Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“ SEJARAH POSKESDES”

DI SUSUN OLEH

RAMLI U. HAMID
821314014

MATAKULIAH IKM DAN PKM


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Hinayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah “Sejarah Poskesdes” ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga laporan akhir ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.
Makalah ini kami mengakui masih banyak kekurangan karena
pengetahuan yang kami miliki masih sangat kurang. Oleh kerena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 14-April-2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI
COVER. .......................................................................................................
KATA PENGANTAR. ................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN. ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN. ............................................................................ 4
2.1. Sejarah Poskesdes. .................................................................... 4
2.2. Pengertian Poskesdes................................................................ 13
2.3. Tujuan Poskesdes. .................................................................... 14
2.4. Ruang Lingkup Poskesdes. ....................................................... 14
2.5. Fungsi Poskesdes. ..................................................................... 14
2.6. Hipotesis. .................................................................................. 15
BAB III PENUTUP. .................................................................................... 16
3.1. Kesimpulan. ............................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut
merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta,
maupun pemerintah.
Tujuan pembangunan Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan secara optimal melalui terciptanya masyarakat,
bangsa, dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup
dengan perilaku sehat dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia masih sangat tinggi. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) pada tahun 2002 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 307/
100.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 35/ 1000
kelahiran hidup, sedangkan tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi
(AKB) sebesar 34/ 1.000 kelahiran hidup. 5 Tingginya Angka Kematian Ibu
dan Angka Kematian Bayi dapat menunjukkan masih sangat rendahnya
kualitas pelayanan kesehatan. Pada tahun 2008 Angka Kematian Ibu (AKI) di
Provinsi Jawa Timur sebesar 83,19/100.000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Bayi (AKB) sebesar 32,2/1000 kelahiran hidup.12 Untuk itu
pemerintah membuat berbagai strategi untuk akselerasi menurunkan AKI dan
AKB, karena penurunan AKI dan AKB merupakan indikator keberhasilan
derajat kesehatan di suatu wilayah.

1
Berdasarkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), khususnya Sub-sistem
Pemberdayaan Masyarakat, salah satu tujuan SKN adalah terselenggaranya
upaya pelayanan, advokasi dan pengawasan sosial oleh perorangan, kelompok
dan masyarakat di bidang kesehatan secara berhasil-guna dan berdaya-guna,
untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Pada saat ini, dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, masyarakat
masih diposisikan sebagai obyek dan belum sebagai subyek. Selain itu masih
banyak upaya kesehatan yang tinggal di daerah terpencil, tertinggal,
kepulauan dan perbatasan. Untuk itu perlu, adanya upaya kesehatan yang
bersumberdaya masyarakat, agar upaya kesehatan lebih tercapai (accessible),
lebih terjangkau (affordable), serta lebih berkualitas (quality).
Dalam perkembangan pemberdayaan masyarakat sampai dewasa ini,
telah tumbuh dan berkembang berbagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM). Salah satu UKBM yang berkembang diantaranya
Poskesdes. Untuk lebih memantapkan penyelenggaraan berbagai UKBM yang
ada di desa, perlu dikembangkan suatu bentuk UKBM yang dapat berfungsi
mengkoordinasi UKBM yang ada. Fungsi koordinasi diperlukan, agar
penyelenggaraan UKBM tersebut dapat sinergis dalam upaya mewujudkan.
Desa Siaga. Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan
sumberdaya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, terutama bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara
mandiri. Dalam Kepmenkes No.564 tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan Desa Siaga disebutkan bahwa kriteria Desa Siaga adalah
memiliki minimal satu Poskesdes.
Poskesdes merupakan sarana pelayanan kesehatan yang berada di
Desa/ Kelurahan, merupakan pengembangan/ perluasan fungsi dari Polindes
dan jaringan Puskesmas dalam rangka mendekatkan akses untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Tujuan dari Poskesdes adalah
meningkatkan akses pelayanan kesehatan pada masyarakat dengan
menempatkan tenaga bidan, pemberian pelayanan kesehatan sesuai dengan

