ABSTRAK
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi dan mengetahui kualitas
semen Domba Wonosobo (Dombos) baik secara makroskopis maupun mikroskopis
padabody condition score (BCS) yang berbeda. Penelitian ini menggunakan 13 ekor
Dombos pejantan berumur 2-3 tahun dengan BCS 2 dan 3. Metode pada penelitian ini
terdiri atas 3 tahap yakni; 1).Penilaian BCS, 2).Penampungan semen, dan
3).Pemeriksaan kualitas semen. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada pengaruh
nyata antara kedua BCS terhadap volume, warna, bau, pH, gerakan massa, viabilitas,
dan abnormalitas semen Dombos. Motilitas semen Dombos dengan BCS 3 (80,21%)
lebih tinggi (P<0,05) dari BCS 2 (69,68%), namun kedua nilai tersebut masih tergolong
pada taraf normal. Kesimpulan dari penelitian ini ialah BCS tidak memberikan pengaruh
kepada kualitas semen segar Dombos. Semen Dombos dengan BCS 2 dan 3 memiliki
kualitas yang baik, sehingga layak digunakan sebagai pejantan dalam perkawinan.
ABSTRACT
This study was purposed to evaluate the semen quality both macroscopic and
microscopic of Wonosobo ram (Dombos)with different body condition score (BCS).
Thirteen Dombos aged between 2-3 years old with BCS 2 and 3 were used in this study.
There were 3 steps used involving; 1).BCS estimation, 2).Semen collection, and
3).Semen quality evaluation. The results showed that there were no effect of different BCS
on volume, scent, pH, wave motion, viability, and abnormality. Dombos semen motility
with BCS 3 (80,21%) was higher (P<0,05) than BCS 2 (69,68%), which both motility were
still in a normal stage. Overall, the conclusion from this study was BCS didn't affect semen
quality of Dombos. Semen of both groups (BCS 2 and 3) had decent qualities that fit to be
used as a mating pair.
P. Sonatha*, D. Samsudewa, dan E. Purbowati : Pengaruh Body Condition Score (BCS) Terhadap Kualitas Semen 27
memenuhi kebutuhan protein hewani Penelitian ini menggunakan 13
masyarakat. Peningkatan jumlah Dombos pejantan berumur 2 – 3 tahun.
Dombos harus diimbangi dengan kualitas Ketiga belas Dombos tersebut kemudian
ternak Dombos yang dihasilkan melalui diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok
sistem perkawinan. BCS yaitu BCS 2 dan BCS 3. Alat yang
Sistem perkawinan alami yang digunakan dalam penelitian ini adalah
digunakan oleh peternak Dombos termos sebagai tempat air hangat
memerlukan adanya efisiensi bersuhu ± 50oC, spuit ukuran 60 ml untuk
penggunaan pejantan. Pejantan harus memasukkan air hangat ke dalam vagina
memiliki kualitas semen yang baik buatan, vagina buatan untuk
sehingga tingkat fertilitas yang tinggi pengambilan semen segar, tabung
dapat diharapkan. Demi menghindari penampung semen berskala,
penggunaan pejantan dengan tingkat termometer raksa untuk mengetahui
fertilitas rendah sebaiknya dilakukan suhu pada vagina buatan, alumunium foil
penilaian body condition score (BCS) untuk mencegah terjadinya penurunan
untuk mengetahui tingkat ketebalan kualitas semen akibat perbedaan sinar
lemak sebelum ternak jantan dipilih dan suhu, bekker glass, 3 buah pipet
menjadi pejantan dalam perkawinan. tetes, pH meter untuk mengetahui kadar
Kekurangan maupun kelebihan lemak keasaman semen, objek glass dan deck
pada pejantan dapat menyebabkan glass sebagai tempat sampel semen
terganggunya proses spermatogenesis. yang akan diteliti secara mikroskopis,
Hal ini disebabkan karena lemak bantal hangat sebagai alas objek glass
berperan sebagai bahan penyusun dan deck glasssebelum digunakan untuk
hormon reproduksi seperti testosteron menghangatkan alat, mikroskop, bunsen
dan estrogen. Kedua hormon reproduksi untuk mengeringkan preparat apus, hand
tersebut merupakan hormon steroid counter tally untuk menghitung jumlah
dengan kolesterol, tepatnya kolesterol spermatozoa, serta alat tulis untuk
Low Density Lipoprotein (LPL) sebagai mencatat hasil yang didapatkan. Bahan
unsur pembentuknya. Hormon steroid yang digunakan adalah air hangat
tersebut diproduksi oleh ovarium dan bersuhu ± 50oC untuk dimasukkan ke
testis, memiliki sifat lipolifik (larut dalam dalam vagina buatan, pelicin khusus
lemak) sehingga dibawa di dalam darah untuk dioleskan di lubang vagina buatan,
menggunakan komplek globulin pengikat eosin 2% sebagai pewarna, NaCl
(Saryono, 2009). Tujuan fisiologis 0,9% digunakan saat
dilaksanakannya penelitian ini adalah pengamatan gerak individu
untuk mengevaluasi dan mengetahui spermatozoa.
