif
Fee For Service (FFS)
14.500 8.500
29 CMG
GROUPER 1.075 Kode INA-CBG
786 Kode Rawat Inap
289 Kode Rawat Jalan
Tujuan Sistem Pembiayaan Prospektif
Mengendalikan biaya kesehatan
SISTEM
INA-CBG
Pengelompokan Tarif INA-CBG
Hospital Base Rate (HBR)
Untuk Rumah Sakit yang belum memiliki penetapan
kelas serta FKRTL selain rumah sakit, maka tarif INA-
Mean Base Rate (HBR) CBG yang digunakan setara dengan kelompok tarif
Rumah Sakit Kelas D sesuai regionalisasi masing-
masing.
A
PEMERINTAH & SWASTA
B
PEMERINTAH & SWASTA
C
PEMERINTAH & SWASTA
D
PEMERINTAH & SWASTA
Rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin
ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan
RS KHUSUS lainnya.
A
PEMERINTAH
Implementasi
Pelayanan Kehusususan
Yang dinyatakan sebagai pelayanan sesuai kekhususannya adalah
jika kode diagnosis utama sesuai dengan kekhususan rumah
sakit. Dalam hal kode diagnosis yang sesuai kekhususannya
merupakan kode asterisk dan diinput sebagai diagnosis
sekunder maka termasuk ke dalam pelayanan sesuai
RS KHUSUS kekhususannya
Selain RS Khusus tersebut di atas, berlaku kelompok tarif INA-CBG sesuai dengan
kelas rumah sakit yang ditetapkan untuk pelayanan sesuai kekhususan dan diluar
kekhususan.
MANUAL KODING SEBAGAI PANDUAN
SOLUSI PERMASALAHAN KLAIM INA CBG
TERDAPAT 3 BAB
CONTOH MANUAL KODING BAB I : ASPEK KODING
CONTOH MANUAL KODING BAB II : ASPEK ADMINISTRASI
CONTOH MANUAL KODING BAB III : ASPEK MEDIS
47
BEDAKAN ANTARA DISPUTE DENGAN FRAUD,
DISPUTE BISA MENJADI POTENSI FRAUD
Diselesaikan
sesuai SLA
DISPUTE Penyelesaian
Dispute Klaim
(Surat Edaran
Administrasi Koding Medis Direktur
Pelayanan
Ketidaklengkapan Ketidaksepakatan Ketidaksepakatan BPJS
berkas pengajuan terkait tata koding terkait masalah Kesehatan
klaim INA CBGs medis Nomor 51
Tahun 2016)
Tingkat Penyelesaian
Kasus/Dispute/Indikasi Kecurangan JKN
di BPJS Kesehatan
Tim Pencegahan Kecurangan
JKN Kementerian Kesehatan
TKMKB
Merupakan barrier awal
penyelesaian permasalahan terkait
Sumber: PerBPJS No. 7 Tahun 2016
BAB II, Pasal 3
klaim, indikasi kecurangan, dsb
Dukungan FKRTL
dalam Pencegahan Kecurangan JKN
Self-Claim Audit
Self-Assessment
2010 2010
Diagnosis Utama Tindakan/Prosedur
Diagnosis Sekunder
Diagnosis utama adalah diagnosis yang ditegakkan oleh dokter pada akhir episode
perawatan yang menyebabkan pasien mendapatkan perawatan atau pemeriksaan lebih
lanjut.
Jika terdapat lebih dari satu diagnosis, maka dipilih yang menggunakan sumber daya paling
banyak.
Jika tidak terdapat diagnosis yang dapat ditegakkan pada akhir episode perawatan, maka
gejala utama, hasil pemeriksaan penunjang yang tidak normal atau masalah lainnya dipilih
menjadi diagnosis utama.
Diagnosis Sekunder adalah diagnosis yang menyertai diagnosis utama pada saat pasien
masuk atau yang terjadi selama episode perawatan. Diagnosis sekunder merupakan
komorbiditas dan/atau komplikasi.
Komorbiditas adalah penyakit yang menyertai diagnosis utama atau kondisi yang sudah ada
sebelum pasien masuk rawat dan membutuhkan pelayanan kesehatan setelah masuk
maupun selama rawat.
Komplikasi adalah penyakit yang timbul dalam masa perawatan dan memerlukan pelayanan
tambahan sewaktu episode pelayanan, baik yang disebabkan oleh kondisi yang ada atau
muncul akibat dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien
Struktur INA-CBG
3. Case Type
Menunjukkan spesifik CBGs yang dilambangkan dengan numerik mulai dari 01 sampai
dengan 99.
4. Severity Level
Menggambarkan tingkat keparahan kasus yang dipengaruhi adanya komorbiditas
ataupun komplikasi dalam masa perawatan.
0 “Rawat Jalan”
I “Ringan”
II “Sedang” Rawat Inap
III “Berat”
Istilah ringan, sedang dan berat dalam deskripsi dari Kode INA-CBG bukan menggambarkan
kondisi klinis pasien maupun diagnosis atau prosedur.
Pembayaran Tambahan (Top Up)
Special CMG Special CMG atau special group pada tarif INA-CBG saat ini
dibuat untuk mengurangi resiko keuangan rumah sakit.
Top up pada special CMG diberikan untuk beberapa obat,
1. Special Procedure alat, prosedur, pemeriksaan penunjang serta beberapa kasus
2. Special Drugs penyakit subakut dan kronis. Besaran nilai pada tarif special
3. Special Investigation CMG tidak dimaksudkan untuk mengganti biaya yang keluar
4. Special Prosthesis dari alat, bahan atau kegiatan yang diberikan kepada pasien,
5. Subacute cases namun merupakan tambahan terhadap tarif dasarnya.
6. Chronic cases
Contoh :
Diagnosis Utama : Demam Tifoid
Diagnosis Sekunder: -
Tindakan :-
2. Tentukan Lead Term (Kata Benda untuk kondisi patologis, kata sifat atau eponym)
3. Baca dan ikuti semua catatan atau petunjuk dibawah kata kunci.
4. Baca setiap catatan dalam tanda kurung setelah kata kunci dan penjelasan indentasi
sampai semua kata dalam diagnosis tercantum.
5. Ikuti setiap petunjuk rujukan silang (“see” dan “see also”) yang ditemukan dalam indeks.
6. Cek ketepatan kode yang telah dipilih pada volume 1. Untuk Kategori 3 karakter
dengan .- (point dash) berarti ada karakter ke 4 yang harus ditentukan pada
Volume 1 karena tidak terdapat dalam Indeks.
7. Baca setiap inclusion atau exclusion dibawah kode yang dipilih, dibawah bab,
dibawah blok atau dibawah judul kategori
Tentukan
Kode
A01.0
Aturan Re-seleksi Diagnosis Utama
Proses koding dilakukan sesuai dengan diagnosis yang ditegakkan oleh dokter.
Jika ditemukan kesalahan atau inkonsistensi pencatatan diagnosis, maka koder
harus melakukan klarifikasi kepada dokter penanggungjawab pelayanan (DPJP).
Dalam hal koder tidak berhasil melakukan klarifikasi kepada DPJP, maka koder
menggunakan Rule MB1 sampai MB5 untuk memilih kembali kode diagnosis utama (‘re-
seleksi’).
Rule MB3 tidak dapat berlaku karena diagnosis utama bukan gejala
yang mewakili diagnosis sekunder.
Kondisi umum sebagai diagnosis utama
Rule MB 4
Pilih kondisi yang spesifik tempat atau bentuk
Jika dua kondisi atau lebih menjadi pilihan diagnostik untuk
Rule MB 5
diagnosis utama.
Pilih kondisi pertama yang tercatat
Aturan Koding dalam
ICD 10
1. Jika dalam ICD 10 terdapat catatan “Use additional code, if desired, to identify
specified condition” maka kode tersebut dapat digunakan sesuai dengan
kondisi pasien.
4. Jika kondisi multiple dicatat di dalam kategori berjudul “Multiple ...”, dan tidak
satu pun kondisi yang menonjol, kode untuk kategori “Multiple ...”, harus
dipakai sebagai kode diagnosis utama, dan setiap kondisi lain menjadi kode
diagnosis sekunder.
5. Kode Kombinasi
ICD menyediakan kategori tertentu dimana dua kondisi atau satu kondisi dengan
proses sekunder yang berhubungan dapat direpresentasi dengan satu kode.
Jika kondisi dan komplikasi ini dicatat sebagai Diagnosis Utama, perlu
dilakukan rujukan ke ‘modifier’ atau ‘qualifier’ pada Indeks Alfabet untuk
pemilihan kode yang tepat.
Contoh : Appendektomi
2010
2. Tentukan Lead Term Untuk prosedur/tindakan.
5. Ikuti setiap petunjuk rujukan silang (“see” dan “see also”) yang ditemukan dalam
indeks.
7. Baca setiap inclusion atau exclusion dibawah kode yang dipilih atau dibawah bab atau
dibawah blok atau dibawah judul kategori.
Tentukan
Kode
47.09
Aturan dalam koding ICD9CM
1. Kata –See, see also (lihat juga)
Jika ada pernyataan (see, see also) di belakang pernyataan tindakan/prosedur,
maka harus melihat juga pernyataan tindakan yang dimaksud.
TKMKB
5. Pengkodean Thalasemia :
a. Pasien Thalasemia Mayor adalah pasien yang mempunyai diagnosis utama
maupun sekunder mempunyai kode ICD-10 yaitu D56.1
b. Jika pasien Thalasemia Mayor pada saat kontrol ulang diberikan obat kelasi
besi (Deferipone, Deferoksamin, dan Deferasirox) maka diinputkan sebagai
rawat jalan dengan menggunakan kode D56.1 sebagai diagnosis utama
Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara
pasien dan dokter dan atau pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan
atau tatalaksana yang diberikan pada hari pelayanan yang sama.
Ketentuan Tambahan :
• Pada pemeriksaan penunjang yang tidak dapat dilakukan pada hari yang
sama yaitu pemeriksaan penunjang yang sesuai indikasi medis memerlukan
persiapan khusus dan atau kendala kapasitas pelayanan penunjang maka tidak
dihitung sebagai episode baru.
• Pasien yang mendapatkan pemeriksaan penunjang dan hasil pemeriksaan
tersebut tidak dapat diselesaikan pada hari yang sama akan mendapatkan
pelayanan konsultasi dokter lanjutan dan merupakan episode baru.
• Dalam hal pelayanan berupa prosedur atau terapi yang berkelanjutan di pelayanan rawat
jalan seperti radioterapi, kemoterapi, rehabilitasi medik, rehabilitasi psikososial,
transfusi darah, dan pelayanan gigi, episode yang berlaku adalah per satu kali
kunjungan.
• Pasien yang datang ke rumah sakit mendapatkan pelayanan rawat jalan pada satu atau
lebih klinik spesialis pada hari yang sama, terdiri dari satu atau lebih diagnosis, dimana
diagnosis satu dengan yang lain saling berhubungan atau tidak berhubungan, dihitung
sebagai satu episode.
• Pelayanan IGD yang kurang dari 6 jam dan/atau belum mendapatkan pelayanan rawat
inap, termasuk dalam satu episode rawat jalan.
• Pasien datang kembali ke rumah sakit dalam keadaan darurat pada hari pelayanan yang
sama, maka keadaan darurat tersebut dianggap sebagai episode baru walaupun dengan
diagnosis yang sama.
• Pasien yang datang ke IGD dan pada hari yang sama datang kembali ke rumah sakit
untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan, maka tidak dihitung sebagai episode baru.
• Untuk pasien mendapatkan pelayanan rawat inap kurang dari 6 jam yang selanjutnya
dirujuk, maka ditetapkan sebagai episode rawat jalan.
Satu episode rawat inap adalah satu rangkaian perawatan mulai tanggal masuk
sampai keluar rumah sakit termasuk perawatan di ruang rawat inap, ruang intensif,
dan ruang operasi.
Ketentuan Tambahan :
• Pelayanan rawat inap yang menjadi kelanjutan dari proses perawatan di rawat
jalan atau gawat darurat, maka pelayanan tersebut sudah termasuk dalam satu
episode rawat inap.
• Pelayanan IGD lebih dari 6 jam, telah mendapatkan pelayanan rawat inap dan
secara administrasi telah menjadi pasien rawat inap termasuk satu episode
rawat inap.
• Dalam hal pasien telah mendapatkan pelayanan rawat inap yang lama
perawatan kurang dari 6 jam dan pasien meninggal termasuk satu episode
rawat inap.
Dalam hal pasien dirawat inap dan mendapat rencana operasi :
• Pasien batal operasi atas alasan medis dan harus dilakukan rawat inap atas
kondisi tersebut maka ditagihkan sebagai rawat inap dengan diagnosis yang
menyebabkan batal operasi.
• Pasien batal operasi atas alasan medis namun dapat dilakukan terapi rawat jalan
atau pulang maka dapat ditagihkan sebagai rawat inap dengan kode diagnosis
Z53.0
• Pasien batal operasi atas alasan kurangnya persiapan operasi oleh FKRTL maka
tidak dapat ditagihkan.
Lampiran