Anda di halaman 1dari 18

AKUNTANSI PENANAMAN DANA BANK

Bank merupakan lembaga perantara yang menghimpun dana dan menempatkannya


dalam bentuk aktiva produktif misalnya kredit. Penempatan dalam bentuk kredit akan
memberikan kontribusi pendapatan bunga bagi bank. Kontribusi pendapatan bunga kredit di
Indonesia masih mendominasi pendapatan bank dibanding dari fee based income.
Penanaman dana bank meliputi penanaman dana dalam alat likuid atau kas,
penanaman dana pada lembaga keuangan, penanaman dana dalam bentuk perkreditan dan
penanaman dana dalam aktiva tetap.Penanamandana bank yang
harusdilakukanbertujuanuntukmenciptakanpendapatan bank
melaluipenciptaanaktivaproduktif yang menghasilkan.
Besarnyapenempatandanaharusselaludiperhitungkanolehtiap bank agar pendapatan
yang dihasilkandapatmembayarbiayadana yang telahdipergunakan, menutupikebutuhan
biayaoperasionalatau overhead, resiko yang diperhitungkan, dansejumlah margin ataulaba
yang dikendaki.
Jenis penanaman dana antara lain: remise atau pengiriman uang antar cabang dalam
bentuk suatu bank, penanaman pada bank lain dalam bentuk giro, deposito berjangka , call
money, deposito deposits on call, surat berharga, serta penanaman dana dalam bentuk kredit.

1. KAS DAN BANK

Dalam penanaman dana kas untuk tujuan operasional harus diperhatikan dasar
kebutuhan dana rata-rata uang tunai setiap hari. Sedangkan penanaman dana kas ke bank lain
harus memperhatikan syarat minimum yang harus dipelihara oleh bank (5% dari dana
masyarakat yang dimiliki oleh bank), sehingga terjada likuiditasnya.
Berkenaandengansyarat minimum alat likuid yang harus ada, semua bank diwajibkan
untuk mempertahankan saldo giro minimal di Bank Indonesia sebesar lima persen dari dana
masyarakat yang dimiliki. Oleh sebab itu, setiap bank harus memiliki informasi akuntansi
yang akurat akan posisi dana masyarakat. Tujuan dari memelihara minimum alat likuid ini
adalah selain untuk memelihara likuiditas juga untuk menghindari terjadinya over atau under
liquid, memanfaatkan kelebihan dana untuk dapat disalurkan kepada aktiva yang dapat
menciptakan pendapatan.
Tujuan penanaman uang kas
Untuk kegiatan operasional
Untuk memelihara likuiditas
Untuk menghindari terjadinya over/underliquid
Untuk memanfaatkan kelebihan dana
Pendapatan

1.1. Remise
Remise adalah pengiriman uang secara fisik dari satu bank ke bank lain atau dari satu
cabang kecabang lainnya. Lazimnya remise dilakukan antar cabang suatu bank.
Akuntansi remise:
a. Saat pengiriman uang fisik ke cabang
D: RAK- Cabang
K: Kas
b. Saat menerima uang fisik dari cabang
D: Kas
K: RAK- Cabang
Sebagaicontoh Bank Omega-Jakarta mengirimuangsecarafisiksebesarRp500.000.000
tunaikepada Bank Omega-Bandung disebabkankebutuhanalatlikuid di cabangtersebut. Oleh
Bank Omega-Jakarta akandibukukan:
RAK – Cabang Bandung Rp 500.000.000
Kas Rp 500.000.000
Oleh Bank Omega-Bandung, setelahmenerimauangsecarafisiktersebutakandibukukan:
Kas Rp 500.000.000
RAK-Cabang Jakarta Rp 500.000.000
1.2. Penanaman Alat Likuit dalam Rekening Bank Lain

Akuntansi penanaman pada bank lain:


1. Saat penanaman
D: Bank lain-deposito
D: Bank lain- Call money
K: BI- Giro
Sebagaicontoh, apabila Bank Omega-Jakarta membelidepositoberjangka Bank ABC
sebesarRp 200.000.000 sukubunga 24% setahun, jangkawaktu 3 bulan.Disampingitu, Bank
Omega-Jakarta menempatkansebagiandananyapada Bank XYZ-Jakarta untukcall money
sebesarRp 400.000.000 dengansukubungasebesar 30% setahun,danadapatditariksewaktu-
waktu. Bank Omega jugamenempatkanuangnyapada Bank RST-Jakartadalambentukdeposits
on call sebesarRp 450.000.000 sukubunga 26% setahun,jangkawaktu 2 bulan.
Pembayarankepadalembagakeuangantersebutdiatasdilakukanatasbebanrekeninggiro Bank
Omega-Jakarta pada Bank Indonesia.
Oleh Bank Omega-Jakarta dibukukansebagaiberikut :
Bank-Bank Lain-DepositoBerjangka-Rekening Bank ABC-Jakarta Rp 200.000.000
Bank-Bank Lain-Call Money- RekeningBank XYZ Jakarta Rp 400.000.000
Bank-Bank Lain-Deposits On Call-Rekening Bank RST-Jakarta Rp 450.000.000
Bank Indonesia Rp 1.050.000.000
2. Saat penerimaan bunga:
D: Bank lain-deposito
K: pendapatan bunga-deposito

Bank Lain -Giro-Rekening Bank ABC Rp 4.000.000


Bank Lain-Giro- Rekening Bank XYZ Rp 10.000.000
Bank Lain-Giro-Rekening Bank RST Rp 9.750.000
PendapatanBungaPenempatan Rp 4.000000
DepositoBerjangkaPendapatanBungaPenempatan-Call Money Rp 10.000.000
PendapatanBungaPenempatan-Deposits On Call Rp 9.750.000

2. SURATBERHARGA
Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, obligasi, sekuritas kredit, atau
setiap deveratifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk
yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.
StandarAkuntansiKeuanganmengaturperlakuanakuntansiuntuksurat-suratberharga
yang segeradapatdijualmerupakanbentukpenyertaansementaradalam rangkapemanfaatandana
yang tidakdapatdigunakan. Karenasifatnya yang sementaraini,
pernyataaniniharusmempunyaisifatsebagaiberikut:
1. Mempunyaipasarandandapatdiperjualbelikandengansegera.
2.
Dimaksudkanuntukdijualdalamjangkawaktudekatbilaterdapatkebutuhandanauntukkegiatanum
umperusahaan.
3. Tidakdimaksudkanuntukmeguasaiperusahaan lain.
Berbedadenganpenyertaanjangkapanjang yang
tujuannyaadalahuntukmenguasaiperusahaan lain,
padapenyertaansementarainidimaksudkanhanyalah untukpemanfaatandanaberlebih yang
belumdapatdisalurkankedalamsektor yang menguntungkan yang menjadiusahautamasuatu
bank.

AkuntansiSuratBerharga
Akuntansiuntuksuratberhargameliputipembelian, penjualan, penilaian,dansegi-
segikhusussepertipengungkapan (disclosure) danlainnya.
AkuntansiPembeliaanSuratBerharga
Pembeliaansetiapjenissuratberharga yang dilakukanolehsuatu bank
harusdicatatmenuruthargabeli yang telahdisetujuidenganpenjualandansemuabiaya-
biayayangterjadidalamtransaksipembeliaantersebut, sepertikomisi broker
danlainnyaakantermasukdantercatatdalamhargabelisuratberharga.
Karenaterdapatberbagaijenissuratberharga yang dimilikiolehsuatu bank,
perlupenjelasanlebihlanjutmengenaitatacaraakuntansipembeliannya.

Akuntansi Surat berharga :

a. Pembelian
Kasus: Pada tanggal 31 Juli Bank Mega membeli selembar obligasi PT Jasa marga yang
berjangka waktu 10 tahun dengan nilai nominal 10 juta pada kurs sebesar 98% dan suku
bunga sebesar 15% setahun dibayarkan setiap tanggal 1 Juni dan 1 Desember.

Surat Berharga – Obligasi Rp 10.000.000


Pendapatan Bunga Obligasi Rp 250.000
Pendapatan Premi Obligasi Yang ditangguhkan Rp 200.000
Kas Rp 10.050.000

b. Pembayaran bunga tanggal 1 Desember

Kas Rp 750.000
Pendapatan Bunga Obligasi Rp 750.000
Pada tanggal 31 Desember obligasi harus disajikan di neraca dan diamortisasi dari
pendapatan yang ditangguhkan.

Pendapatan Premi Obligasi yang ditangguhkan Rp 10.000


Pendapatan Premi Obligasi Rp 10.000

c. Penjualan
Surat berharga yang hendak dijual memiliki harga pokok yang dapat dihitung dengan
metode FIFO atau metode rata (terutama apabila terdapat lebih dari satu macam surat
berharga obligasi atau portfolio.

Kasus : Obligasi Jasa Marga tersebut dijual setelah 8 bulan dimiliki atau pada tanggal 1
Maret dengan harga 101,

Pencataan untuk pengalokasian terakhir premi obligasi dengan ayat jurnal :

Pendapatan Premi yang ditangguhkan Rp 3.333


Pendapatan premi obligasi Rp 3.333

Pencatatan penjualan obligasi dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut:

Kas Rp 10.475.000
Pendapatan Premi Obligasi Yang ditangguhkan Rp 186.667
Pendapatan premi obligasi Rp 186.667
Surat berharga Obligasi Rp 10.000.000
Pendapatan Bunga Obligasi Rp 375.000
Keuntungan dari Penjualan surat berharga Rp 100.000

d. Penilaian Surat Berharga Pasar Uang


Kasus: Bank Omega membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan nominal Rp 500
juta dengan suku bunga 12% setahun. Bunga SBI diterima di muka dan jangka waktu selama
2 bulan. Pembayaran dilakukan atas beban rekening giro pada Bank Indonesia.
Saat pembelian :
Surat berharga – SBI Rp 500.000.000
Pedapatan bunga SBI yang belum diamortisasi Rp 10.000.000
BI- Giro Rp 490.000.000

Pada akhir bulan pertama setelah pembelian SBI dilakukan pengalokasian pendapatan
bunga SBI sbb:

Pendapatan Bunga SBI yang belum diamortisasi Rp 5.000.000


Pendapatan Bunga SBI Rp 5.000.000

Penyajian SBI dalam Neraca setelah akhir bulan pertama:

BI-Giro Rp 500.000.000
Pendapatan Bunga SBI yang belum diamortisasi Rp 5.000.000
Surat berharga –SBI Rp 500.000.000
Pendapatan bunga SBI Rp 5.000.000

Penilaian Terhadap surat berharga yang dimiliki dalam bentuk portfolio harus dinilai
berdasarkan harga riil:
1. Sebesar harga perolehan (cost)
2. Sebesar harga terendah antara cost dan market (COMWIL).

Apabila terjadi selisih harga diakui sebagai kerugian penurunan nilai SB. dengan
mengkredit perkiraan surat berharga yang bersangkutan “Penyisihan untuk penurunan nilai
surat berharga”.

Kasus:
Bank Omega memiliki portfolio surat berharga sebesar harga perolehan Rp 125.000.000dan
kemudian setealh dilakukan penilaian harga pasar bernilai Rp 115.000.000, maka kerugian ini
akan dibukukan dengan ayat jurnal sbb:

Biaya Kerugian Penurunan Nilai surat berharga Rp 10.000.000


Penyisihan untuk Penurunan nilai surat berharga Rp 10.000.000

Sehingga nialai surat berharga setelah penurunan nilai adalah sbb:

Surat berharga Rp 125.000.000


Dikurangi: Penyisihan untuk penurunan nilai suara berharga Rp 10.000.0000
Surat berharga, bersih Rp 115.000.000

3. KREDIT YANG DIBERIKAN

Aktiva produktif yang sangat diandalkan oleh bank yang menghasilkan pendapatan
besar adalah debitur/kredit.Akuntansi untuk kredit ini harus dilakukan dengan cermat agar
mampu memberikan informasi yang efektif kepada manajemen.
Jenis kredit menurut penggunaannya :
a. Kredit Investasi
Yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai investasi suatu usaha, misalnya
kredit untuk pembangunan pabrik, pembelian mesin, dan penyiapan
infrastruktur lainnya.
b. Kredit Modal Kerja
Yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membiayai modal kerja
usaha, misalnya untuk pembelian barang dagangan.
c. Kredit Konsumsi
Yaitu kredit yang diberikan untuk keperluan konsumsi. Kredit ini sering
disebut juga personal loan. Misalnya kredit untuk pembelian kendaraan, kredit
untuk pendidikan.

Jenis kredit menurut jangka waktunya


a. Kredit jangka pendek
Yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun, namun termasuk
kredit tanaman musiman yang berjangka waktu lebih dari satu tahun.
b. Kredit jangka panjang
Yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun. Misalnya kredit
produktif, kredit perumahan, kredit kendaraan.
3.1 Akuntansi Kredit

Akuntansi kredit meliputi beberapa prosedur:


a. Persetujuan dan pemberian pagu kredit
Saat persetujuan kredit dicatat:
K: Rek.Admin rupiah-kredit yg disetujui

Kasus: Bank Omega–Jakarta telah menyetujui pemberian kredit investasi


kepada PT Pizzaria sebesar Rp 250.000.000 untuk rencana expansi usaha dengan
suku bunga sebesar Rp 1.500.000, biaya materai dan lainnya Rp 50.000, biaya
notariat pada notary Andi sebesar Rp 5.000.000 dibebankan dan dibayar lansung
oleh calon nasabah pada bank Omega-Jakarta. Oleh Bank Jakarta komitmen ini
dicatat:

K: Rek. Administrasi-Kredit yang telah disetujui Rp 250.000.000

Sedangkan untuk perhitungan provisi kredit dicatat:


D: Giro – debitur
K: Pendapatan provisi kredit

Giro-Rekening PT Pizaria Rp 6.550.000


Pendapatan Provisi Kredit Rp 1.500.000
Persediaan Formulir Berharga Rp 50.000
Giro – Rekening Tn Andi Rp 5.000.000

b. Penarikan cek oleh nasabah/debitur


Setiap terjadi penarikan oleh debitur dibukukan dalam rekening efektif
D: Debitur
K: BI – Giro

Kasus : PT Pizzaria menarik selembar cek debitur yang telah disetujui sebesar Rp
35.000.000 kepada Pt MNA, kemudian cek disetorkan ke Bank Omega – Jakarta
untuk keuntungan PT MNA, nasabah Bank ABC – Jakarta melalui kliring. Oleh
Bank Omega Jakata dibukukan:
Debitur-Rekening PT Pizzaria Rp 35.000.000
Bank Indonesia-Giro Rp 35.000.000

Dan dicatat pada rek.Administratif :

D: Rek. Adm.rupiah – kredit yg disetujui Rp 35.000.000

c. Pembebanan bunga pada debitur


Besarnya bunga dihitung dari lamanya hari outstanding kredit .
Pengakuan pendapatan bunga dilakukan:
1. Accrual basis (saat jatuh tempo)
D: Debitur tunggakan bunga
K: Pendapatan bunga debitur

2. Cash basis (saat penerimaan): bila debitur merupakan non-performing loan:


D: Rek.Admin-tunggakan bunga debitur

Kasus:Sampai akhir bulan PT Pizzaria tidak melakukan mutasi lagi. Maka


pencatan bunganya sbb (bunga 28%/tahun) :

1. Accrual basis (saat jatuh tempo)


Debitur Tunggakan Bunga- Rekening PT Pizzaria Rp 816.667
Pendapatan Bunga Debitur Rp 816.667

2. Cash basis (saat penerimaan)


D: Rek.Admin-tunggakan bunga debitur Rp 816.667

d. Pelunasan pokok pinjaman


Pelunasan pokok pinjaman. Pada saat pelunasan kredit dicatat:
D: Kas
K: Debitur- rek.debitur

Koletibilitas meliputi:
 Lancar(standar)
 Kurang lancar (sub-standar)
 Diragukan (doubtful)
 Macet (uncollectible)

e. Wanprestasi pembayaran
Bila terjadi wanpestasi dalam pelunasan pokok, maka pencatatnya harus dipisah
kan dari debitur yang masih aktif
D: Debitur tunggakan pokok
K: Debitur – Rek. debitur

Praktek kredit yang berjalan saat ini harus membeda-bedakan berdasarkan


kolektibilitasnya. Kolektibilitas terdiri dari :
1. Lancar :
Bilanasabah ybs tidak pernah melakukan penunggakan (bayar tepat waktu).
2. Kurang lancar :
Nasabahtelah menungggak pelunasan bunga atau pokok pinjaman (<dari 6
bulan)
3. Diragukan :
Nasabahtelah menungggak pelunasan bunga atau pokok pinjaman >dari 6
bulan)
4. Macet: diragukan :
Nasabahtelah tidak mampu lagi melunasi kewajibannya baik bunga
ataupunpokok.

Tujuannya untuk memberikan informasi kepada manajemen dalam mengambil


keputusan.

f. Penilaian debitur pada neraca


 Penilaian debitur pada neraca dilakukan atas dasar kolektibilitas debitur
yang outstanding
 Penyisihan dibebankan ke ikhtisar laba-rugi dalam rek.Biaya penyisihan
debitur diragukan

D: Biaya debitur ragu


K: Penyisihan debitur diragukan

Saldo debitur Bank Omega –Jakarta sebesar Rp 20.000.000.000 terdiri dari :

Kolektibilitas I Rp 18.000.000.000
Kolektibilitas II Rp 2.000.000.000

Penyisihan debitur ragu-ragu :

Kolektibilitas I = 1% (Rp 18.000.000.000*50%) = Rp 90.000.000


Kolektibilitas II = 5% (Rp 2.000.000.000*50%) = Rp 50.000.000

Besarnya penyisihan debitur:

Biaya Debitur ragu Rp 140.000.000


Penyisihan Debitur diragukan Rp 140.000.000

Dengan demikian rekening debitur disajikan dineraca :

Debitur (pokok) Rp 20.000.000.000


Penyisihan Debitur Ragu Rp 140.000.000
Bersih Rp 19.860.000.000

4. KARTU KREDIT
Kartu kredit (Credit Card) yaitu fasilitas/kredit yang diberikan oleh bank yang
penarikannya dilakukan melalui pembayaran transaksi jasa dan perdagangan serta penarikan
tunai (Cash Advance) sampai dengan jumlah tertentu sesuai dengan batas/limit yang
ditentukan oleh bank.
Kartu kredit merupakan alat pembayaran yang memiliki prinsip “ buy now pay later” ,
dimana pada saat transaksi kewajiban pemegang kartu (card holder) ditalangi terlebih dahulu
oleh penerbit kartu kredit. Pemegang kartu dapat melunasi pembayaran berdasarkan waktu
yang disepakati antara pemegang kartu dan penerbit.
Pemegang kartu kredit (card holder) akan diberikan kredit limit, sehingga
penggunaan kartu kredit tidak boleh melebihi limit yang telah ditetapkan oleh bank penerbit
(issuer). Kartu kredit yang telah disetujui dapat digunakan untuk transaksi dengan pihak
merchant. Card holder cukup menunjukkan kartu kredit dan kemudian akan digesekkan pada
mesin tertentu untuk mengetahui kebenaran kartu kredit dan pihak card holder langsung
menandatanganinya. Penggunaan kartu kredit ini bisa dilakukan dimana saja pada tempat
yang telah menjalin kerja sama dengan bank penerbit kartu kredit. Merchant adalah pihak
yang menyediakan barang dan jasa, contoh: hotel, supermarket, toko sepatu, mini market, dan
sebagainya.
Pada akhir bulan tertentu, card holder akan mendapat tagihan dari bank dan
kemudian card holder membayarnya. Bank memperhitungkan besar tagihan yang terdiri dari
nilai pokok penggunaan kartu kredit dan bunga. Pembayaran ini bisa dilakukan secara
angsuran, secara total atau dengan jumlah minimum tertentu yang ditentukan bank.

Mekanisme Transaksi Kartu Kredit Tanpa Acquirer

Bank Penerbit
2 1

6 7 8 5

3
Card Holder Merchant
4

Keterangan:
1. Perjanjian antara bank penerbit dengan pihak merchant mengenai penggunaan kartu
kredit yang diterbitkan oleh bank yang bersangkutan.
2. Kartu kredit disetujui dan card holder setuju dengan segala ketentuan kartu kredit
yang berlaku di bank yang bersangkutan.Card holder diberikan kartu kredit.
3. Card holder melakukan transaksi dengan merchant, misalnya membeli barang,
membeli jasa hotel, dan sebagainya. Card holder membayar kepada merchant atas
pembelian barang dan jasa dengan menunjukkan kartu kredit dan menandatangani slip
atau langsung dilayar.
4. Merchant menyerahkan barang atau memberikan jasa kepada card holder.
5. Merchant melakukan tagihan pada bank.
6. Bank mengirikan slip tagihan yang dibuat untuk card holder.
7. Card holder melakukan pembayaran, dapat menggunakan fasilitas ATM atau
pendebetan giro, tabungan secara langsung atau secara tunai.
8. Diskon diberikan kepada merchant.

5. PENYERTAAN
Penyertaan merupakan salah satu kegiatan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu
bank. Penyertaan ini dilakukan kepada perusahaan lain khususnya pada lembaga keuangan.
Contoh Sertifikat Bank Indonesia (SBI), commercial paper, kredit jangka pendek, atau pada
aktiva jangka panjang.Penyertaan bertujuan untuk memperoleh pendapatandan memelihara
likuiditas bank.
Bentuk pecatatan penyertaan :
1. Cost Method (Tidak memiliki pengaruh signigfikan)

Contoh: Apabila Bank ABC membeli 10.000 lembar saham PT Bank PQR @
Rp. 15.000 yang dibayarkan dengan cek giro bank lain, dan penyertaan tersebut
mencerminkanpenyertaan Bank ABC dengan harga pangsa 16%. Pengeluaran tunai
atas biaya untuk pembelian saham tersebut sebesar Rp. 200.000, maka dengan
menggunakan cost method transaksi ini dicatat sbb:

D : Penyertaan PT Bank PQR Rp. 15.200.000


K: Bank-bank lain – Giro Rp. 15.000.000
K: Kas Rp. 200.000
Apabila kemudian PT Bank PQR membagi deviden secara tunai sebesar Rp. 1.500
untuk setiap lembar saham, maka akun yang muncul yang akan dicatat oleh Bank
ABC adalah sbb:

D: Kas Rp. !.500.000


K: Pendapatan lainnya Rp. 1.500.000

2. Equity Method (Memiliki pengaruh signifikan)

Contoh: Jika Bank ABC membeli saham PT Bank XYZ sebanyak 2000
lembar yang mencerminkan pangsa sebesar 35% yang dibayar @ Rp. 18.000 tunai
ditambah dengan biaya Rp. 350.000, maka jika dicatat akun yang muncul adalah:
D: Penyertaan PT Bank XYZ Rp. 36.530.000
K: Kas Rp. 36.530.000
Apabila di akhir tahun PT Bank XYZ mengumumkan laba sebesar Rp.
210.000.000, maka dicatat oleh Bank ABC sbb:

D: Penyertaan PT Bank XYZ Rp. 73.500.000


K: Pendapatan lainnya Rp.73.500.000

Laba: 35% x Rp. 210.000.000 = Rp. 73.500.000

Jika sebulan kemudian mendapat deviden Rp. 3.000/lembar, maka oleh Bank
ABC akan dicatat sbb:

D: Kas Rp. 12.000.000


K: Penyertaan – Bank XYZ Rp. 12.000.000

Apabila setahun kemudian Bank XYZ menderita kerugian sebesar Rp.


120.000.000, maka Bank ABC akan mencatatnya sbb:

D: Beban kerugian lainnya Rp. 42.000.000


K: Penyertaan – PT Bank XYZ Rp. 42.000.000
Pangsa kerugian = 35% x Rp. 120.000.000 = Rp. 42.000.000

6. AKTIVA TETAP
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasional bank, tidak dimaksudkan
untuk dijual dalam rangka kegiatan normal bank dan mempunyai masa manfaat lebih dari
satu tahun. Contoh aktiva tetap adalah gedung, tanah, kantor, kendaraan.

Ciri –ciri aktiva tetap berwujud :


a. Berwujud fisik artinya aktiva-aktiva tersebut dapat dilihat dan dapat dipegang atau
diraba, karena fisiknya ada.
b. Dibeli untuk dipakai bukan untuk dijual kembali. Artinya aktiva tetap yang dibeli oleh
perusahaan dimaksudkan untuk kegiatan operasi perusahaan dan bukan untuk
diperjual belikan.
c. Mempunyai masa manfaat atau umur ekonomis lebih dari satu tahun. Artinya aktiva-
aktiva itu dapat digunakan untuk jangka waktu yang panjang.

Yang termasuk dalam aktiva tetap antara lain:


a. Tanah (Land)
b. Bangunan (Building)
c. Mesin-mesin (Machinery)
d. Peralatan (Equipment)

Aktiva tetap selalu dicatat sebesar nilai perolehnya (cost) yaitu semua biaya-biaya yang
dikeluarkan sampai aktiva itu sipa pakai dan dapat dipergunakan.

Jurnal nilai perolehan tanah:

Land Rp. xxx


Cash Rp. Xxx
Misalnya: dibeli sebidang tanah secara tunai dengan harga Rp. 50.000.000,
biaya balik nama Rp. 1.000.000, maka jurnalnya :

Land Rp. 51.000.000


Cash Rp. 51.000.000

6.1 Masalah-Masalah Akuntansi Untuk Aktiva Tetap


Secara garis besar masalah-masalah akuntansi aktiva tetap dapat digolongkan menjadi
4, yaitu:
1. Penentuan harga perolehan aktiva tetap
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan cara sbb:
a. Dibeli secara tunai
Bila suatu aktiva tetap dibeli secara tunai, maka nilai aktiva tersebut
dicatat sebesar uang yang dibayarkan.
b. Dibeli secara kredit
Bila suatu aktiva tetap dibeli secara kredit, maka nilai aktiva tersebut
dicatat sebesar harga tunainya. Sedangkan bunga yang dibayar dari
sisa cicilan tidak menambah nilai aktiva yang dibeli melainkan dicatat
dalam Interest Expense.
2. Biaya selama aktiva tetap dipakai
3. Depresiasi (penyusutan) aktiva tetap
Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya depresiasi aktiva tetap:
a. Nilai perolehan aktiva tetap (Cost)
b. Nilai residu (Salvage Value)
c. Umur ekonomis (Useful Life)
d. Metode penyusutan (Depreciation)
4. Pelepasan aktiva tetap

6.2 Pertukaran aktiva tetap (Exchange of Fixed Assets)


Bila suatu aktiva tetap ditukar dengan aktiva tetap lain maka ada kemungkinan ada
pertukaran tersebut:
a. Ditukar dengan akiva sejenis, didalam pertukaran aktiva yang sejenis (fungsinya
sama), misalnya mobil Toyota ditukar dengan mobil Mitsubisi, maka perlakuan
akuntansi terhadap laba dan ruginya berbeda. Jika rugi maka harus dicatat, sedangkan
jika laba maka harus ditangguhkan pecatatannya, laba tersebut mengurangi laba pasar
aktiva yang baru.
b. Ditukar dengan aktiva tidak sejenis (berbeda fungsinya). Misalnya mobil dengan
komputer, jika pertukaran aktiva tetap tersebut dilakukan maka perlakuan terhadap
rugi atau laba berbeda dengan pertukaran yang sejenis. Perlakuan baik rugi ataupun
laba didalam pertukaran ini ke dua-duanya diakui dan harus dicatat.

Pada prinsipnya pertukaran aktiva tetap terdapat dua jurnal seperti dalam penjualan aktiva
tetap, yaitu:
1. Jurnal depresiasi dari tanggal 1 januari ke tanggal pertukaran.
2. Jurnal pertukaran aktiva tetap tersebut dengan terlebih dahulu menghitung
besarnya akumulasi depresiasi.

7. AKTIVA LAINNYA
Aktiva lain –lain dapat disebut juga dengan harta lainnya atau other assets. Aktiva
lain –lain memiliki beberapa pengertian, yaitu:
Harta lain adalah perkiraan atau akun yang tidak dapat dikategorikan pada harta (
asset) diatas baik dalam bentuk asset tetap, asset investasi, asset tak berwujud dan asset
lancar. Contoh mesin rusak, uang jaminan, harta yang masih dalam proses kepengurusan
yang sah, dll
Aktiva lain –lain adalah aktiva yang digunakan untuk mencatat dan melaporkan
aktiva perusahaan yang memiliki umur lebih dari 1 tahun, tetapi tidak sepenuhnya memenuhi
syarat seperti aktiva tetap berwujud.
Aktiva lain – lain adalah aktiva yang memiliki umur relative tetap tetapi tidak
digunakan untuk operasional perusahaan sehari – hari. Contohnya bangunan dalam proses,
uang jaminan dari pelanggan.

7.1 Aktiva yang tidak dapat dipakai


Aktiva tetap yang tidak digunakan adalah aktiva tetap yang tidak dapat dihentikan
dari penggunaan aktif (operasional) dan ditahan untuk dilepaskan. Contoh aktiva tidak dapat
dipakai, yaitu:
Aktiva tetap tidak berwujud
Istilah aktiva tetap tidak berwujud digunakan untuk mewujudkan aktiva –
aktiva yamg umurnya lebih dari satu tahun dan tidak mempunyai bentuk fisik. Pada
umumnya aktiva tetap tidak berwujud merupakan hak – hak yang dimiliki dan dapat
digunakan lebih dari satu tahun.
Aktiva seperti ini mempunyai nilai karena diharapkan dapat memberikan
sumbangan pada laba. Yang termasuk dalam pengertian aktiva tetap tidak berwujud
adalah patent, hak cipta, merk dagang, leasehold, goodwill dan lain – lain.

Penilaian aktiva tetap tidak berwujud


Aktiva tetap tidak berwujud yang memiliki catatan dalam rekening sebesar
harga perolehannya. Harga perolehan isi tergantung pada cara perolehan aktiva tetap
tidak berwujud. Jika diperoleh dari pembelian maka harga perolehannya sebesar
jumlah uang yang dikeluarkan dalam pembeliannya. Jika aktiva tetap tidak berwujud
diperoleh dari penukaran dengan aktiva maka harga perolehannya sebesar harga pasar
aktiva yang dipakai sebagai penukar.
Apabila aktiva tidak berwujud diperoleh tanpa ada pengeluaran maka tidak
diperbolehkan untuk menyantumkan aktiva tidak berwujud dalam neraca.

Anda mungkin juga menyukai