kualitas semen Dombos dengan body Metode yang digunakan pada
condition score (BCS) yang berbeda penelitian ini adalah metode studi kasus
yakni BCS 2 dan 3 baik secara dengan pengambilan sampel secara
makroskopis maupun mikroskopis. purposive sampling. Pelaksanaan
II. MATERI DAN METODE penelitian terbagi menjadi tiga tahap,
Penelitian untuk mengetahui yakni tahap penilaian BCS, tahap
pengaruh body condition score (BCS) penampungan semen, dan tahap
terhadap kualitas makroskopis dan pemeriksaan kualitas semen.
mikroskopis semen Dombos
dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Tahap penilaian BCS
Desember 2015. Penelitian dilakukan di Penentuan BCS dilakukan
Kecamatan Kejajar, Kalikajar, dan secara palpasi di bagian loin, tail head,
Mojotengah di Kabupaten Wonosobo. pins, hooks, ribs dan brisket. Penilaian
Tail head
Ribs /
iga
ĘǾÒŒÔÑP
P. Sonatha*, D. Samsudewa, dan E. Purbowati : Pengaruh Body Condition Score (BCS) Terhadap Kualitas Semen 29
berbeda nyata (P>0,05) kecuali motilitas meningkatkan produksi spermatozoa
semen. dan sekresi cairan plasma semen yang
menyebabkan volume semen ikut
Tabel 2. Kualitas Semen Dombos dengan BCS yang
Berbeda meningkat.
BCS Warna Semen
Parameter
2 3 Semen Dombos baik BCS 2
Volume (ml) 1,00 1,26
maupun 3 memiliki warna normal, yakni
Warna Putih Susu Putih Susu
P. Sonatha*, D. Samsudewa, dan E. Purbowati : Pengaruh Body Condition Score (BCS) Terhadap Kualitas Semen 31
sumber energi yang dapat disimpan sifat membran plasma spermatozoa.
dalam bentuk ATP, kemudian digunakan Herdis et al. (2009) menambahkan
oleh spermatozoa untuk bergerak. Hasil bahwa membran plasma berfungsi
cerna lemak dalam bentuk asam lemak melindungi serta menjaga
mengalami oksidasi menjadi asetil KoA keseimbangan elektrolit baik intra
yang kemudian membentuk energi. maupun ekstraseluler. Rusaknya
Faktor-faktor lain yang membran plasma menyebabkan
mempengaruhi motilitas spermatozoa terganggunya proses metabolisme dan
selain penyimpanan energi (ATP) adalah proses fisiologis spermatozoa sehingga
umur sperma, maturasi sperma, agen menyebabkan kematian spermatozoa.
aktif, biofisik dan fisiologik, cairan Plasma semen mengandung lemak dan
suspensi serta rangsangan hambatan protein sebagai sumber nutrisi bagi
(Hafez, 1993). Maturasi sperma terjadi di spermatozoa. Pramono dan Tagama
dalam tubulus seminiferus yang (2008) menyatakan bahwa viabilitas
dipengaruhi oleh hormon testosteron dan semen yang baik belum menentukan
estrogen (Saryono, 2009). Herdis et al. kualitas semen tersebut dikarenakan
(2005) berpendapat bahwa motilitas terbatasnya plasma semen sebagai
progresif spermatozoa merupakan sumber nutrisi, sedangkan motilitas
penentu kesanggupan semen dalam spermatozoa paska ejakulasi sangat
menembus sel-sel pelindung serta aktif.
membuahi sel telur. Semakin tinggi nilai Abnormalitas
motilitas, semakin baik kualitas semen Analisis statistik menunjukkan
yang didapatkan. bahwa BCS tidak memberikan pengaruh
Viabilitas terhadap abnormalitas spermatozoa.
Berdasarkan hasil pengamatan Hal ini disebabkan karena kesamaan
diketahui bahwa semen Dombos baik pakan, umur serta lingkungan ternak
dengan BCS 2 maupun BCS 3 memiliki yang digunakan dalam penelitian.
nilai viabilitas yang baik, yaitu berada di Hormon reproduksi merupakan salah
atas 60% (Rizal dan Herdis, 2008). satu faktor penentu nilai abnormalitas
Dombos BCS 2 memiliki nilai viabilitas primer spermatozoa. Testosteron dan
sebesar 77,10% dan BCS 3 sebesar estrogen bekerja sama dalam proses
77,12%. Kedua nilai viabilitas tersebut pematangan spermatozoa. Nugraheni et
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai al. (2003) menyatakan bahwa bentuk
viabilitas semen Dombos hasil penelitian abnormalitas primer spermatozoa terjadi
Ondho et al. (2008) yakni 61,39 ± 3,04%. karena kesalahan spermatogenesis
Namun lebih rendah dibandingkan nilai maupun spermiogenesis di tubulus
viabilitas semen domba St. Croix pada seminiferus. Abnormalitas primer
penelitian Feradis (2007) sebesar 89 ± disebabkan karena faktor keturunan,
2,37% maupun domba Garut pada penyakit, defisiensi makanan, dan
penelitian Sujoko et al. (2009) sebesar pengaruh lingkungan yang buruk.
88,48 ± 2,68%. Abnormalitas sekunder memiliki ciri-ciri
Hasil analisis statistik lepasnya bagian tubuh spermatozoa
menunjukkan bahwa BCS tidak seperti kepala, leher maupun ekor yang
berpengaruh nyata terhadap nilai menyebabkan spermatozoa menjadi
viabilitas semen Dombos. Hal ini infertil. Garner dan Hafez (2000)
disebabkan karena semen yang berpendapat bahwa abnormalitas jenis
digunakan berasal dari domba-domba sekunder mungkin disebabkan oleh
dengan bangsa, umur dan lingkungan perlakuan yang dilakukan saat
yang sama. Nilai viabilitas ditentukan oleh pembuatan preparat ulas. Solihati et al.
P. Sonatha*, D. Samsudewa, dan E. Purbowati : Pengaruh Body Condition Score (BCS) Terhadap Kualitas Semen 33
Ondho, Y. S., M. I. S. Wuwuh, Sutopo, D. Soltanpour, F. and G. Moghaddam. 2014.
Samsudewa dan A. Suryawijaya. Effect of diluents on storage of ram
2008. Pengaruh jenis pengencer semen. JAAS Journal. 2 (6) : 179 –
terhadap kualitas semen beku 183.
dombos texel di Kabupaten
Wonosobo. Dalam : Y. Sani, E. Sujoko, H., M. A. Setiadi dan A. Boediono.
Martindah, Nurhayati, W. Puastuti, 2009. Seleksi spermatozoa Domba
T. S a r t i k a , L . P a r d e d e , A . Garut dengan metode sentrifugasi
Anggraeni, L. Natalia (Ed.). gradien densitas percoll. Jurnal
Prosiding Seminar Nasional Veteriner. 10 (3) : 125 – 132.
Te k n o l o g i P e t e r n a k a n d a n
Ve t e r i n e r. I n o v a s i Te k n o l o g i Syamyono, O., D. Samsudewa dan E. T.
Mendukung Pengembangan Setiatin. 2014. Korelasi lingkar
Agribisnis Peternakan Ramah skrotum dengan bobot badan,
L i n g k u n g a n . B o g o r 11 - 1 2 volume semen, kualitas semen dan
Nopember 2009. Pusat Penelitian kadar testosteron pada kambing
dan Pengembangan Peternakan. Kejobong muda dan dewasa.
Hal. 416 – 420. Buletin Peternakan. 38 (3) : 132 –
140.
P e r r y, E . J . 1 9 6 8 . T h e A r t i fi c i a l
Insemination of Farm Animals. Tames, S. 2010. Alberta Agriculture and
Rutgers University Press, The Forestry. What's the score : Sheep.
State University of New York. (http://www1.agric.gov.ab.ca/$depar
tment/deptdocs.nsf/all/agdex9622/$
Pramono, E. dan T. R. Tagama. 2008. FILE/bcs-sheep.pdf). Tanggal akses
Pengaruh penambahan adenosin : 10 Mei 2016.
triphosphat kedalam pengencer
semen terhadap kualitas Taylor, R. E. and R. Bogart.1988. Scientic
spermatozoa Domba Ekor Gemuk. Farm Animal Production. 3rded.
J. Anim. Prod. 10(3) : 151 – 156. Macmillan Publishing Company,
New York.
Rizal, M. dan Herdis. 2008. Inseminasi
Buatan Pada Domba. PT. Rineka Toelihere, M. R. 1985. Inseminasi Buatan
Cipta, Jakarta. Pada Ternak. Penerbit Angkasa,
Bandung.
Saryono. 2009. Biokimia Hormon. Nuha
Medika, Yogyakarta. Tomaszweska, M. W., T. D. Chaniago dan
I. K. Sutama. 1991. Reproduksi,
Solihati, N., T. D. Lestari, R. Setiawan, J. Tingkah Laku, dan Produksi Ternak di
Arifin dan T. Hariyanti. 2008. Indonesia. PT Gramedia, Jakarta.
Penggunaan albumen untuk
separasi spermatozoa epididimis
domba garut. Jurnal Ilmu Ternak. 8
(1) : 95 – 100.