Notes
Notes
- Teh hijau termasuk salah satu tanaman obat. Teh hijau mengandung katekin 30-42% atau 67
mg dalam 100ml. Katekin dapat menccegah pembentukan asam berlebih yang dihasilkan
oleh s.mutans yang dapat menyebabkan proses demineralisasi pada email gigi yang dapat
berlanjut menjadi karies.
- Teh hijau juga mengandung flouride yang tinggi sehingga membuat gigi lebih tahan terhadap
demineralisasi oleh asam dan terjadi proses remineralisasi pada permukaan gigi sehingga
tidak mudah menimbulkan karies.
- Teh hijau mengandung senyawa polifenol yang sebagian besar terdiri dari katekin, yang
dapat mencegah pembentukan plak gigi dengan cara menghambar aktivitas enzim
glikosiltransferase sehingga menghambat terbentuknya glukan dari sukrosa yang
mempunyai daya lekat dalam pembentukan plak dan polifenol juga sebagai antibakteri
(pembunuh bakteri) penyebab plak gigi.
5. The Effect of Green Tea on Prevention of Mouth Bacterial Infection, Halitosis, and Plaque
Formation on Teeth
Green tea Camellia sinensis (Figure 1), which is not fermented at all during the drying
process, has numerous medicinal benefits mainly due to its antibacterial and antioxidant
properties
6. The chemical composition of green tea varies with climate, season, horticultural practices,
and leaf age. Green tea contains a multifarious grouping of antioxidants, vitamins, and
minerals, including ascorbic acid (vitamin C) and water-soluble B vitamins. These chemical
compounds are quickly released in a cup of tea. A cup of green tea also provides a small
amount of potassium, manganese, magnesium, and fluoride. Green tea does not undergo
fermentation and thus retains its polyphenols. A phenol is a benzene group with a hydroxyl
group attached; the term polyphenol is used when multiple phenols are bonded together.
The polyphenols, which create tea’s bitter taste, are credited with antimicrobial
properties10. Specific antioxidant polyphenols, called catechins, play the most active role in
green tea’s inhibition of bacterial growth. Examples of several significant catechins include:
(-)-epigallocatechin-3-gallate (EGCG), (-)-epigallocatechin (EGC), (-)-epicatechin-3-gallate
(ECG), (-)-epicatechin (EC), and (-)-gallocatechin-3-gallate (GCG) (Figure 1) 11, 12
The formation of dental caries begins when S. mutans adheres to the surface of the tooth
enamel. Adhesion results from the fermentation of dietary carbohydrates (primarily
sucrose), which initiates the production of dextran. This water-insoluble substance
contributes to the formation of plaque on the tooth surface, creating an optimal
environment for other cariogenic bacteria. As tooth enamel erodes and bacteria produce
lactic acid the pH on the tooth surface decreases to less than 5.0 and a cavity is created.
The catechin compounds in green tea may inhibit the bacteria’s capacity to adhere to, and
ultimately grow in, an oral cavity34. In S. mutans, two different groups of
glucosyltransferases cooperatively synthesize an adherent and water-insoluble glucan
responsible for bacterial adherence to the tooth enamel. EGCG and ECG are believed to
bind to GTases and irreversibly inactivate them, ultimately preventing the formation of
dental caries
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata indeks plak sebelum perlakuan pada kelompok kontrol adalah 0,589±0,34, sedangkan pada k
perlakuan adalah 0,386±0,26. Uji Mann Whitneydidapatkan perbedaan yang tidak signifikan pada sebelum perlakuan, dengan p=0,0
ini menunjukkan bahwa terdapat keseragaman nilai indeks plak pada kelompok kontrol dan perlakuan, sebelum dilakukan perlakuan
juga menunjukkan rata-rata indeks plak sesudah dilakukan perlakuan pada kelompok kontrol sebesar 1,186±0,54, sedangkan pada
perlakuan sebesar 0,472±0,27. Uji Mann-Whitney didapatkan perbedaan yang signifikan pada sesudah perlakuan, dengan nilai p=0
Hasil selisih penilaian indeks plak gigi pada kelompok kontrol menunjukkan rata-rata sebesar 0,597±0,35, sedangkan pada kelompo
perlakuan didapatkan rata-rata sebesar 0,086±0,23. Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa terjadi penurunan indeks plak yang
besar pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Setelah dilakukan uji normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov
didapatkan hasil distribusi yang tidak normal, sehingga dilakukan uji non parametrik, yaitu uji Mann-Whitney. Uji Mann-Whitney dida
perbedaan selisih indeks gigi yang bermakna antara kelompok kontrol dan perlakuan, dengan nilai p sebesar 0,0001 (Tabel 2).
PEMBAHASAN
Plak gigi adalah lapisan yang mengandung sisa-sisa makanan dan kumpulan bakteri yang melekat pada permukaan gigi. Jika plak t
segera dibersihkan maka dapat menimbulkan karang gigi. Penyebab utama penyakit karies adalah akumulasi plak, maka upaya pen
dan pengobatan lebih banyak ditujukan untuk mengurangi terjadinya penumpukan plak yang berlebihan di dalam rongga mulut. 1,2,1
Teh hijau yang kita kenal sebagai minuman sehari-hari berasal dari daun teh yang dikeringkan. Setelah dipetik, daun teh dikeringkan
cepat dengan oven yang menyebabkan terhentinya proses oksidasi sehingga menjadi kering tetapi tidak berubah warnanya.8
Pada teh hijau, katekin merupakan komponen utama. Menurut “International Symposium on Health and Tea” (1998), dinyatakan kat
teh hijau mencapai 210 mg%. Katekin yang terkandung di dalam teh hijau memiliki kemampuan untuk mengurangi pembentukan pla
dengan membunuh bakteri penyebab (Streptococcus mutans) dan menghambat aktivitas enzim glikosiltransferase dari bakteri terse
Cao jin dari Hunn Medical University, Cina, melakukan suatu penelitian mengenai teh hijau. Berdasarkan pengaruh katekin terhadap
gigi, hasilnya menunjukan bahwa jumlah bakteri (Streptococcus mutans) berkurang sehingga pembentukan plak gigi pun berkurang
dikaitkan dengan katekin yang terkandung dalam teh hijau, maka dapat juga dikemukakan hasil penelitian oleh Hattori dan Sakanak
menunjukkan bahwa; katekin pada teh hijau dapat menghambat aktivitas enzim glikosiltransferase dari bakteri, dan membunuh bak
kariogenik pada rongga mulut (Streptococcus mutans). Hasil penelitian tersebut dapat membuktikan bahwa katekin pada teh hijau d
mengurangi pembentukan plak gigi. 13,14
11. Based on research by Zerabruk et al (2010), 100–430 mg/kg of fluoride can be found in tea
leaves [8]. Green tea in toothpaste can be used to prevent caries by increasing enamel
microhardness . Unlike in Taiwan and China that have toothpastes containing green tea, to
date, Indonesia has not produced toothpaste containing green tea. Most
1= riskesdas
2=plakis
5=plak2014
7= PENGARUH BERKUAIMUR DENGAN LARUTAN TEH HUJAU TERHADAP INDEKS PLAK GIGI DI
ACEH 2015 (RECA,AINUN)
#arab
Tea is reported to contain nearly 4000 bioactive compounds of which one third is contributed by
polyphenols (Tariq et al., 2010). Other compounds are alkaloids (caffeine, theophylline and
theobromine), amino acids, carbohydrates, proteins, chlorophyll, volatile organic compounds
(chemicals that readily produce vapors and contribute to the odor of tea), fluoride, aluminum,
minerals and trace elements (Cabrera et al., 2003). Polyphenols found in tea are mostly
flavonoids (Sumpio et al., 2006). The polyphenols, a large group of plant chemicals that includes
the catechins, are thought to be responsible for the health benefits that have traditionally been
attributed to tea, especially green tea (Cabrera et al., 2006).
#teeh
Teh hijau dibuat melalui inaktivasi enzim polifenol oksidase yang berada di dalam daun
teh segar. Metoda inaktivasi enzim polifenol oksidase pada teh hijau dapat dilakukan
melalui pemanasan dan penguapan. Kedua metode ini berguna untuk mencegah
terjadinya oksidasi enzim katekin.
Kandunan teh hijau
Bahan-bahan kimia dalam teh hijau dapat digolongkan menjadi empat kelompok besar,yaitu :
-flavanol : merupakan satu diantara sekian banyak antioksidan alami yang terdapat pada
tanaman pangan.
- Karbohidrat (0,75%)
- Alkaloid (3-4%)
- Asam organik
- Vitamin C,K,A,B1,B2
- Substansi mineral magnesium, fluor, kalium, kalsium, seng, mangan, kuprum, selenium.
Aroma teh dihubungan dengan terjadinya oksidasi senyawa katekin. Ada beberapa pendapat
mengenai sumber aroma teh, yaitu yang berasal dari glikosida,penguraian protein, minyak
esensial, atau oksidasi karotenoid.
2.1.1.2.2. Enzim