Anda di halaman 1dari 4

BAB X

Prognosis dan Komplikasi

10.1 Cara penyampaian prognosis kepada pasien / keluarga pasien


Pada anemia defisiensi besi dibutuhkan persiapan untuk menyampaikan berita
buruk kepada pasien dan keluarga pasien, karena pada penderita ini adalah balita,
peran keluarga.Tahap-tahap saat meyampaikan berita buruk:

A. INITIATING THE SESSION (MEMULAI WAWANCARA)


o Menyapa pasien dengan memberikan salam terlebih dahulu
o Mempersilahkan pasien duduk terlebih dahulu sebelum anda duduk. Usahakan
jarak antara dokter pasien tidak terlalu jauh saat melakukan wawancara dan juga
tidak ada pembatas yang membatasinya sehingga pasien merasa nyaman saat
proses wawancara.
o Menanyakan identitas pasien (Nama, Umur, Alamat, Pekerjaan, dan Status bila
perlu)
o Menyakan keperluan datang hari ini / menetapkan agenda.
B. GATHERING INFORMATION(MENDAPATKAN INFORMASI)
 Menanyakan keluhan pasien selama beberapa hari setelah pertemuan pertama
(jika sudah ada pertemuan sebelumnya).
 Menanyakan bagaimana respon obat yang telah diberikan sebelumnya.

C. BUILDING THE RELATIONSHIP(MEMBANGUN HUBUNGAN)


 Menangkap respon verbal dan non-verbal dari pasien.
 Memberikan respon emphati kepada pasien.
 Prilaku non-verbal yang sesuai.
 Copartnership dan advocacy

D. EXPLANATION AND PLANNING(PENJELASAN DAN RENCANA)


 Meringkas kondisi linis pasien sebelumnya.
 Memberikan tanda terlebih dahulu saat akan menyampaikan berita buruk
 Memberikan jeda waktu untuk ekspresi dan emosi pasien saat akan menerima
berita buruk.
 Informasi diberikan dalam bagian2 kecil dan berikan pasien waktu untuk
memahaminya.
 Menanyakan pemahaman pasien.
 Menanyakan informasi lain yang dibutuhkan.
 Memberikan saran dan melibatkan pasien tentang rencana dan pemilihan terapi.
 Negosiasi.
 Tidak memberikan harapan palsu.

E. CLOSING THE SESSION


 Memberikan kesimpulan akhir.
 Menanyakan kepada pasien apakah ada yang ditanyakan atau pasien sudah
mengerti.
 Menginformasikan apa tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.
 Cek kembali apabila masih ada yang ditanyakan.

10.2 Tanda untuk merujuk pasien

Tanda untuk merujuk pasien ketika pucat yang disebabkan oleh kurangnya
volume darah,berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk
memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ vital. Adanya takikardia dan
bising jantung (suara yang disebabkan oleh peningkatan kecepatan aliran darah)
mencerminkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Badan lemah
dikarenakan pasokan O2 untuk respirasi sel menghasilkan energi
berkurang. Telingan mendenging pada anemia disebabkan oleh kurangnya
oksigenasi pada system saraf pusat dikarenakan oksigenasi lebih mengutamakn
organ vital. Pucat pada konjungiva anemis dan jaringan di bawah kuku
dikarenakan kurangnya suplai O2 yang dibawa oleh hemoglobin.

Gejala khas pada anemia defisiensi besi diantaranya: koilonikia (kuku


sendok) di mana kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan menjadi cekung.
Disfagia di mana terdapat nyeri telan karena kerusakan epitel hipofaring.
Koilonikia dan disfagia disebabkan oleh kurangnya zat besi pada epitel yang juga
menyebabkan atrofi papil lidah (lidah licin dan mengkilap) serta stomatitis
angularis (keradangan pada sudut mulut, berwarna pucat keputihan). Stomatitis
juga dapat diakibatkan karena kurangnya oksigenasi pada jaringan tersebut
dikarenakan mengutamakan suplai O2 pada organ vital. Pica (keinginan memakan
makanan yang tidak lazim) pada ADB, penulis belum dapat menjelaskan
bagaimana bisa terjadi pada ADB.

Pada pemeriksaan laboratorium, ADB bisa diidentifikasi melalui penurunan


kadar Hb, MCV < 70 fl (DD: thalassemia major), penurunan serum besi (< 50
µg/dl), penurunan indeks eritrosit keseluruhan yang menggambarkan apusan darah
tepi mikrositik hipokromik, anisositosis, dan poikilositosis. Selain itu adanya
peningkatan TIBC (> 360 µg/dl) dan penurunan saturasi transferin (< 15%)
merupakan hasil laboratorium khas pada anemia defisiensi besi yang dapat
membedakan dengan anemia lainnya. Hercberg untuk daerah tropic menganjurkan
angka ferritin serum < 20 mg/l untuk diagnosis ADB. Peningkatan reseptor
transferin dalam serum dapat membedakan antara ADB dengan anemia penyakit
kronik. Dan pemeriksaan laboratorium besi sumsum tulang merupakan pembeda
antara ADB dengan anemia mikrositik hipokromik lainnya di mana pada ADB
besi sumsum tulang negative (tidak terdapat besi dalam sumsum tulang)
sedangkan anemia mikrositik hipokromik lainnya meningkat atau normal.

10.3 Peran pasien / keluarga untuk pemyembuhan

Pemantauan Terapi
a. Periksa kadar hemoglobin setiap 2 minggu
b. Kepatuhan orang tua dalam memberikan obat
c. Gejala sampingan pemberian zat besi yang bisa berupa gejala gangguan
gastrointestinal misalnya konstipasi, diare, rasa terbakar diulu hati, nyeri
abdomen dan mual
d. Gejala lain dapat berupa pewarnaan gigi yang bersifat sementara.
e. Tumbuh Kembang
f. Penimbangan berat badan setiap bulan
g. Perubahan tingkah laku
h. Daya konsentrasi dan kemampuan belajar pada anak usia sekolah dengan
konsultasi ke ahli psikologi
i. Aktifitas motoric

10.4 Pencegahan penyakit Anemia defisiensi besi pada anak

Telah dikemukakan di atas salah satu penyebab defisiensi besi ialah kurang
gizi.Besi di dalam makanan dapat berbentuk Fe-hemedan non-heme. Besi non-
hemeyang antara lain terdapat di dalam beras,bayam, jagung, gandum, kacang
kedelai berada dalam bentuk senyawa ferriyang harus diubah dulu di dalam
lambung oleh HCL menjadi bentuk ferroyang siap untuk diserap di dalam usus.
Penyerapan Fe-non heme dapat dipengaruhi oleh komponen lain di dalam
makanan. Fruktosa, asam askorbat (vitamin C), asam klorida dan asam amino
memudahkan absorbsi besi sedangkan tanin (bahan di dalam teh), kalsium dan
serat menghambat penyerapan besi. Berbeda dengan bentuk non-heme, absorpsi
besi dalam bentuk heme yang antara lain terdapat di dalam ikan, hati, daging sapi,
lebih mudah diserap. Disini tampak bahwa bukan hanya jumlah yang penting tetapi
dalam bentuk apa besi itu diberikan. Anak yang sudah menunjukkan gejala ADB
telah masuk ke dalam lingkaran penyakit, yaitu ADB mempermudah terjadinya
infeksi sedangkan infeksi mempermudah terjadinya ADB. Oleh karena itu
antisipasi sudah harus dilakukan pada waktu anak masih berada di dalam stadium I
& II. Bahkan di Inggris, pada bayi dan anak yang berasal dari keluarga dengan
sosial ekonomi yang rendah dianjurkan untuk diberikan suplementasi besi di dalam
susu formula. 1

Daftar Pustaka
Booth IW, Aukett MA. Iron deficiency anemia in infancy and early childhood. J. Arch
Dis Child 1997;76:549-54.

M. Abdulsalam. Prevalensi defisiensi besi pada anak di RSCM, Jakarta. Diajukan pada
KONAS PHTDI,Bandung 1980. Aspek klinis dan pencegahan anemia
defisiensi. Dalam: Nasar SS, Agoesman S, penyunting.

Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak FKUI


XIX. 8-9 Sept. 1989. Jakarta:Balai Penerbit FKUI, 1989. h. 111-9.

Demaeyer, Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi.Widya Mendika


Jakarta, 1995.

Ronald A; Richard A. McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan


Laboratorium. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai