Abstrak
Abstrak
Hubungan antara berat tas ransel dengan nyeri leher pada siswa usia 7-12 tahun
LATAR BELAKANG
Nyeri leher adalah nyeri yang dirasakan pada bagian atas tulang belakang dan merupakan
salah satu keluhan musculoskeletal yang menjadi masalah kesehatan pada anak usia sekolah.
Penyebab nyeri leher pada anak sekolah biasanya disebabkan oleh penggunaan tas ransel.
Sesuai dengan tuntutan kurikulum yang tinggi terjadi peningkatan berat tas ransel yang
dibawa. Ransel yang dibawa oleh siswa sekolah, yang dikenal sebagai tugas sehari-hari
dalam hidup mereka diduga berhubungan dengan peningkatan risiko masalah kesehata seperti
nyeri leher.
METODE
Penelitian menggunakan studi analitik observasional dengan desain Cross-sectional.
Penelitian ini mengambil sample dengan cara simple random sampling. Sampel yang
digunakan adalah 176 siswa yang menggunakan tas ransel usia 7-12 tahun selama bulan
September hingga Oktober 2016. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara meliputi
karakteristik subjek, riwayat keluhan nyeri leher, pengukuran berats tas ransel, dan berat
badan. Pengukuran keluhan nyeri leher menggunakan Visual Analog Scale. Analisi data
menggunakan uji anova dan uji korelasi Pearson dengan tingkat kemaknaan p<0,05 software
SPSS for Windows versi 21.
HASIl
Hasil menunjukan terdapat hubungan antara berat tas ransel dengan nyeri leher dengan
menggunakan analisis regresi linear (anova) dengan hasil p=0,00 (p<0,05) dan dengan uji
korelasi Pearson p=0,00 dengan r=0,326 yang menandakan adanya korelasi searah yang
lemah antara berat tas ransel dengan nyeri leher.
KESIMPULAN
Semakin tinggi berat tas ransel yang dibawa, maka semakin tinggi pula intensitas nyeri leher
yang dirasakan.
The Relationship Between Weight Backpack and Neck Pain Among Student added 7-12
years
TEKS
PENDAHULUAN
Nyeri leher adalah nyeri yang dirasakan pada bagian atas tulang belakang. Ini merupakan
tanda bahwa sendi, otot, atau bagian lain dari leher terluka, tegang, atau tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.(1) Nyeri leher merupakan salah satu keluhan nyeri muskuloskeletal
yang menjadi masalah kesehatan pada anak usia sekolah. Berdasarkan penelitian
Shamsoddini AS sekitar 27,6% anak sekolah mengalami nyeri leher.(2) Dan penelitian yang
dilakukan oleh Ujjawal mendapakan hasil bahwa anak sekolah yang mengalami nyeri leher
sebanyak 26,3%.(3) Nyeri leher yang sangat hebat bisa menganggu aktivitas anak. Salah satu
faktor penyebab keluhan nyeri leher pada anak adalah penggunaan tas sekolah.(3)
Tas sekolah menjadi bagian tak terpisahkan dari siswa sekolah sehingga identik dengan
mereka. Tas sekolah digunakan sebagai wadah buku dan alat sekolah lainnya untuk dibawa
ke sekolah. Belakangan ini, dengan tuntutan kurikulum yang tinggi maka terjadi peningkatan
beban tas. Sekolah sering memberi pekerjaan rumah, tugas-tugas, dan kegiatan
ekstrakurikuler yang berdampak pada banyaknya material yang harus dibawa siswa sekolah.
Sementara, dari berbagai jenis tas yang ada, tas ransel merupakan tas yang banyak
digunakan.(4) Dilaporkan bahwa sekitar lebih 4 juta siswa di Amerika membawa materi dan
Sejumlah penelitian telah memperkirakan bahwa bobot rata-rata maksimum ransel sekolah
pada siswa harus 10% dari berat badan . Bukti dari epidemiologi, fisiologis, dan studi
biomekanik menunjukkan bahwa berat ransel sekolah yang menjadi benar dan sesuai standar
yaitu ketika beratnya 10% sampai 15% dari berat badan.(6) Ransel yang dibawa oleh siswa
sekolah, yang dikenal sebagai tugas sehari-hari dalam hidup mereka, dan diduga
berhubungan dengan peningkatan risiko masalah kesehatan seperti : nyeri leher, pola jalan,
postur tubuh.(7)
Penyebab nyeri leher akibat penggunaan tas ransel pada anak sekolah didukung oleh
penelitian yang dilakukan di New Zealand pada tahun 2005 menunjukan bahwa kebanyakan
keluhan nyeri musculoskeletal di leher, bahu, dan punggung diakibatkan oleh karena beban
yang berat dalam penggunaan ransel.(8) Penelitian yang dilakukan oleh Neelima Navuluri dan
Ramesh Navuluri di New Maxico, mendapatkan bahwa presentase nyeri leher yang dialami
oleh anak perempuan lebih besar (69% ) dari pada pada anak laki-laki (44%).(9)
Penelitian mengenai nyeri leher yang berhubungan dengan berat tas ransel pada siswa
sekolah di Jakarta belum pernah dilakukan, oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai hubungan berat tas ransel dengan nyeri leher pada siswa usia
7-12 tahun.
METODE
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan antara berat tas ransel dengan nyeri
leher. Populasi yang dipilih pada penelitian ini adalah siswa yang menggunkan tas ransel di
Sekolah Dasar Negeri Grogol 11 pagi Grogol, Jakarta Barat pada Agustus sampai Oktober
2016 yang berjumlah 176 orang. Sampel yang akan diteliti adalah subjek yang memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah siswa yang berusia 7-12
tahun, siwa yang menggunakan tas ransel, dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Sedangkan kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah responden yang absen pada saat
pemeriksaan, yang memiliki penyakit leher bawaan, yang memiliki kelainan postur tubuh ,
yang pernah mengalami cedera trauma pada tulang belakang dan ekstremitas inferior, dan
random sampling yaitu penarikan sampel secara acak sederhana atau random.
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara dan melengkapi kuesioner yang meliputi
karakteristik subjek, riwayat keluhan nyeri leher, penimbangan berat tas ransel. Pengukuran
keluhan nyeri leher menggunakan Visual Analog Scale. Instrumen yang digunakan adalah
Data yang telah terkumpul kemudian diolah melalui langkah-langkah seperti editing, coding,
entry, dan cleaning data dengan SPSS version 21 for Windows 8.1. Analisis data
menggunakan uji anova dan uji korelasi Peorsan dengan tingkat kemaknaan p<0,05
HASIL
Analisis univariat ini akan mendeskripsikan masing-masing variabel yang akan diteliti. Pada
tabel 5.1.1 akan dijabarkan tentang distribusi karakteristik responden yaitu usia, jeniskelamin,
berat .
Variabel N %
Umur
7 tahun 9 5.11
8 tahun 32 18.18
9 tahun 37 21.02
10 tahun 38 21.59
11 tahun 31 17.61
12 tahun 29 16.48
Jenis Kelamin
Laki-laki 90 51.14
Perempuan 86 48.86
Berat tas ransel
1-3 kg 106 60,20
3-5 kg 69 39,2
>5 kg 1 0,6
Nyeri leher
Ya 64 36.40
Tidak 112 63.60
Intensitas Nyeri
Tidak Nyeri 112 63.60
Sangat sedikit 16 9.10
Sedikit 28 15.90
Nyeri 13 7.40
Sangat Nyeri 7 4.00
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 176 orang (100%) yang menjadi objek
tahun, yakni sebesar 21,59% atau sejumlah 38 orang dari total keseluruhan responden
penelitian. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin frekuensi terbanyak adalah laki-laki yakni
sebesar 51,14 % atau sejumlah 90 orang. baerdasarkan range berat tas, frekuensi terbanyak
adalah berat tas 1 sampai 3 kg yakni sebesar 60,20% atau sejumlah 106 oran berdasarkan
karakteristik nyeri leher, frekuensi terbanyak adalah tidak mengalami nyeri leher, yaitu
sebesar 63,60% atau sejumlah 112 orang. Adapun berdasarka intensitas nyeri, frekuensi
terbanyak adalah kategori tidak mengalami nyeri leher yakni sebesar 63,60% atau sejumlah
112 orang.
Berdasarkan tabel 5.2 total responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebanyak 176
orang siswa (100%) dengan rata-rata berat badan siswa adalah 31.9 kg dan rata-rata berat tas
Analisis bivariat digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang antara variabel
bebas dengan variabel tergantung. Pada penelitian ini akan dicari hubungan antara berat tas
INTENSITAS NYERI
NYERI NYERI
N N N N N N N
1-3 kg 80 9 10 5 2 0 106
3-5 kg 32 7 18 8 4 0 69 0,000*
>5kg 0 0 0 0 1 0 1
*UJI ANOVA
Berdasarkan table 5.2.1 didapatkan bahwa frekuesi terbesar adalah responden dengan berat
tas 1 sampai 3 kg dengan intensitas nyeri 0 yaitu tidak nyeri yaiTU sejumlah 80 orang.
Berdasarkan beras 3 sampai 5 kg, responden terbayak dengan intensitas nyeri 0 yaitu tidak
nyeri yakni sejumlah 32 orang . sedangkan untuk beras tas yang lebih dari 5 kg didapatkan
responden terbanyak dengan intensitas nyeri 6 yaitu nyeri yakti sejumlah 1 orang. Dari hasil
uji anova didapatkan nilai p 0,000 (p<0,05) sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubunga
Gambar. 5.2.1 Kurva hubungan antara berat tas dengan intensitas nyeri
Tabel 5.2.2 Tabel hasil uji korelasi antara berat tas ransel dengan intensitas nyeri
p<0,001 *
N = 176
Berdasarkan tabel 5.2.2 didapatkan hasil uji antara berat tas ransel dengan intensitas nyeri
leher dengan nilai p 0,000 (,0,005) dan r 0,326. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
Peneliti menemukan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara berat tas ransel dengan
nyeri leher pada siswa usia 7 sampai 12 tahun. Hal ini dapat disimpulkan dari hasil uji
statistik menggunakan uji anova dimana didapatkan nilai p =0,000 (P<0,005) dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara berat tas dengan nyeri leher
pada siswa usia 7 sampai 12 tahun, Penelitian ini mendukung penelitian yang sebelumnya
dilakukan oleh Iman nagirat et al yang menunjukan terdapat hubungan antara berat tas dan
nyeri leher pada siswa usia 12 sampai 14 tahun.(37) Sedikit berbeda dari karakteristik umur
yang diteliti oleh peneliti, namun dari hasil penelitian peneliti diperoleh data bahwa usia lebih
Dan berdasarkan dari hasil uji korelasi dengan spreaman’s rho didapatkan nilai p=0,000
dengan r=0,326 hal ini menunjukan adanya hubungan antara berat tas dengan nyeri leher. Hal
ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Navaluri et al, didadaptkan nilai p <0,005
dengan nilai r=0,392.(9) Sesuai dengan teori yang mengungkapkan bahwa beban tas yang
berat akan menyebabkan peregangan otot yang kemudian mengubah pusat gravitasi
seseorang, dimana seseorang akan mengkompensasinya dengan membuat bagian kepala dan
badan kearah depan sehingga terjadi perubahan postur pada bagian kepala dan leher berupa
penurunan sudut craniovertebra hal ini mengidentifikasi adanya forward head posture.
Dimana semakin kedepan kepala seseorang semakin berat juga kerja otot leher dan otot
punggung atas untuk menahan jatuhnya kepala didada. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
Adanya perbedaan kurikulum antara Negara dapat mempengaruhi berat tas yang dibawa oleh
siswa hal ini dapat dilihat dari jumlah buku dan perlengkapan sekolah lainnya yang mereka
bawa kesekolah, Dari data analisis penelitian ini didapatkan hasil anak yang paling berat
tasnya yaitu lebih dari 5 kg mengalami keluhan sangat nyeri pada lehernya, hal ini
menujukan semakin berat beban tas yang dibawa semakin meningkat pula intensitas nyeri
leher yang dirasakan, ini sesuai dengan penelitian yang dialkukan oleh Samsodini A.R
dimana didapatkan 26,7 % siswa mengalami nyeri leher dengan nilai p,0,005.(2) American
physical therapy association menyarankan agar anak tidak membawa tas dengan berat lebih
dari 10-15% dari berat badan mereka.(29) sehingga dapat mengurangi beban pada kinerja otot-
otot dan tulang belakang pada penggunaan tas yang lebih ringan.
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara berat tas ransel dengan nyeri leher,
maka dapat disimpulkan bahwa : Prevalensi nyeri leher pada siswa usia 7-12 tahun sebesar
36,40% atau sebanyak 64 siswa Rerata berat tas ransel yang dibawa oleh siswa usia 7-12
tahun adalah 2,94 Terdapat hubungan antara berat tas ransel dengan nyeri leher pada siswa
usia 7-12 tahunSemakin tinggi berat tas ransel yang dibawa, maka semakin tinggi pula
intensitas nyeri leher yang dirasakan. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disarankan
untuk penelitian selanjutnya memperluas populasi penelitian besar sampel yang diteliti
dengan cara melakukan penelitian dibeberapa sekolah. Sehingga dapat mewakili populasi
didaerah tertentu. Perlu diadakannya edukasi yang baik pada siswa ataupun orang tua
mengutamkan kesehatan dengan mencegah nyeri leher yang diakibatkan oleh beratnya tas
ransel yang dibawa. Disarankan agar sekolah perlu memberikan fasilitas loker untuk
menyimpan perlengkpan sekolah seperti buku, baju olahraga, dll agar meringankan siswa
membawa tas sekolahnya. Disarankan agar anak-anak dapat mengurangi beban yang mereka
bawa ke dalam tas mereka dengan cara memilih barang-barangyang memang diharuskan
untuk dibawa