PEDAHULUAN
tahun 2009 menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mencapai derajat
bagi setiap orang, sehingga mampu mewujudkan bangsa yang berdaya saing
secara global.
Isu pemanasan global, perubahan iklim dan krisis keuangan yang terjadi
saat ini menjadi ancaman serius bagi pembangunan kesehatan yang pada akhirnya
perlahan pasti terjadi peningkatan beban kesehatan yang menyebar di dalam dan
bencana alam dan sebagainya. Makin banyak jumlah makanan bergizi yang
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Salah satu grand strategi Depkes
salah satu bentuk upaya promotif dan preventif mendapat tempat yang sangat
pengembangan dan pembinaan Desa Siaga yang sudah dimulai tahun 2006.
Desa Siaga sesuai dengan seruan Presiden saat pencanangan Pekan Kesehatan
Nasional tanggal 18 Juni 2005 dan disusul oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI
Desa Siaga. Untuk mencapai target desa siaga aktif pada tahun 2015, dilakukan
Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu
seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
Kejadian Luar Biasa (KLB), kejadian bencana, kecelakaan dan lain – lain dengan
Desa siaga aktif adalah bentuk pengembangan dari desa siaga yang telah
dimulai sejak Tahun 2006. Desa/kelurahan siaga aktif adalah desa atau kelurahan
atau yang disebut dengan nama lain yang penduduknya dapat mengakses dengan
hari melalui pos kesehatan desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di
penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan
PHBS. Dengan demikian, desa atau kelurahan siaga aktif memiliki komponen
Tahun 2009, tercatat 42.295 desa dan kelurahan (56,1%) dari 75.410 desa
saat ini desa siaga yang sudah terbentuk sebanyak 1.786 desa. Tahun 2010
ditargetkan 5.744 desa akan menjadi desa siaga. Dewan Pertimbangan Presiden
PKK Stabat. Kunjungan dan pengukuhan Desa Siaga tersebut sebagai bentuk
perilaku berubah, bila tidak didukung dengan fasilitas juga akan mengalami
kesulitan. Hal tesebut terkait dengan pembiayaan kesehatan dan kegiatan itu
pada dasarnya bukan hanya persoalan sektor kesehatan saja, melainkan juga
sehingga sumber daya yang ada dapat dipetakan dan diberdayakan untuk fokus
bahwa anggaran lebih banyak dimanfaatkan untuk upaya kuratif. Tahun 2007
untuk promotif 17 % dan preventif 8 %. Keadaan tahun 2008 bahkan lebih buruk,
upaya promotif hanya mendapatkan 10 % dan preventif 3,5 % dari total anggaran
Hal sejalan juga disampaikan oleh salah seorang pejabat eselon III yang
disebutkan bahwa pembiayaan upaya preventif dan promotif masih sangat minim
jika dibandingkan dengan biaya upaya kuratif dan rehabilitatif, kegiatannya masih
dianggap kurang perlu dan manfaatnya tidak jelas terukur. Khusus pada program
desa siaga, kreatifitas dan inovasi tenaga kesehatan juga masih sangat terbatas,
bahwa biaya promosi kesehatan dapat dianggarkan oleh tiap – tiap bagian,
sehingga tidak terfokus dibidang yang beliau pimpin sehingga untuk satuan
Desa Siaga Rp. 1.500.000,00 per tahun per desa. Sedangkan anggaran
operasionalnya sebesar Rp. 1.650.000,00 per tahun per desa atau Rp. 137.500,00
kesehatan ibu, anak, gizi, penyakit menular lainnya dan bencana, bahan habis
pakai, sarana penunjang Poskesdes seperti : alat tulis kantor, fotokopi, transpor
petugas/kader untuk pelayanan dan konsultasi. Dana tersebut tidak boleh untuk
pengembangan program desa siaga aktif, bahkan untuk tahun 2011 tidak terdapat
angaran sama sekali untuk kegiatan ini. Meskipun demikian, tetap ada beberapa
Desa Siaga Aktif yang berjalan dengan variasi jumlah biaya operasional yang
atau 10 desa dari 277 desa/kelurahan yang ada, jika dibandingkan dengan program
lainnya. Kondisi kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar juga masih buruk,
dimana 42,7 % masyarakat masih menggunakan air hujan dan sungai sebagai
sumber air bersih, rumah tangga yang ber-PHBS hanya 53,3 % dan 49 % rumah
tangga belum memiliki pengelolaan limbah yang sehat. Oleh karena itu, menjadi
penyakit DBD dan Malaria yang endemis, diare dan peningkatan status gizi.
masing – masing (3 desa berkategori purnama dan 5 desa berkategori madya dan 2
Pusat menyediakan secara penuh semua sumber dana terhadap 28 desa dari 72
desa yang ada. Penelitian lain yang dilakukan oleh Taufik Noor dan kawan –
pendapatan ini biasanya digunakan untuk membuka warung obat desa, membuat
menilai sejauh mana program desa siaga ini berjalan aktif dan berapa besar
manfaat atau dampak yang diperoleh oleh masyarakat. Di Kabupaten Langkat hal
ini dilakukan guna memperbaiki mindset yang dimiliki oleh masyarakat dan
yang kemudian ditentukan harganya. Analisis yang dipilih adalah analisis biaya
biaya dari program kesehatan yang ada dan menetapkan apakah program tersebut
menguntungkan atau tidak dilihat dari opportunity costnya. Disamping itu CBA
juga merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis ekonomi
dinyatakan dalam nilai uang. Analisis ini juga merupakan suatu alat yang paling
atau lazimnya metode ini akan menjamin pengambil keputusan untuk dapat
biaya dan manfaat dari suatu program yang dibiayai dari dana masyarakat dan
bisa dicegah karena keberhasilan dari program tersebut. Manfaat dari program –
program kesehatan adalah biaya yang bisa dicegah bila program tersebut berhasil
dibuat terhadap proyek atau program kesehatan terutama upaya preventif dan
promotif adalah investasi pada manusia yang memungkinkan mereka untuk lebih
produktifitas tenaga kerja dalam bentuk waktu bekerja. Nilai dari setiap
kemauan membayar dari masyarakat dapat di gunakan sebagai langkah awal saat
menyusun asumsi dimana harga yang dibayar oleh penerima pelayanan mewakili
resiko kematian mewakili masyarakat dalam menilai dua hal tersebut secara
sepadan.
(1) identifikasi para pengambil keputusan dan alternatif; (2) identifikasi biaya;
langsung; (4) transformasi dampak kedalam nilai moneter; (5) Discounting, dan
(6) penafsiran hasil CBA dengan menghitung ratio biaya manfaat (benefit cost
ratio) atau menghitung manfaat bersih program kesehatan dengan menghitung net
1.2 Permasalahan
sehingga perlu dilakukan analisis biaya manfaat (Cost Benefit Analysis) pada
siaga aktif.