2
kompetensi bidan untuk peningkatan pelayanan kesehatan dasar. Ruang
lingkup kegiatan Poskesdes yaitu Promotif, Preventif, Kuratif.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Poskesdes
Pelayanan kesehatan saat ini lebih mengarah kepada pelayanan
kesehatan di pedesaan. Hal ini terlihat dari pembangunan kesehatan di
pedesaan kini lebih dipacu karena masih banyak masyarakat yang tinggal di
pedesaan dan belum dapat menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan. Kondisi
ini dipengaruhi oleh keadaan geografis di negara kita yang tidak sama di
setiap desa, tempat tinggal yang tersebar di ribuan pulau, antara lain ada yang
berbukit, persawahan, perkebunan, dan hutan sehingga dapat menimbulkan
permasalahan kesehatan. Hal ini harus dipecahkan bersama antara pemerintah
dan masyarakat secara berkesinambungan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal.

Sampai saat ini kualitas kesehatan di Indonesia masih rendah, ini dapat
diketahui dari masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 37 per
1.000 kelahiran hidup, dan angka kematian ibu (AKI) 228 per 100.000
kelahiran hidup (Depkes, 2009).

Melalui paradigma sehat dimana pelayanan kesehatan yang dijalankan


oleh pemerintah, lebih berfokus pada pelayanan kesehatan dasar dan
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Hal ini ditempuh melalui
pengembangan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) seperti
pondok persalinan desa (Polindes) dan pos pelayanan terpadu (Posyandu)
yang dikembangkan sejak tahun 1984. Tujuan pengembangan UKBM adalah
agar semua masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan dasar yang
bermutu, terutama untuk mempercepat penurunan kematian ibu, bayi, dan
balita (Depkes, 2001).

Paradigma sehat, yakni suatu pola fikir dan pola aksi yang lebih
mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif tanpa meninggalkan

4
upaya kuratif dan rehabilitatif, merupakan paradigma pembangunan kesehatan
dewasa ini (Depkes, 2001).

Pemerintah, dalam hal ini Presiden Republik Indonesia (Susilo


Bambang Yodhoyono), telah mempertegas pentingnya dikembangkan UKBM,
terutama Posyandu. Hal ini tercermin dari sambutan yang disampaikan pada
peringatan Hari Kesehatan Nasional di Karang Anyar pada tahun 2005,
menyerukan revitalisasi Posyandu dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Pesan ini selanjutnya direspon oleh menteri kesehatan dengan
mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
564/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga, dengan
mengambil kebijakan bahwa pengembangan Desa Siaga, yang mempunyai ciri
dimana desa yang sudah menjadi Desa Siaga dilanjutkan dengan revitalisasi
Polindes menjadi Poskesdes, tetapi bila di desa tersebut belum ada Polindes
dengan partisipasi masyarakat dan sarana prasarananya sebagian dibantu oleh
pemerintah segera mendirikan Poskesdes (Depkes, 2006).

Berdasarkan Kepmenkes No. 564/2006 tersebut ditargetkan pada akhir


tahun 2006, 12.000 desa telah menjadi Desa Siaga, dan pada akhir tahun 2008
telah dicapai 70.000 Desa Siaga. Pada setiap desa siaga dibentuk minimal 1
pos kesehatan desa (Poskesdes) sebagai UKBM yang bertujuan mendekatkan/
menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Kegiatannya
meliputi peningkatan hidup sehat (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
pengobatan (kuratif) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama
bidan) dengan melibatkan dua orang kader atau tenaga sukarela dari
masyarakat (Depkes, 2006).

Dukungan pemerintah dalam pendirian Poskesdes berupa pemberian


stimulus melalui Dana Bantuan Sosial Operasional Poskesdes. Hal ini sejalan
dengan kebijakan penganggaran kesehatan pemerintah yang mengutamakan
aspek upaya pencegahan dan promosi kesehatan. Proporsi anggaran kesehatan
untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan mengalami peningkatan

5
sekurang-kurangnya 5% dari alokasi 30%. Selain stimulan dari pemerintah
pusat, dana pengembangan Desa Siaga juga diharapkan berasal dari
pemerintah daerah, lintas sektor dan dana masyarakat, sehingga diharapkan
pengembangan dan operasionalnya Poskesdes /Desa Siaga dapat berkelanjutan
(Depkes, 2006).

Selain kontribusi dalam bentuk dana, partisipasi masyarakat juga


diharapkan melalui pemanfaatan Poskesdes. Jika pemanfataan Poskesdes
berjalan optimal, dapat diharapkan akan membantu mempercepat penurunan
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Kondisi ini dapat
meningkatkan pelayanan dan mendekatkan keterjangkauan kepada masyarakat
yang memerlukan pelayanan kesehatan, dapat dibuktikan sebagai berikut; 1).
Pelayanan keluarga berencana, termasuk penanggulangan aborsi. Upaya ini
memberikan kontribusi 13% untuk penurunan AKI, 2). Perbaikan kualitas
pelayanan antenatal termasuk deteksi dan manajemen anemia, pencegahan
malaria, pengobatan infeksi cacing, penanganan hipertensi, skrining infeksi
menular seksual dan HIV/AIDS serta pemberian imunisasi tetanus toxoid.
Upaya ini dapat memberikan kontribusi penurunan AKI dan AKB lebih
kurang 10%. 3). Perbaikan manajement persalinan, pasca persalinan,
pelayanan obsterik emergensi dasar dan komprehensif akan memberikan
kontribusi penurunan AKI dan AKB sebanyak 30 - 40%. 4). Promosi
petolongan persalinan oleh tenaga profesional di fasilitas pelayanan kesehatan
(Poskesdes), 5). Perbaikan sistem rujukan, 6). Peningkatan koordinasi
pelayanan kesehatan reproduksi dan manajemen infeksi menular seksual,
HIV/AIDS. Dan pelayanan esensial neonatal yaitu: 1). Pemberian ASI dini
dan eksklusif, 2). Menjaga suhu tubuh neonatus tetap hangat, mencegah
infeksi, pemberian imunisasi dan manajemen neonatus yang sakit. 3).
Manajemen terpadu balita muda (MTBM). Upaya tersebut dapat menurunkan
angka kematian bayi sampai 50% (Depkes, 2005).

Penurunan angka kematian ibu dan bayi, merupakan sasaran


pembangunan kesehatan, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah

6
(PP) No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2004 – 2009 dengan sasaran yang harus dicapai sebagai
berikut : (1) Meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6
tahun, (2) Menurunnya angka kematian bayi dari 37 menjadi 26/1000
kelahiran hidup, (3) Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307
menjadi 226/100.000 kelahiran hidup, (4) Menurunnya prevalensi gizi kurang
anak balita dari 25,8 % menjadi 20% (Depkes, 2006).

Ini berkaitan dengan visi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


“Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan”, visi ini akan dicapai
melalui misi: (1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani, (2)
Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan, (3) Menjamin
ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan, serta (4) Menciptakan
tata kelola kepemerintahan yang baik, maka optimalisasi pemanfaatan
Poskesdes merupakan langkah strategis karena merupakan manifestasi dari
pemberdayaan masyarakat, sebagaimana dituangkan pada misi pertama di atas
(Depkes, 2010).

Partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Siaga bukan hanya


berarti ikut menyumbangkan sesuatu input ke dalam proses pengembangan,
tetapi termasuk ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pengembangan
Desa Siaga. Apabila pelaku atau pelaksana program pembangunan di
daerahnya adalah orang-orang, organisasi, atau lembaga yang telah mereka
percaya integritasnya, serta apabila program tersebut menyentuh inti masalah
yang mereka rasakan, dan dapat memberikan manfaat terhadap kesejahteraan
hidupnya (Depkes, 2010).

Menurut, prinsip-prinsip partisipasi masyarakat antara lain adalah


program harus ditentukan oleh masyarakat dan disesuaikan dengan kebutuhan
setempat. Selain itu, harus selalu dilakukan pendampingan dan pemberian

7
bimbingan kepada masyarakat baik dalam persiapan, perencanaan maupun
pelaksanaan kegiatan (Depkes, 2010).

Yang mengutip pendapat Awang, partisipasi mempunyai arti


keterlibatan masyarakat lokal dalam setiap fase kegiatan mulai dari
perencanaan dan pengambilan keputusan, implementasi, evaluasi dan
pemanfaatan atas inisiatif sendiri berdasarkan kearifan-kearifan lokal yang ada
pada mereka untuk menyelesaikan hal-hal yang dianggap sebagai hambatan
dan merupakan bentuk inovatif dalam melihat peluang atas kebutuhan-
kebutuhannya (Depkes, 2010).

Menurut FAO dalam Chambers (1996), menegaskan bahwa partisipasi


masyarakat adalah hak asasi, sehingga masyarakat harus diberi kesempatan
untuk berpartisipasi dalam melaksanakan pembangunan. Kesempatan tersebut
perlu diberikan karena tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat sesuai dengan yang mereka inginkan. Masyarakat sendiri
yang akan merasakan dan menilai apakah pembangunan tersebut berhasil atau
tidak.

Pembangunan di Indonesia terus dilakukan melalui berbagai program,


namun keberhasilannya belum sepadan dengan investasi. Hal ini antara lain
karena kurang memperhatikan partisipasi masyarakat mulai dari perencanaan
dan pelaksanaan. Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa partisipasi
berhasil diterapkan dalam berbagai jenis kegiatan bila masyarakat dilibatkan
dalam pengambilan keputusan teknis, operasional, dan strategis. Mengutip
pendapat Adisasmita, khususnya kaum ibu yang mempunyai balita bila sudah
dilibatkan sejak perencanaan, hasil pembangunan akan dimanfaatkan secara
maksimal (Dinkes,2009).

Fakta di atas dapat disimpulkan, bahwa belum memberikan hasil yang


memuaskan karena dalam implementasinya di beberapa desa, masih ada yang
belum melibatkan masyarakat khususnya kaum ibu. Masyarakat cenderung
diposisikan sebagai obyek/sasaran dan bukan subyek. Masyarakat hanya

8
diberikan penyuluhan (promotif), tentang PHBS (perilaku hidup bersih dan
sehat), cuci tangan dengan sabun dan masalah kesehatan lingkungan.
Kalaupun ada bagian dari masyarakat yang dilibatkan secara aktif, seperti
kader posyandu (pos pelayanan terpadu) dan kader poskesdes. Oleh karana itu
diperlukan suatu upaya yang menempatkan masyarakat secara aktif dalam
program percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi (Dewi, F. 2003)

Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera


Utara (2009), angka kematian ibu di Sumatera Utara tahun 2008 sebesar 330
per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi 35 per 1000 kelahiran
hidup. Keadaan ini disebabkan karena jumlah persalinan yang dibantu oleh
tenaga kesehatan baru mencapai 65%. Angka ini masih di bawah target
nasional 90%. Padahal semua ibu hamil dan melahirkan memiliki resiko
mengalami komplikasi penyakit kandungan dan membutuhkan tenaga
kesehatan (Dewi, F. 2003)

Langkah nyata untuk mewujudkan sasaran tersebut, Upaya


penanggulangan yang sudah dilakukan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera
Utara adalah pengembangan Desa Siaga yang dimulai dari tahun 2006 sampai
dengan 2009 sebanyak 2420 Desa Siaga, yang tersebar di 5744
Kelurahan/Desa dari 370 Kecamatan dan ditahun 2009 dibentuk 2420 Desa
Siaga. Untuk persiapan sumber daya manusia sudah dilaksanakan kegiatan
pelatihan bidan yang akan ditempatkan di Poskesdes, bidan yang sudah dilatih
sampai akhir 2009 sebanyak 2117 bidan (Dinkes Propinsi Sumatera Utara,
2008).

Sesuai dengan kebutuhan tenaga yang harus ada di Poskesdes untuk


mendampingi tugas bidan diperlukan dua orang kader, untuk itu upaya
pelatihan kader yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah sampai akhir tahun
2009 sebanyak 572 kader, dilaksanakan pada 11 Kabupaten dan tersebar di
286 Desa / Kelurahan : (1) Kota Medan 292 kader, (2) Binjai 26 kader, (3)
Pematang Siantar 26 kader, (4) Tanjung Balai 26 kader, (5) Padang

9
Sidempuan 26 kader, (6) Dairi 26 kader, (7) Tapanuli Selatan 28 kader, (8)
Serdang Badagai 28 kader; (9) Langkat 28 kader; Simalungun 28 kader, (10)
Asahan 28 kader, (11) Deli Serdang 22 kader (Dinkes Propinsi Sumatera Utara,
2008).

Kabupaten Deli Serdang adalah salah satu kabupaten di Provinsi


Sumatera Utara yang masih mengahadapi masalah kesehatan berupa kematian
ibu, bayi dan balita. Jumlah kematian ibu di kabupaten yang memiliki jumlah
penduduk terbesar di Provinsi Sumatera Utara ini mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun. Jika pada tahun 2005, terdapat kematian ibu sebanyak 19
orang, maka pada tahun 2006 meningkat menjadi 24, tahun 2007 naik menjadi
27 orang orang. Kasus-kasus kematian ibu ini sebagian besar disebabkan
karena terjadinya perdarahan, eklampsia dan infeksi ketika persalinan (Dinkes
Propinsi Sumatera Utara, 2009).

Untuk angka kematian bayi (AKB) dari tahun ke tahun mengalami


fluktuasi. Pada tahun 2005 AKB sebesar 2.29/1000 kelahiran hidup, tahun
2006 menjadi 1.76/1000 kelahiran hidup, lalu tahun 2007 mengalami kenaikan
menjadi 3.09/1000 kelahiran hidup, dan tetap meningkat di tahun 2008 yaitu
3.11/1000 kelahiran hidup. Kasus AKB ini terjadi disebabkan pertumbuhan
janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran premature dan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) (Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2008).

Permasalahan diatas menjadi dasar bagi Pemerintah Kabupaten Deli


Serdang untuk lebih memacu pembangunan kesehatan terutama di pedesaan.
Hal ini ditempuh untuk mendekatkan pelayanan kesehatan agar dapat dengan
mudah dijangkau oleh masyarakat yang tinggal di pedesaan.Oleh karena itu
perlu dibentuk UKBM seperti Poskesdes, Posyandu, dan lain-lain
(Dinkes,2009).

Dalam rangka mengembangkan berbagai UKBM seperti tersebut di


atas, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melalui Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang terus berupaya mewujudkan terbentuknya desa siaga di seluruh

10
desa yang ada yakni 397 desa yang tersebar di 22 kecamatan. Pada akhir 2009
seluruh desa sudah menjadi Desa Siaga (Dinkes, 2009).

Sehubungan dengan seluruh desa sudah menjadi Desa Siaga, maka


berdasarkan Kep. Menkes RI No. 564/2006 desa yang sudah menjadi Desa
Siaga melalui musyawarah masyarakat desa dan partisipasi masyarakat harus
sudah menyediakan /mendirikan Poskesdes. Sampai saat ini jumlah Poskesdes
di Kabupaten Deli Serdang sebanyak 95, yang tersebar di 22 Kecamatan: (1)
Gunung Meriah 3, (2) STM Hulu 11, (3) Sibolangit 5, (6) Pancur Batu 7, (7)
Namorambe 2, (8) Biru Biru 8, (9)STM Hilir 5, (9) Bangun Purba 3, (10)
Galang 10, (11) Tanjung Morawa 5, (12) Patumbak tidak ada, (13) Deli Tua
tidak ada, (14) Sunggal 1, (15) Hamparan Perak 5, (16) Labuhan Deli 1, (17)
Pasar Tuan 5, (18) Batangkuis 5, (19) Pantai Labu 2, (20) Beringin 4, (21)
Lubuk Pakam 3, (22) Pagar Merbau 4 (Dinkes,2009).

Kecamatan Pancur Batu yang merupakan salah satu kecamatan di


Kabupaten Deli Serdang, memiliki 22 desa, dengan jumlah penduduk 82.290
jiwa. Di kecamatan ini terdapat penduduk miskin sebesar 19.728 jiwa, dan
masih ditemukan adanya balita dengan gizi kurang sebanyak 121 balita.
Pertolongan persalinan yang ditolong di rumah masyarakat masih cukup tinggi
yakni 28 % (Dinkes,2009).

Berdasarkan hal-hal tersebut, di kecamatan ini perlu dilakukan


pemantauan pemanfaatan Poskesdes untuk mengetahui apakah semua
Poskesdes sudah aktif. Menurut Dinas Kesehatan Deli Serdang Poskesdes
dikatakan aktif bila seluruh kegiatan sudah berjalan sampai dengan 80%
(Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2009).

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah wujud upaya kesehatan


bersumberdaya masyarakat yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat
atas dasar musyawarah masyarakat desa dalam rangka: (1) Meningkatkan
perilaku hidup bersih & sehat (PHBS) masyarakat desa. (2) Meningkatkan
kewaspadaan & kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap penyakit dan

11
masalah-masalah kesehatan (3) Meningkatkan kemampuan masyarakat desa
untuk menolong diri sendiri dalam bidang kesehatan. (4) Meningkatkan
pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh masyarakat desa dan
tenaga kesehatan.(5) Meningkatkan dukungan dan peran-aktif berbagai pihak
yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat desa ditandai dengan
terbentuknya ambulan siaga, donor siaga dan dana sehat (Depkes, 2006).

Kecamatan Pancur Batu sejak akhir 2007 hingga akhir 2009 seluruh
desa sudah menjadi desa siaga, yaitu sebanyak 22 desa. Sedangkan Poskesdes
saat ini baru 7 Poskesdes, yang tersebar di desa sebagai berikut; (1) Namo
Bintang, (2) Durin Simbelang, (3) Baru, (4) Salam Tani, (5) Tiang Layar, (6)
Tuntungan II, (7) Sei Glugur. Poskesdes di desa Namo Bintang berdiri sejak
tahun 2008, sampai saat ini belum aktif dan di desa Baru yang berdiri sejak
tahun 2009 juga belum aktif. Sampai saat ini jumlah Poskesdes yang sudah
aktif baru 5 Poskesdes (Dinkes Kab.Karanganyer, 2007).

Berdasarkan hasil wawancara awal dengan bidan Desa Baru dan Desa
Namo Bintang yang dilakukan pada tanggal 25 Juli 2009 maka diketahui telah
tersedia forum masyarakat desa, bangunan poskesdes, dan dana sehat belum
didukung oleh seluruh masyarakat, diduga masyarakat masih ada yang belum
paham peruntukannya, donor siaga, ambulan siaga, dan bidan desa selalu
ditempat, sayangnya fasilitas diatas kurang dimanfaatkan secara optimal oleh
masyarakat. Adapun yang menjadi kendala, mengapa sampai saat ini
Poskesdes tidak berjalan optimal adalah karena sebagian masyarakat ada yang
mendukung dan sebagian masyarakat ada yang kurang mendukung
pelaksanaan kegiatan di Poskesdes (Dinkes Kab.Karanganyer, 2007).

Masyarakat masih ada yang merasa terbebani dengan adanya tabungan


Dana Sehat sementara ketika berobat mereka harus membayar. Ternyata,
masih ditemukan di masyarakat yang belum menyadari bahwa Poskesdes
adalah milik masyarakat, bukan pemerintah. Titik persoalan adalah mengapa
sampai sekarang masih ada masyarakat yang belum mengoptimalkan dan

12
memanfaatkan Poskesdes yang sudah ada?. Berdasarkan paparan di atas dapat
disimpulkan bahwa kegiatan Poskesdes belum sepenuhnya berjalan sesuai
dengan kriteria kegiatan Poskesdes, padahal bila Poskesdes berjalan aktif dan
dimanfaatkan masyarakat, dapat menjadi solusi permasalahan - permasalahan
masyarakat yang ada di desa Baru dan desa Namo Bintang, tentunya
berkontribusi terhadap penurunan AKI dan AKB (Dinkes Propinsi Sumatera
Utara, 2009).

Menyadari pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan


Poskesdes, perlu mencari tahu mengapa Poskesdes di Desa Namo Bintang dan
desa Baru belum atau kurang dimanfaatkan, apakah masyarakat kurang atau
tidak berpartisipasi sehingga pemanfaatan Poskesdes tidak maksimal, atau
tenaga kesehatan yang berada di wilayah tersebut kurang dapat memotivasi
masyarakat, atau kurang dukungan dari tokoh masyarakat.
Untuk mengetahui sejauhmana kontribusi masyarakat dalam
penyediaan/ pendirian dan kendala-kendala yang menjadi penghambat
pemanfaatan Poskesdes di Kecamatan Pancur Batu, maka perlu dilakukan
penelitian sejauh mana pengaruh antara partisipasi masyarakat dengan
pemanfaatan Poskesdes di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

2.2 Pengertian Poskesdes


Poskesdes adalah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
(UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan atau menyediakan
pelayanan kesehatan dasar masyarakat desa. Poskesdes dibentuk dalam rangka
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat serta sebagai sarana
kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya masyarakat dan dukungan
pemerintah. Pelayanan pokesdes meliputi upaya promotif, preventif dan
kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan terutama bidan dengan
melibatkan kader atau tenaga sukarela (Depen Nasional, 2002)

13
2.3 Tujuan Poskesdes
Tujuan poskesdes antara lain:
1. Terwujudnya masyarakat sehat yang siaga terhadap permasalahan
kesehatan di wilayah desanya
2. Terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
3. Terselenggaranya pengamatan, pencatatan dan pelaporan dalam rangka
meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko
dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian
luar biasa atau KLB serta factor- factor resikonya
4. Tersedianya upaya pemerdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya di bidang kesehatan
5. Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh
masyarakat dan tenaga professional kesehatan
6. Terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM lainnya yang ada di desa
2.4 Ruang Lingkup Poskesdes
Ruang lingkup poskesdes meliputi: upaya kesehatan yang menyeluruh
mencakup upaya promotif, preventif dan kuratif yang dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan terutama bidan dengan melibatkan kader atau tenaga
sukarela.
2.5 Fungsi Poskesdes
1. Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan
2. Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai resiko dan masalah
kesehatan
3. Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih mendekatkan
kepada masyarakat serta meningkatkan jangkauan dan cakupan pelayanan
kesehatan
4. Sebagai wahana pembentukan jaringan berbagai UKBM yang ada di desa

14
2.6 Hipotesis
Ada pengaruh partisipasi masyarakat (kontribusi pemikiran, kontribusi
tenaga, dan kontribusi dana) terhadap pemanfaatan Poskesdes di Kecamatan
Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Poskesdes Desa Tani Bakti telah menjalin hubungan kemitraan dengan
beberapa perusahaan, yaitu PT Insani Bara Perkasa, PT Anugerah Bara
Kaltim, dan PT KTC serta PT Gasim Rubpradhika Utama, Instansi
Pemerintahan yaitu Kantor Desa dan Puskesmas Pusat, serta menjalin
kemitraan dengan Perguruan Tinggi yaitu UNMUL dan STIKES
Muhammadiya Samarinda. Dari kemitraan tersebut, didapat hasil antara lain,
bantuan dana untuk pembangunan infrastruktur desa (banguanan Poskesdes),
penyediaan ambulance desa, bantuan alat-alat medis dan sarana prasarana
penunjang lainnya.
Hubungan kemitraan Poskesdes Desa Tani Bakti sudah sangatlah baik,
karena dari kemitraan tersebut, dapat menunjang, mempercepat, dan lebih
mengefisienkan serta menyukseskan program-program kesehatan oleh
Poskesdes Tani Bakti.

16
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Departemen Kesehatan, 2006. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Departemen Kesehatan, 2005. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Departemen Kesehatan, 2010. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Departemen Kesehatan, 2001. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2008. Profil Kesehatan Propinsi Sumatera
Utara Tahun 2008. Sumatera Utara.

Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2009. Profil Kesehatan Propinsi Sumatera
Utara Tahun 2008. Sumatera Utara.

Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyer Tahun 2007. Profil Kesehatan Kabupaten


Karanganyer Tahun 2007. Karanganyer.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka.
Dewi, F. 2003. Hubungan Karakteristik Ibu dan Tingkat Konsumsi Gizi Dengan
Status Gizi Batita. Semarang : Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai