Anda di halaman 1dari 10

DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS REJOSO

Astri Candra Wiranti1, Rahayu Budi Utami2, Aprillia Qoirrun Nisa’3


1
Mahasiswa STIKes Satria Bhakti Nganjuk, 2Dosen STIKes Satria Bhakti Nganjuk, 3Dosen STIKes Satria Bhakti Nganjuk

ABSTRACT
Background. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada
bayi usia 0-6 bulan (Purwanti, 2012). Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
pemberian ASI eksklusif adalah dukungan suami. Dukungan suami dapat membantu menentukan
kelancaran pengeluaran ASI, hal ini mempengaruhi refleks oksitosin yang dapat menggerakkan
otot dan jaringan di sekitar kelenjar penghasil ASI sehingga produksi ASI dapat meningkat
(Nugroho, 2011).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan
pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di wilayah kerja Puskesmas Rejoso. Method. Desain
Penelitian korelasi dengan pendekatan Cross Sectional pada tanggal 17 April-4 Mei 2017. Populasi
sebanyak 43 ibu bekerja yang memiliki bayi usia 0-6 bulan. Sampel sejumlah 36 responden dengan
teknik pengambilan sampel Purposive Sampling. Variabel Independen adalah Dukungan Suami,
sedangkan variabel Dependen adalah Pemberian ASI Eksklusif, keduanya menggunakan instrumen
pemberian kuesioner dari Aspuah (2013) dan Hasyim (2012). Analisa data dengan Uji Contigency
Coefisient dengan α= 0,05. Result. Hasil penelitian setengahnya 18 responden (50%) memiliki
dukungan suami kategori baik 50% dan sebagian besar 20 responden (56 %) memberikan ASI
eksklusif. Dimana setengahnya 18 responden (50%) dukungan suami dengan pemberian ASI
Eksklusif pada ibu bekerja dalam kategori baik. Uji statistik didapatkan hasil ρ value= 0,000 ≤ α=
0,05 dan r= 0,671, maka Ha diterima dan Ho ditolak berarti ada hubungan antara dukungan suami
dengan pemberian ASI eksklusif pada Ibu bekerja di wilayah kerja Puskesmas Rejoso dengan
dengan tingkat korelasi kuat. Conclusion. Dukungan suami dapat dioptimalkan untuk
meningkatkan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja dengan memberikan motivasi dan
dukungan, baik dukungan material, informasi, penghargaan ataupun emosional.

Kata kunci : Dukungan suami, Pemberian ASI Eksklusif, Ibu Bekerja.

Pendahuluan tentang ASI dan sosial ekonomi (Nirwana,


Menyusui bayi sudah menjadi budaya 2014). Hasil penelitian Abdullah dan Ayubi
orang Indonesia. Menyusui adalah hak bayi (2013) bahwa prevalensi pemberian ASI
yang harus dipenuhi oleh ibu yang Eksklusif cenderung masih rendah karena
melahirkan, tetapi kenyataanya menyusui ibu bekerja.
tidaklah semudah seperti yang dibayangkan.
Praktek pemberian ASI masih buruk Kontinuitas ibu bekerja dalam
terutama dalam pemberian ASI eksklusif. pemberian ASI eksklusif sangat dipengaruhi
Pemberian ASI eksklusif yang buruk di oleh dukungan sosial dari orang lain yang
indonesia dipengaruhi oleh berbagai hal berinteraksi dengan ibu sehingga ibu
diantaranya adalah timbulnya fenomena tersebut dapat merasakan kenyamanan
wanita karier atau ibu merasa telah bekerja secara fisik dan psikologis. Orang lain
diluar rumah, pengetahuan yang kurang tersebut terdiri atas pasangan hidup, orang
tua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan
kerja, staf medis, serta anggota dalam pemberian ASI Ekslusif terendah di wilayah
kelompok masyarakat (Astutik, 2014). Hasil kerja Puskesmas Rejoso sebesar 65,2%.
wawancara yang dilakukan peneliti pada
tanggal 10 Januari 2017 dari 10 ibu yang Rendahnya pemberian ASI eksklusif
mempunyai bayi usia 7 sampai 25 bulan pada ibu bekerja dipengaruhi oleh gencarnya
hanya 2 yang diberikan ASI Eksklusif, 4 promosi susu formula karena lebih praktis,
bayi hanya diberi ASI selama 3 bulan takut badan menjadi gemuk, merasa
selanjutnya diberikan susu formula, 3 bayi ketinggalan zaman jika menyusui bayinya,
hanya mendapatkan ASI selama 1 bulan produksi ASI tidak mencukupi yang
diganti dengan susu formula dan 1 bayi dipengaruhi oleh kondisi fisik dan
tidak diberikan ASI ekslusif diganti dengan psikologis ibu, kurangnya kesadaran dan
susu formula selama 6 bulan lebih. pengetahuan tentang ASI eksklisif
(Sulistyowati, 2014). Hasil penelitian
Pada tahun 2016 WHO dan UNICEF Sulistyowati (2014) pemberian ASI
merekomendasikan Inisiasi Menyusui Dini eksklusif secara adekuat terbukti merupakan
dalam waktu satu jam setelah bayi lahir. salah satu intervensi efektif dapat
Namun, banyak yang tidak menerima ASI menurunkan AKB, selain itu dapat
eksklusif secara optimal, hanya sekitar 36% meningkatkan kesehatan dan kecerdasan
bayi usia 0-6 bulan di seluruh dunia yang anak. Bayi yang tidak mendapatkan ASI
mendapatkan ASI eksklusif selama periode eksklusif selama 6 bulan dan diganti dengan
2007-2014. Cakupan ASI Eksklusif di MP-ASI ataupun susu formula akan lebih
Negara ASEAN seperti India sudah banyak terserang penyakit seperti diare,
mencapai 46%, di Philipina 34%, di sembelit, batuk-pilek dan panas.
Vietnam 27% dan di Myanmar 24%
(Harnowo, 2012). Keputusan Menteri Bayi yang diberikan susu formula
Kesehatan Indonesia Nomor sangat rentan terserang penyakit seperti
450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7 April infeksi saluran pencernaan, meningkatkan
2004 telah menetapkan tentang pentingnya resiko alergi, meningkatkan resiko serangan
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan asma, menurunkan perkembangan kognitif
pada ibu di Indonesia, namun menurut dan meningkatkan resiko kegemukan
Survei Sosial Ekonomi Nasional (2013) (Nirwana, 2014). Maka dari itu pemberian
menunjukkan bahwa baru 38% bayi ASI eksklusif sangat penting untuk bayi dan
mendapat ASI di Indonesia (Infodatin, harus ditingkatkan karena dari hasil
2013). pengamatan pada praktik lapangan, bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif 6 bulan
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun frekuensi terkena diare sangat kecil bahkan
2013, presentase bayi yang mendapat ASI mulai minggu ke-4 sampai bulan ke-6 bayi
eksklusif di Indonesia adalah 54,3%. jarang defekasi (Purwanti,2012).
Cakupan pemberian ASI eksklusif di Jawa
Timur baru mencapai 70,8% dari target Menurut Dirjen Gizi dan KIA,
pemerintahan Indonesia sebesar 80% keberhasilan ibu menyusui untuk terus
(Infodatin, 2013). Data Dinas Kesehatan menyusui bayinya sangat ditentukan oleh
Kabupaten Nganjuk tahun 2016 diperoleh dukungan dari suami, keluarga, petugas
cakupan pemberian ASI Eksklusif dari 20 kesehatan, masyarakat serta lingkungan
puskesmas di Kabupaten Nganjuk mencapai kerja (Wahyuningsih, 2013). Pemberian ASI
83.3%. Dari data tersebut diperoleh cakupan eksklusif pada bayi bukan hanya tanggung
jawab ibu saja, dukungan suami, keluarga
dan masyarakat serta pihak terkait lainnya 1. Dukungan Suami Dalam Pemberian
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
kembali pemberian ASI eksklusif pada bayi. ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja Di
Menurut Astutik (2014) sekitar 50%
Wilayah Kerja Puskesmas Rejoso.
keberhasilan pemberian ASI eksklusif Tabel 4.3. Dukungan Suami Dalam
ditentukan oleh dukungan suami.
Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu
Tingkat keberhasilan pemberian ASI
eksklusif bisa berhasil sukses dengan adanya Bekerja Di Wilayah Kerja Puskesmas
dorongan suami kepada ibu menyusui.
Seorang suami yang mengerti dan Rejoso Tanggal 17 April – 04 Mei 2017.
memahami bagaimana manfaat ASI pasti
akan selalu membantu ibu mengurus bayi,
termasuk menggantikan popok, memandikan
bayi dan memberikan pijatan pada bayi. Dukungan Suami %
Sementara ibu, berusaha fokus Baik 18 50
meningkatkan kualitas ASI-nya, dengan Cukup 10 28
mengkonsumsi makanan bergizi seimbang Kurang 8 22
Total 36 100
dan melaukan pola hidup sehat. Mengingat
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat
pentingnya dukungan suami dalam
diketahui bahwa setengah dari responden
pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja,
untuk dukungan suami dalam kategori
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
baik yaitu 18 responden (50%).
dengan judul “Dukungan Suami Dengan
Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja 2. Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu
di Wilayah Kerja Puskesmas Rejoso”.
Bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas

Rejoso
Metode Tabel 4.4. Pemberian ASI Eksklusif Pada
Desain Penelitian korelasi dengan
pendekatan Cross Sectional pada tanggal 17 Ibu Bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas
April-4 Mei 2017. Populasi sebanyak 43 ibu
bekerja yang memiliki bayi usia 0-6 bulan. Rejoso Tanggal 17 – 28 April 2017.
Sampel sejumlah 36 responden dengan
teknik pengambilan sampel Purposive Pemberian ASI Eksklusif %
Sampling. Variabel Independen adalah Pemberian ASI Eksklusif 20 56
Dukungan Suami, sedangkan variabel Tidak Memberikan ASI
16 44
Dependen adalah Pemberian ASI Eksklusif, Eksklusif
keduanya menggunakan instrumen Total 36 100
pemberian kuesioner dari Aspuah (2013) dan Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui
Hasyim (2012). Analisa data dengan Uji bahwa sebagian besar dari responden
Contigency Coefisient dengan α= 0,05. memberikan ASI eksklusif yaitu 20
responden (56%).
Hasil penelitian
3. Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja Di

Wilayah Kerja Puskesmas Rejoso.

Tabel 4.5. Tabulasi Silang Hubungan Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Pada Ibu Bekerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Rejoso Tanggal 28 April 2017.

Pemberian ASI eksklusif


Tidak
Dukungan Pemberian ASI Total
memberikan
Suami Eksklusif
ASI Eksklusif
% % %
Baik 18 50 0 0 18 50
Cukup 2 6 8 22 10 28
Kurang 0 0 8 22 8 22
Total 20 56 16 44 36 100
Uji Contigency Coefisient didapatkan ρ value= 0,000 ≤ α= 0,05 dan
r= 0,671

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa setengah dari responden memilki dukungan

suami baik dan melaksanakan pemberian ASI eksklusif yaitu 18 responden (50%). Hasil uji

statistik Coefisient Contingency didapatkan p value = 0,000 ≤ α = 0,05 dan r = 0,671, sehingga

Ha diterima dan Ho ditolak, dapat disimpulkan ada hubungan dukungan suami dengan

pemberian ASI eksklusif pada Ibu bekerja di wilayah kerja Puskesmas Rejoso dengan tingkat

korelasi Kuat.

berasal dari suami, ayah, ibu maupun dari


mertua. Hal ini berdasarkan pada teori
yang menyebutkan bahwa dukungan
sosial keluarga mengacu pada
Pembahasan dukungan- dukungan yang dipandang oleh
1. Dukungan Suami Dalam Pemberian keluarga dapat diakses, diadakan, atau
ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja Di dapat dijangkau oleh keluarga (Astutik,
Wilayah Kerja Puskesmas Rejoso. 2014).
Dukungan suami merupakan salah Dukungan suami diharapkan mampu
satu bentuk interaksi yang didalamnya memberikan manfaat atau sebagai
terdapat hubungan yang saling memberi pendorong ibu dalam pemberian ASI
dan menerima bantuan yang bersifat eksklusif. Dukungan suami merupakan
nyata yang dilakukan oleh suami salah satu faktor yang mempengaruhi
terhadap istrinya (Hidayat, 2005). Pada sikap ibu ibu dalam pemberian ASI
dasarnya, dukungan suami mengacu eksklusif. Dukungan suami terdiri dari
kepada dukungan sosial keluarga yang empat jenis yaitu dukungan informasional,
dukungan pemilaian, dukungan kaum pria, dan wanita hanyalah bertugas
instrumental, dan dukungan emosional, untuk melayani kebutuhan dan keinginan
House (2000) dkutip dari Setiadi (2008). suami saja. Anggapan seperti ini dapat
Dukungan informasional didefinisikan mempengaruhi perlakuan suami terhadap
sebagai bentuk bantuan dalam wujud istri. Dari segi pendapatan atau pekerjaan
pemberian informasi tertentu. Dukungan bisa diartikan bahwa pekerjaaan
penilaian merupakan bentuk penghargaan merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh
yang diberikan seseorang kepada orang manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-
lain sesuai dengan kondisinya. Dukungan macam, berkembang dan berubah, bahkan
instrumental didefinisikan penyediaan seringkali tidak disadari oleh pelakunya.
yang dapat memberikan pertolongan Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang
langsung seperti pinjaman uang, hendak dicapainya, dan orang berharap
pemberian barang, makanan serta bahwa aktifitas kerja yang dilakukannya
pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat akan membawanya kepada suatu keadaan
mengurangi stress karena individu dapat yang lebih memuaskan daripada
langsung memecahkan masalahnya yang keadaan sebelumnya, Pandji Anaroga
berhubungan dengan materi. Sedangkan (2005) dikutip dari Bumi (2005).
dukungan emosional diungkapkan Menurut Bumi (2005) Pekerjaan erat
melalui komunikasi verbal dan kaitannya dengan suatu pendapatan.
nonverbal. Termasuk dukungan emosional Dimana sekitar 75%-100% pendapatan
antara lain mendengarkan, empati, masyarakat dipergunakan untuk
memberikan ketenangan dan menghibur. membiayai seluruh keperluan hidupnya.
Melalui bentuk dukungan emosional ini Sehingga sebagian besar waktu dihabiskan
dapat membantu mengembalikan rasa untuk bekerja agar kebutuhan hidup dapat
percaya diri atau mengurangi perasaan terpenuhi.
yang tidak adekuat. Pekerjaan merupakan hal utama yang
Menurut Bobak (2004), faktor yang mempengaruhi dukungan suami dalam
mempengaruhi dukungan suami antara lain pemberian ASI eksklusif, karena jika
adalah budaya, pendapatan atau pekerjaan kedua orang tua bekerja maka pemberian
dan tingkat pendidikan. Faktor tersebut ASI tidak bisa diberikan secara optimal.
berasal dari dalam diri seseorang, hal ini Selain itu jika suami lebih banyak
jelas dapat menyebabkan dukungan suami menghabiskan waktu untuk bekerja
yang diperoleh ibu berbeda antara ibu mengakibatkan ibu tidak memperoleh
yang satu dengan ibu yang lainnya karena dukungan yang optimal dalam memberian
tiap individu memiliki budaya, ASI eksklusif (Wahyuningsih, 2013).
pendapatan atau pekerjaan dan tingkat Sedangkan menurut penelitian sebelumnya
pendidikan yang berbeda. Faktor tersebut (Syaiffudin, 2013) menunjukkan tingkat
terkait dengan dukungan pendidikan akan mempengaruhi wawasan
informasional, dukungan penilaian, dan pengetahuan suami sebagai kepala
dukungan instrumental, dan dukungan rumah tangga. Semakin rendah
emosional, Caplan (1976) dikutip dari pengetahuan suami maka akses terhadap
Syaiffudin (2013). informasi kesehatan bagi keluarga akan
Dalam segi budaya masyarakat di berkurang sehingga suami akan kesulitan
berbagai wilayah Indonesia yang untuk mengambil keputusan secara efektif.
umumnya masih tradisional (Patrilineal), Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menganggap wanita tidak sederajat dengan setengah dari responden memiliki
dukungan suami yang baik dan oleh penelitian Sringati (2016) bahwa
melaksanakan pemberian ASI eksklusif.
Responden yang memiliki dukungan suami pendidikan yang tinggi seorang ibu
baik terbanyak adalah ibu bekerja,
mengenai ASI eksklusif dapat
penelitian ini berbanding terbalik dengan
teori yang sudah ada, bahwa pemberian meningkatkan cakupan pemberian ASI
ASI ekslusif tidak bisa optimal jika kedua
orang tua bekerja. Sedangkan fakta dari eksklusif yang ditargetkan pemerintah
penelitian ini menunjukan perbedaan
bahwa pekerjaan tidak menjadi penghalang sebanyak 80% dapat dicapai.
Penelitian serupa oleh Putri (2013)
dalam pemberian ASI eksklusif, karena
suami pada ibu bekerja telah memenuhi telah menunjukan bahwa perilaku
beberapa faktor yang mempengaruhi
dukungan suami terkait ASI eksklusif. menyusui sangat rendah diantara
Dukungan suami tersebut erat kaitanya
dengan dukungan informasional, perempuan berpendidikan tinggi dan
dukungan penilaian, dukungan
bekerja. Seorang Ibu yang bekerja diluar
instrumental, dan dukungan emosional
yang sudah di lakukan dengan baik oleh rumah untuk mendapatkan penghasilan
suami.
2. Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu disamping membesarkan dan mengurus

Bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas anak dirumah, ibu yang bekerja diluar

Rejoso. rumah secara signifikan berhubungan


Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu
dengan tingkat yang lebih rendah dalam
bekerja dalam pemberian ASI ekslusif
menyusui dan lebih pendek waktunya
adalah pendidikan, pekerjaan dan fasilitas.
dalam pemberian ASI Ekslusif (Putri,
Tingkat pendidikan dan pengetahuan Ibu
2013).
berpengaruh dalam praktek menyusui. Dari segi fasilitas tempat kerja dalam

Penelitian Singh (2010) menunjukkan penelitian Fayed et.al (2012) dikutip dari

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan Putri (2013) menyatakan tentang dampak

ibu, pengetahuan ibu semakin baik. Hal ini pekerjaan terhadap praktek pemberian ASI,

akan memberi kecenderungan ibu dalam bahwa sebagian besar ibu bekerja

bersikap memberikan ASI Eksklusif pada menghentikan pemberian ASI setelah

bayi. Tingkat pendidikan ibu pada kembali bekerja. Penelitian ini juga

pemberian ASI eksklusif hal ini diperkuat menunjukan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi penghentian pemberian ASI r = 0,671, sehingga Ha diterima dan Ho

adalah kurangnya fasilitas di tempat kerja ditolak, dapat disimpulkan ada hubungan

terhadap proses pemberian ASI yaitu dukungan suami dengan pemberian ASI

tempat memerah dan penyimpanan ASI. eksklusif pada Ibu bekerja di wilayah kerja
Berdasarkan hasil penelitian, Ibu yang
Puskesmas Rejoso dengan tingkat korelasi
bekerja tetap memberikan ASI Eksklusif.
kuat.
Sebagian besar ibu yang memberikan ASI Kontinuitas ibu bekerja dalam

eksklusif adalah ibu bekerja, hal tersebut pemberian ASI eksklusif sangat

karena di tempat kerja telah disediakan dipengaruhi oleh dukungan sosial dari

fasilitas untuk memerah ASI, ibu bekerja orang lain yang berinteraksi dengan ibu

juga tidak pernah memberikan tambahan sehingga ibu tersebut dapat merasakan

MP-ASI selama 6 bulan dan sebagian ibu kenyamanan secara fisik dan psikologis.

bekerja tetap memberikan ASI Eksklusif Orang lain tersebut terdiri atas pasangan

meskipun masa cuti selesai. Selain itu hidup, orang tua, saudara, anak, kerabat,

sebagian besar ibu yang bekerja memiliki teman, rekan kerja, staf medis, serta

informasi tentang ASI eksklusif sehingga anggota dalam kelompok masyarakat

timbul kesadaraan untuk memberikan ASI (Astutik, 2014). Menurut Dirjen Gizi dan

eksklusif selama 6 bulan. KIA, keberhasilan ibu menyusui untuk


3. Hubungan Dukungan Suami Dengan
terus menyusui bayinya sangat ditentukan
Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja
oleh dukungan dari suami, keluarga,
Di Wilayah Kerja Puskesmas Rejoso.
Berdasarkan hasil penelitian petugas kesehatan, masyarakat serta

menunjukkan bahwa setengah dari lingkungan kerja (Wahyuningsih, 2013).

responden memilki dukungan suami baik Pemberian ASI eksklusif pada bayi bukan

dan melaksanakan pemberian ASI hanya tanggung jawab ibu saja, dukungan

eksklusif yaitu 18 responden (50%). Hasil suami, keluarga dan masyarakat serta pihak

uji statistik Coefisient Contingency terkait lainnya sangat dibutuhkan untuk

didapatkan p value = 0,000 ≤ α = 0,05 dan


meningkatkan kembali pemberian ASI oksitosin sehingga produksi ASI

eksklusif pada bayi. meningkat (Wahyuningsi, 2013).


Menurut Astutik (2014) sekitar 50% Seorang Ibu yang bekerja akan

keberhasilan pemberian ASI eksklusif mengalami banyak hambatan. Salah satu

ditentukan oleh dukungan suami. Sejalan hal yang bisa menggurangi hambatan

dengan penelitian Syaiffudin (2013) dalam adalah dengan memberikan dukungan

penelitiannya menemukan ada hubungan sosial terutama dukungan suami. Seorang

bermakna antara dukungan suami dengan suami yang memberikan dukungan kepada

tindakan istri dalam pemilihan alat istri baik dukungan informasional,

kontrasepsi suntik, bahwa semaikn baik penilain,instrumental ataupun emosional

dukungan suami akan meningkatkan akan meringankan beban istri, sehingga

keharmonisan keluarga. Selain itu istri menjadi nyaman dan merasa dibantu

diperkuat dengan penelitian Novyta (2009) sehingga termotivasi untuk memberikan

terdapat hubungan yang signifikan antara ASI eksklusif. Sebaliknya, dukungan

tingkat dukungan suami dengan suami yang kurang akan menjadikan istri

mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian terbebani sehingga lebih memilih cara

anemia pada ibu hamil trimester III, yang praktis seperti menggunakan susu

menunjukkan bahwa dukungan suami yang formula.

rendah dapat meningkatkan angka kejadian

anemia sebaliknya jika semakin tinggi Kesimpulan


Setengahnya 18 responden (50%) ibu
dukungan suami kemungkinan kejadian bekerja di wilayah kerja Puskesmas Rejoso
mendapat dukungan suami dalam kategori
anemia semakin rendah. Dukungan suami
baik. Sebagian besar 20 responden (56%) ibu
dapat membantu menentukan kelancaran bekerja di wilayaj kerja Puskesmas Rejoso
memberikan ASI eksklusif. Ada hubungan
refleks pengeluaran ASI (milk let down dukungan suami dengan pemberian ASI
eksklusif pada Ibu bekerja di wilayah kerja
reflex) pada keadaan emosi atau perasaan Puskesmas Rejoso dengan tingkat korelasi
kuat, hal tersebut berdasarkan uji Coefisient
ibu, hal ini mempengaruhi refleks
Contingency dengan p value = 0,000 ≤ α =
0,05 dan r = 0,671.
<http://m.detik.com/health/read> [Dia
Daftar Pustaka kses tanggal 31 Desember 2016].
Abdulah dan Ayyubi. (2013). Determinan
Perilaku Pemberian Air Susu Ibu pada Hasyim, Wakhid. (2012). Hubungan Tingkat
Ibu Bekerja. Jurnal Kesehatan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian
Masyarakat Nasional Vol.7, No. 7. ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumbersari Madiun.
Afifah, D.N. (2007). Faktor yang Berperan Skripsi. Nganjuk : STIKes Satria
dalam Kegagalan Praktik Pemberian Bhakti Nganjuk.
ASI Eksklusif. Bersumber dari :
<http://eprints.undip.ac.id/1034/ Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar
1/ARTIKEL_ASI.pdf > [Diakses Ilmu keperawatan Anak jilid 1. Jakarta
tanggal 08 Januari 2017]. : Salemba Medika.

Arikunto, Suharsimi. ( 2010). Prosedur (2008). Metode


Penelitian Suatu Pendekatan Penelitian Keperawatan dan Teknik
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Analisis Data. Jakarta : Salemba
Medika.
Aspuah, Siti. ( 2013). Kumpulan Kuesioner
Dan Instrumen Penelitian Kesehatan. Infodatin. (2013). Situasi dan Analisis ASI
Yogyakarta : Nuha Medika. Eksklusif. Bersumber dari :
<http://www.depkes.go.id/resources/d
Astutik, Reni Yuli. (2014). Payudara dan
ownload/pusdatin/infodatin/infodatin-
Laktasi. Jakarta : Salemba Medika.
asi.pdf> [Diakses tanggal 30
Bobak, dkk. (2004). Buku Ajar keperawatan Desember 2016].
Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Kristiyanasari. (2011). ASI, Menyusui dan
Bumi, Cindar. (2005). Pengaruh Ibu yang SADARI. Yogyakarta : Nuha Medika.
Bekerja Terhadap Status Gizi Anak
Balita Di Kelurahan Mangunjiwan Nirwana, Ade Benih. (2014). ASI dan65Susu
Kabupaten Demak. Skripsi. Semarang Formula. Yogyakarta : Nuha Medika.
: Universitas Negeri Semarang.
Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian
Dahlan, M. Sopiyudin (2011). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
untuk Kedokteran dan Kesehatan
Novyta, Rosha Nera. (2009). Hubungan
Uji Hipotesis dengan Menggunakan
Dukungan Suami Tentang Konsumsi
SPSS. Jakarta : PT. Arkans.
Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia
DinKes. (2016). Pencapaian ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Trimester III Di
Puskesmas Mergangsan Yogyakarta.
pada Bayi Usia 0-6 Bulan Per
Jurnal Kebidanan keperawatan : Vol.
Puskesmas Di Kabupaten Nganjuk.
5, No. 2.
Nganjuk : Dinas Kesehatan Kabupaten
Nganjuk. Nugroho, Taufan. (2011). ASI dan Tumor
Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika.
Harnowo, A. (2012). Data UNICEF Cakupan
ASI Eksklusif di Negara ASEAN.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Wahyuningsih, Dian. (2013). Dukungan
Ilmu Keperawatan: Pendekatan Suami Dalam Pemberian ASI Ekslusif.
Praktik/Nursalam. Jakarta: Salemba Jurnal Keperawatan Maternitas Vol. 1,
Medika. No.2.

Purwanti. (2012). Konsep Penerapan ASI WHO. (2016).Infant and Young Child
Eksklusif. Jakarta: EGC. Feeding. [Internet] Bersumber dari :
<http://www.who.int/mediacentre/fact
Putri, Anun. (2013). Hubungan Antara sheets/fs342/en/> [Diakses tanggal
Pengetahuan Ibu Bekerja Tentang 13 Desember 2016 ].
Managemen Laktasi Dan Dukungan
Tempat Kerja Dengan Perilaku Ibu
Dalam Pemberian ASI Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kartasura. Skripsi.
Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Riwidikdo, Handoko (2012). Statistik


Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik


Penulisan Riset Keperawatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

(2008). Konsep dan Proses


keperawatan Keluarga. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Sringati, dkk. (2016). Hubungan


Pengetahuan Dan Motivasi Ibu
Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di
Desa Jono’oge. Jurnal Kesehatan
Tadulako Vol. 2, No. 1.

Sulistyowati, Tutuk, dkk. (2014). Perilaku


Ibu Bekerja Dalam Memberiakn ASI
Eksklsuif Di Kelurahan Japanan
Wilayah Kerja Puskesmas Kemlagi
Mojokerto. Jurnal Promkes Vol. 2, No.
1.

Syaifuddin, M. Ilham. (2013). Dukungan


Suami dengan Tindakan Istri dalam
Pemilihan Kontrasepsi Suntik Di Desa
Warujayeng Kecamatan Tanjunganom
Kabupaten Nganjuk. Skripsi.
Nganjuk : STIKes Satria Bhakti
Nganjuk.

Anda mungkin juga menyukai