Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Kehamilan


1. Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin.
Lama kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 hari atau 9 bulan 7 hari,
dihitung dari hari pertama haid terakhir ( Saifuddin, 2002).
Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280
hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300hari). Kehamilan berlangsung
antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan premature, sedangkan lebih dari
43 minggu disebut kehamilan post matur (Manuaba, 2005).
2. Tanda-tanda Kehamilan
1) Tanda kehamilan tidak pasti
(1) Amenorea (tidak dapat haid). Gejala ini sangat penting karena
umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal
hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan
dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi.
(2) Nausea (enek) dan emesis (muntah). Enek terjadi umumnya pada bulan-
bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang oleh emesis. Sering
terjadi pada pagi hari, tetapi tidak elalu. Keadaan ini lazim disebut
morning sickness.
(3) Mengidam (ingin makanan khusus/tertentu). Mengidam sering terjadi
pada bulan-bulan pertama akan tetapi menghilang dengan makin tuanya
kehamilan.
(4) Pingsan. Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai.
Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat ramai pada bulan-bulan
pertama kehamilan. Hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
(5) Anoreksia (Tidak ada selera makan). Pada bulan-bulan pertama terjadi
anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi.
(6) Sering kencing terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang
membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada
akhir kehamilan, gejala ini kembali, karena kandung kemih ditekan oleh
kepala janin.
(7) Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormon steroid.
(8) Pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi,
hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang
berlebihan, dikenal sebagai chloasma gravidarum. Areola mammae
juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen yang
berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam. Demikian pula linea alba di
garis tengah abdomen menjadi lebih hitam (linea griea).pigmentasi ini
terjadi karena pengaruh dari hormon kortiko-steroid plasenta yang
merangsang melanofor dan kulit.
(9) Epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae, sering terjadi pada
triwulan pertama.
(10) Varises. Sering dijumpai padaa triwulan terakhir pada triwulan terakhir.
Didapat pada daerah genitalia eksterna, fosa poplitea, kaki dan betis.
Pada multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan
terdahulu, timbul kembali pada triwulan pertama. Kadang-kadang
timbulnya varises merupakan gejala pertama kehamilan muda
(Wiknjosastro, 2005).
2) Tanda pasti kehamilan
(1) Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin.
(2) Pada auskultasi terdengar bunyi jantung janin(BJJ). Dengan stetoskop
laennec BJJ terdengar pada kehamilan pada kehamilan 18-20 minggu.
Dengan alat doppler BJJ terdengar pada kehamilan 12 minggu.
(3) Dengan ultrasonogravi (USG) atau scannig dapat dilihat gambaran
janin.
(4) Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Tidak dilakukan lagi
sekarang karena dampak radiasi terhadap janin (Arif, 2000).
3. Adaptasi Fisiologis Pada Ibu Hamil
1) Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah
pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya
meningkat.Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot
polos uterus; di samping itu, serabut-serabut kolagen yang adapun
menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga
uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Bila ada kehamiln ektopik,
uteru akan membesar pula, karena pengaruh hormon-hormon itu. Begitu
pula endometrium menjadi desidua. Berat uterus normal lebih kurang 30
gram; pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000
gram dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm. Pada bulan-bulan
pertama kehamilan, bentuk uterus seperti buah alpukat agak gepeng.
Pada kehamilan 16 minggu, uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada
akhir kehamilan kembali seperti bentuk semula, lonjong seperti telur.
Hubungan antara besarnya uterus dengan tuanya kehamilan sangat
penting diketahui antara lain untuk membentuk diagnosis, apakah wanita
tersebut hamil fisiologik, hamil ganda atau menderita penyakit seperti
mola hidatidosa dan sebagainya. Pada minggu-minggu pertama ismus
uteri mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada
triwulan pertama membuat ismus menjadi panjang dan lebih lunak. Hal
ini dikenal dalam obstetri sebagai tanda hegar.
2) Serviks Uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon
estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya
hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks uteri
lebih banyak mengandung jaringan ikat yang terdiri atas kolagen.
Karena servik terdiri atas jaringan ikat dan hanya sedikit mengandung
jaringan otot, maka serviks tidak mempunyai fungsi sebagai spinkter,
sehingga pada saat partus serviks akan membuka saja mengikuti tarikan-
tarikan corpus uteri keatas dan tekanan bagian bawah janin kebawah.
Sesudah partus, serviks akan tampak berlipat-lipat dan tidak menutup
seperti spinkter. Perubahan-perubahan pada serviks perlu diketahui
sedini mungkin pada kehamilan, akan tetapi yang memeriksa hendaknya
berhati-hati dan tidak dibenarkan melakukannya dengan kasar, sehingga
dapat mengganggu kehamilan. Kelenjar-kelenjar di serviks akan
berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang-
kadang wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan
pervaginam lebih banyak. Pada keadaan ini sampai batas tertentu masih
merupakan keadaan fisiologik,.
3) Vagina dan vulva
Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah
dan agak kebiru-biruan (livide). Warna porsio tampak livide. Pembuluh-
pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar. Hal ini dapat
dimengerti karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut
menigkat. Apabila terjadi kecelakaan pada kehamilan/persalinan maka
perdarahan akan banyak sekali, sampai dapat mengakibatkan kematian.
4) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis
sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu.
Korpus luteum graviditas berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian, ia
mengecil setelah plasenta terbentuk. Eperti telah dikemukakan, korpus
luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat-
laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta. Dalam dasawarsa terakhir ini
ditemukan pada awal ovulasi hormon relaxin, suatu immunoreactive
inhibin dalam sirkulasi maternal. Diperkirakan korpus luteum adalah
tempat sintesis dari relaxin pada awal kwhamilan. Kadar relaxin di
sirkulasi maternal dapat ditentukan dan meningkat dalam trimester
pertama. Relaxin mempunyai pengaruh menenangkan hingga
pertumbuhan janin menjadi baik hingga term.
5) Mamma
Mamma akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran,
sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus pada mamma.
Somatomammotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula
dan menimbulakan perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan
kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin. Dengan demikian mamma
dipersiapkan untuk laktasi. Di samping ini, di bawah pengaruh
progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak sekitar
kelompok-kelompok alveolus, sehingga mamma menjadi lebih besar.
Papila mamma akan membesar, lebih tegak, dan tampak lebih hitam,
seperti seluruh areola mamma karena hiperpigmentasi. Glandula
Montgomery tampak lebih jelas menonjol di permukaan areola mamma.
Pada kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat keluar cairan
berwarna putih agak jernih disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari
kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi.
6) Sirkulasi Darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi
ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah
yang membesar pula, mamma dan alat lain-lain yang memang berfungsi
berlebihan dalam kehamilan. Volume darah ibu dalam kehamilan
bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang
disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak ± 25% pada
puncak usia kehamilan 32 minggu. Meskipun ada peningkatan dalam
volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan volume plasma
jauh lebih besar sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah menjadi
lebih rendah. Walaupun kadar hemoglobin ini menurun menjadi ± 120
g/L. Pada minggu ke-32, wanitahamil mempunyai hemoglobin total
lebih besar daripada wanita tersebut ketika tidak hamil. Bersamaan itu,
jumlah sel darah putih meningkat (± 10.500/ml), demikian juga hitung
trombositnya. Untuk mengatasi pertambahan volume darah, curah
jantung akan meningkat ± 30% pada minggu ke-30. Kebanyakan
peningkatan curah jantung tersebut disebabkan oleh meningkatnya isi
sekuncup, akan tetapi frekuensi denyut jantung meningkat ± 15%.
Setelah kehamilan lebih dari 30 minggu, terdapat kecenderungan
peningkatan tekanan darah.
7) Sistem Respirasi
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena
pergerakan diafragma terbatas setelah minggu ke-30, wanita hamil
bernafas lebih dalam, dengan meningkatkan volume tidal dan kecepatan
ventilasi, sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan
konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan
oleh meningkatnya sekresi progesteron. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan pernafasan berlebih dan PO2 arteri lebih rendah. Pada
kehamilan lanjut, kerangka iga bawah melebar keluar sedikit dan
mungkin tidak kembali pada keadaan sebelum hamil, sehingga
menimbulkan kekhawatiran bagi wanita yang memperhatikan
penampilan badannya.
8) Traktus Digetivus
Di mulut, gusi menjadi lunak, mungkin terjadi karena retensi cairan
intraseluler yang disebabkan oleh progesteron. Spinkter esopagus bawah
relaksasi, sehingga dapat terjadi regorgitasi isi lambung yang
menyebabkan rasa terbakar di dada (heathburn).
Sekresiisilambungberkurang dan makanan lebih lama berada di
lambung. Otot-otot usus relaks dengan disertai penurunan motilitas. Hal
ini memungkinkan absorbsi zat nutrisi lebih banyak, tetapi dapat
menyebabkan konstipasi, yang memana merupakan salah satu keluhan
utama wanita hamil.
9) Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh
uterus yang mulai membesar, ehingga timbul sering kencing. Keadaan
ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar
dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai tuun ke
PAP, keluhan sering kencing dan timbul lagi karena kandung kencing
mulai tertekan kembali. Disamping itu, terdapat pula poliuri. Poliuri
disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada
kehamilan sehingga laju filtrasi glomerulus juga meningkat sampai 69%.
Reabsorbsi tubulus tidak berubah, sehingga produk-produk eksresi
seperti urea, uric acid, glukosa, asam amino, asam folik lebih banyak
yang dikeluarkan.
10) Sistem Integumen
Perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh
melanophore stimulating hormone (MSH), pengaruh lobus hipofisis
anterior , dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi
pada striae gravidarum lividae atau alba, areola mamae, papila mamae,
linea nigra, dan pipi (chloasma gravidarum). Setelah persalinan
hiperpigmentasi ini akan menghilang. Perubahan kondisi kulit yang
berubah terbalik dari keadaan semula, yang biasanya (pada saat belum
hamil) kulit kering, maka kini akan menjadi berminyak, begitu pula
sebaliknya. Hal ini terjadi karena adanya perubahan hormone didalam
tubuh ibu hamil. Rambut menjadi lebih kering atau berminyak karena
adanya perubahan
11) Metabolisme dalam kehamilan
BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada
trimester III. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari
pembakaran karbohidrat, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke
atas. Akan tetapi bila dibutuhkan, dipakailah lemak ibu untuk
mendapatkan tambahan kalori dalam pekerjaan sehari-hari. Dalam
keadaan biasa wanita hamil cukup hemat dalam hal pemakaian
tenaganya. Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan
tulang-tulangnya dan hal ini terjadi terutama dalam trimester terakhir.
Makanan tiap harinya diperkirakan telah mengandung 1,5-2,5 gr
kalsium. Diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium tertahan dalam badan untuk
keperluan semasa hamil. Ini kiranya telah cukup untuk pertumbuhan
janin tanpa mengganggu kalsium ibu. Kadar kalsium dalam serum
memang lebih rendah, mungkin oleh karena adanya hidremia, akan
tetapi kadar kalsium tersebut masih cukup tinggi hingga dapat
menanggulangi kemungkinan terjadinya kejang tetani. Segera setelah
haid terlambat, kadar enzim diamino-oksidase (histamine) meningkat
dari 3-6 satuan dalam masa tidak hamil ke 200 satuan dalam masa hamil
16 minggu. Kadar ini mencapai puncaknya sampai 400-500 satuan pada
kehamilan 16 minggu dan seterusnya sampai akhir kehamilan.
Pinosinase adalah enzim yang dapat membuat oksitosin tidak aktif.
Pinositase ditemukan banyak sekali di dalam darah ibu pada kehamilan
14-38 minggu. Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira diantara
6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi terutama
dalam kehamilan 20 minggu terakhir. Kenaikan berat badan dalam
kehamilan disebabkan oleh hasil konsepsi, fetus placenta dan liquor
(Wiknjosastro,2005).
4. Adaptasi Psikologis Pada Ibu Hamil
1) Trimester pertama; Ragu-ragu akan kehamilannya, ambivalen (konflik
perasaan) dan lebih banyak berfokus pada diri sendiri. Pada trimester
ini, adanya perasaan tidak nyaman akibat perasaan mual, muntah, dan
keletihan sering kali keinginan seksual menurun.
2) Trimester kedua
(1) Adanya pergerakan bayi, ibu menjadi yakin dengan keberadaan bayinya,
dan ibu merasa percaya akan segera mempunyai bayi.
(2) Ibu lebih banyak berfokus pada bayinya, biasanya dia merasa lebih baik
daripada trimester I dan belum terganggu aktivitasnya.
(3) Perubahan ukuran tubuh untuk beberapa orang menyebabkan perubahan
body image atau pandangan terhadap gambaran diri yang negative.
3) Trimester ketiga
(1) Persiapan kelahiran sudah mulai dilakukan ibu. Ibu menanyakan tentang
tanda-tanda persalinan kepada teman atau saudaranyayang telah
mengalami proses persalinan.
(2) Beberapa wanita mengalami ketakutan persalinan dan merasa tidak
nyaman menghadapi hari-hari menjelang persalinan.
(3) Ibu menyiapkan pakaian, tempat untuk bayi, dan merencanakan
perawatannya (Hidayati, 2009).
1.1.1 Anatomi Fisiologi
Anatomi alat kandungan dibedakan menjadi 2 yaitu genetalia ekterna
dan genetalia interna. (Sobotta, 2006).

1. Genitalia Eksterna
1) Monsveneris
Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari jaringan
lemak, daerah ini ditutupi bulu pada masa pubertas.
2) Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi
satu dan membentuk kommisura posterior dan perineam. Di bawah
kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
3) Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang membatasi
vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat
pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
4) Labio minora
Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio
mayora, dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio minora
adalah vestibulum.
5) Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labio
minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam
vestibulum terdapat muara-muara dari liang senggama (introetus vagina
uretra), kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan.
6) Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang senggama
ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir
keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda
ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang lunak,
lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.
7) Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul yang
ditutupi oleh kulit perineum.(Sobotta, 2006).

2. Genetalia Interna
1) Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris,
khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya
dari vestibulum sampai uterus 7½ cm. Merupakan penghubung antara
introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9
cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah
dalam berlipat-lipat disebut rugae.
2) Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam pelvis
antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut
miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan
ligament. Panjang uterus 7½ cm, lebar 5 cm, tebal 2 cm. Berat 50
gr, dan berat 30-60 gr. Uterus terdiri dari :
(1) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat
memperkirakan usia kehamilan.
(2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
(3) Servix uteri
Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
1) Endometrium
2) Myometrium
3) Parametrium
3) Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di
bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum
latum uterus.
4) Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak
lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus.
Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi
pada ovum. Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran
telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak berjalan lurus.
Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat
ovulasi agar masuk ke dalam tuba (Tambayong, 2002).
1.2 Konsep Dasar Emesis Gravidarum
1.2.1 Definisi
Emesis gravidarum adalah gejala yang sering terjadi pada
kehamilantrimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat juga
terjadi setiap saat dan malam hari (Wiknjosastro, 2007).
Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan pada ibu
hamil trimester I. Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat
pula timbul setiap saat pada malam hari (Prawiharjo, 2010).
Emesis gravidarum merupakan keluhan umum yang disampaikan pada
kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada
wanita karena terdapat peningkatan hormon esterogen, progesteron, dan
dikeluarkanya human chorionic gonadothropine hormone. Hormon-hormon inilah
yang diduga menyebabkan terjadinya emesis gravidarum (Manuaba,2010).
Jadi, emesis gravidarum adalah keluhan umum yang dirasakan pada
kehamilan muda berupa mual-mual dan muntah sampai usia kehamilan 4 bulan.

1.2.2 Etiologi
1. Penyebab tidak diketahui, tetapi diduga disebabkan oleh peningkatan hormon
kelamin yang diproduksi selama hamil.
2. Penyebab hampir dapat dipastikan karena kepekaan terhadap hormon
kehamilan. Tetapi, akan berlebihan jika calon ibu terlalu cemas atau
mengalami tekanan emosional. Mual di pagi hari lebih umum daripada di saat
yang lain, karena perut mengandung kumpulan asam gastrik yang diendapkan
semalaman.
3. Penyebabnya adalah perubahan hormon yang akan mengakibatkan pengeluaran
asam lambung yang berlebihan, terutama di pagi hari .
4. Perasaan mual dan muntah pada ibu hamil disebabkan karena selama hamil
muda pergerakan usus menjadi lambat, karena pengaruh hormon hipofise
5. Penyebab yang pasti masih belum diketahui diduga karena pengaruh perubahan
psikologis dan adanya pengaruh perubahan hormonal selama kehamilan
(Suririnah, 2009).
1.2.3 Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa
terjadi pada trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi
dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.Emesis gravidarum
ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Karena okisidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik, dan aseton
dalam darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan
plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal
ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula
tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Di samping dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan
lambung ( sindroma mollary-weiss ), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
1.2.4 Web Of Caution (WOC)

Faktor alergi Faktor adaptasi (psikologis) Peningkatan estrogen

Emesis gravidarum Penurunan pengosongan lambung

Penyesuaian Komplikasi Peningkatan tekanan


gaster

B2(Bleeding)
Hiperemesis Gravidarum
MK : Nyeri

Intake nutrisi Pengeluaran nutrisi berlebihan


menurun Kehilangan cairan berlebih

B5 (Bowel) Dehidrasi

MK : Gangguan nutrisi
kebutuhan tubuh

Cairan eksta seluler dan plasma Hemokonsentrasi

B4(Bladder) Aliran darah ke jaringan menurun


MK : Gangguan
keseimbangan
cairan dan elektrolit
Metabolisme intra sel menurun Perfusi jaringan otak

Otot lemah Penurunan kesadaran

Kelemahan tubuh B3(Brain)

B6 (Bone) MK : Gangguan
perfusi jaringan
MK : Intoleransi
aktivitas

Bobak,dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Ed 6. Jakarta: EGC.


1.2.5 Manifestasi Klinis
Gejala klinik emesis gravidarum adalah kepala pusing, terutama pagi hari,
disertai mual muntah sampai kehamilan 4 bulan (Manuaba,2010) . Akibat mual
dan muntah nafsu makan berkurang (Ai yeyeh, 2010)
Tanda-tanda emesis gravidarum berupa :
1. Rasa mual, bahkan dapat sampai munta Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali
sehari, biasanya terjadi di pagi hari tetapi dapat pula terjadi setiap saat.
2. Nafsu makan berkurang
3. Mudah lelah
4. Emosi yang cenderung tidak stabil
(http://d3kebidanan.blogspot.com/2009/11/emesis-gravidarum.html)

1.2.6 Komplikasi
Sekitar 2-5% keadaan muntah dan mual semakin menghebat, dan begitu
menghebatnya sehingga memerlukan rawat inap di rumah sakit. Salah satu
komplikasi yang paling sering dialami adalah dehidrasi atau disebut juga
kekurangan cairan. Andaikata dehidrasi tersebut tidak segera diganti dengan
cairan yang cukup dan benar maka sudah dipastikan akan mempengaruhi janin
yang ada dalam kandungan (Admin, 2005).

1.2.7 Pemeriksaan Diagnostik


1 USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin
dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi
plasenta.
2 Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
3 Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah
lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar),
analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien
dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan
parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid
50-60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi
gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori.
Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan
pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan Blood Urea Nitrogen,
kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi
adanya kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.(Prawiroharjho, 2008).

1.2.8 Penatalaksanaan
1. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang ibu hamil muda yang selalu
dapat disertai emesis gravidarum akan berangsur-angsur berkurang sampai
umur kehamilan 4 bulan.
2. Dinasehatkan agar tidak terlalu cepat bangun dari tempat tidur, sehingga
tercapai adaptasi aliran darah menuju susunan saraf pusat.
3. Nasehat diet, dianjurkan makan dengan porsi kecil, tetapi lebih sering.
Makanan yang merangsang timbulnya mual dan muntah dihindari.
4. Obat-obatan, pengobatan ringan tanpa masuk rumah sakit pada emesis
gravidarum :
1) Vitamin yang diperlukan : (vitamin B kompleks, mediamer B6 sebagai
vitamin dan antimuntah)
2) Pengobatan :
(1) Sedativa ringan : Luminal 3 x 30 mg (Barbitural), Valium
(2) Antri mual muntah : Stimetil, Primperan, Emetrol dan lainnya.
3) Nasehat Pengobatan
(1) Banyak minum air atau minuman lain
(2) Hindari minuman atau makanan yang asam untuk mengurangi iritasi
lambung
4) Nasehat Kontrol Antenatal :
(1) Pemeriksaan hamil lebih sering
(2) Segera datang bila terjadi keadaan abnormal (Manuaba,2010)
1.3 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan
1.3.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
Nausea dan vomitus : merupakan gejala-gejala utama. Pasien tidak dapat
menahan makanan dan kehilangan berat badan. Beberapa pasien mengeluh air
liurnya berlebihan/hipersalivasi.
Riwayat haid: sebagian besar pasien sadar akan haid yang tidak datang dan
mengetahui bahwa mereka hamil. Tetapi kadang-kadang pasien tidak dapat
memberikan informasi yang penting ini, sehingga mengaburkan diagnosis.
2. Data Objektif
3. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Umum
Kulit dan membrane mukosa sering tampak kering dan turgor menurun.
Pasien dapat menjadi kurus. Vomitus yang iritatif dapat membuat erosi pada
bibir dan wajah bagian bawah; lidah tampak merah, kering dan pecah-pecah.
Faring kering dan merah, dan pernapaan berbau busuk dengan bau seperti
buah-buahan yang khas untuk ketoasidosis.
Takikardia dan hipotensi dapat menunjukkan dehidrasi hipovolemia. Pada
penyakit yang berat dan berkepanjangan, aberasi mental, delirium, sakit kepala,
stupor dan koma dapat terjadi.
(1) B1: Pernafasan(Breathing)
Frekuensi pernafasan meningkat
(2) B2: Cardiovaskuler(Bleeding)
Mengalami pusing, suara jantung lup-dup (S1,S2)
(3) B3:Persyarafan(Brain)
Perfusi jaringan otak, penurunan kesadaran
(4) B4:Eliminasi urin (Bladder)
Urin biasanya hanya sedikit dan mempunyai konsentrasi tinggi sebagai
akibat dehidrasi, aseton menunjukkan asedosis.
(5) B5:Eliminasi alvi (Bowel)
Mual muntah yang berlebuh (4-8 minggu), nyeri epigastrium, pengurangan
berat badan (5-10 kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht
rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah
kering.
(6) B6: Tulang otot-Integumen (Bone)
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma.
1.3.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada pasien emesis gravidarum adalah meliputi:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual-muntah.
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan dan elektrolit secara aktif.
3. Cemas berhubungan dengan koping tidak efektif, perubahan psikologi
kehamilan.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
1.3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Ketidakseimbangan Menyeimbangakan 1. Batasi intake oral hingga muntah 1. Memelihara keseimbangan cairan
nutrisi kurang dari pemenuhan nutrisi klien berhenti. elektrolit dan mencegah muntah
kebutuhan tubuh sesuai dengan kebutuhan 2. Berikan obat anti emetik yang di selanjutnya.
berhubungan dengan programkan dengan dosis rendah, 2. Mencegah muntah serta memelihara
anoreksia, mual muntah. misalnya Phenergan 10-20mg/i.v. keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Pertahankan terapi cairan yang 3. Koreksi adanya hipovolemia dan
diprogramkan. keseimbangan elektrolit.
4. Catat intake dan output. 4. Menentukan hidrasi cairan dan
pengeluaran melalui muntah.
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil 5. Dapat mencukupi asupan nutrisi yang
tapi sering. dibutuhkan tubuh.
6. Anjurkan untuk menghindari 6. Dapat menstimulus mual dan muntah.
makanan yang berlemak.
7. Anjurkan untuk makan makanan 7. Makanan selingan dapat mengurangi
selingan seperti biskuit, roti dan teh atau menghindari rangsang mual
(panas) hangat sebelum bagun tidur muntah yang berlebih.
pada siang hari dan sebelum tidur.
8. Catat intake terapi parenteral, jika 8. Untuk mempertahankan keseimbangan
intake oral tidak dapat diberikan nutrisi.
dalam periode tertentu.
9. Inspeksi adanya iritasi atau lesi pada 9. Untuk mengetahui integritas mukosa
mulut. mulut.
10. Kaji kebersihan oral dan personal 10. Untuk mempertahankan integritas
hygiene serta penggunaan cairan mukosa mulut.
pembersih mulut sesering mungkin.
11. Pantau kadar Hemoglobin dan 11. Mengidenfifikasi adanya anemi dan
Hemotokrit. potensial penurunan kapasitas
pembawa oksigen ibu. Klien dengan
kadar Hb < 12 mg/dl atau kadar Ht
rendah dipertimbangkan anemi pada
trimester I.
12. Test urine terhadap aseton, albumin 12. Menetapkan data dasar ; dilakukan
dan glukosa. secara rutin untuk mendeteksi situasi
potensial resiko tinggi seperti
ketidakadekuatan asupan karbohidrat
dan Hipertensi karena kehamilan.
13. Ukur pembesaran uterus. 13. Malnutrisi ibu berdampak terhadap
pertumbuhan janin dan memperberat
penurunan komplemen sel otak pada
janin, yang mengakibatkan
kemunduran perkembangan janin dan
kemungkinan-kemungkinan lebih
lanjut.
2. Gangguan keseimbangan Mengembalikan volume 1. Tentukan frekuensi atau beratnya 1. Memberikan data berkenaan dengan
cairan dan elektrolit cairan agar normal mual/muntah. semua kondisi. Peningkatan kadar
berhubungan dengan kembali. Hormon Chorionik Gonadotropin
kehilangan cairan dan (HCG), perubahan metabolisme
elektrolit secara berlebih. karbohidrat dan penurunan motilitas
gastrik memperberat mual/muntah pada
trimester I.
2. Tinjau ulang riwayat kemungkinan 2. Membantu dalam mengenyampingkan
masalah medis lain (misalnya Ulkus penyebab lain untuk mengatasi masalah
peptikum, gastritis). khusus dalam mengidentifikasi
intervensi.
3. Kaji suhu badan dan turgor kulit, 3. Sebagai indikator dalam membantu
membran mukosa, TD, input/output mengevaluasi tingkat atau kebutuhan
dan berat jenis urine. Timbang BB hidrasi.
klien dan bandingkan dengan
standar.
4. Anjurkan peningkatan asupan 4. Membantu dalam meminimalkan
minuman berkarbonat, makan mual/muntah dengan menurunkan
sesering mungkin dengan jumlah keasaman lambung.
sedikit. Makanan tinggi karbonat
seperti : roti kering sebelum bangun
dari tidur.
3. Cemas berhubungan Menurunkan tingkat 1. Kontrol lingkungan klien dan batasi 1. Untuk mencegah dan mengurangi
dengan koping tidak kecemasan klien. pengunjung. kecemasan.
efektif, perubahan 2. Kaji tingkat fungsi psikologis klien. 2. Untuk menjaga intergritas psikologis.
psikologi kehamilan 3. Berikan support psikologis. 3. Untuk menurunkan kecemasan dan
membina rasa saling percaya.
4. Berikan penguatan positif. 4. Untuk meringankan pengaruh
psikologis akibat kehamilan.
5. Berikan pelayanan kesehatan yang 5. Penting untuk meningkatkan
maksimal. kesehatan mental klien.

4. Intoleransi aktifitas Meningkatkan toleransi 1. Anjurkan klien membatasi aktifitas 1. Menghemat energi dan menghindari
berhubungan dengan aktivitas. dengan isrirahat yang cukup. pengeluaran tenaga yang terus-
kelemahan. menerus untuk meminimalkan
kelelahan/kepekaan uterus.
2. Anjurkan klien untuk menghindari 2. Aktifitas yang ditoleransi sebelumnya
mengangkat berat. mungkin tidak dimodifikasi untuk
wanita beresiko.
3. Bantu klien beraktifitas secara 3. Aktifitas bertahap meminimalkan
bertahap. terjadinya trauma serta meringankan
dalam memenuhi kebutuhannya.
4. Anjurkan tirah baring yang 4. Tingkat aktifitas mungkin perlu
dimodifikasi sesuai indikasi. dimodifikasi sesuai indikasi.

(Prawiroharjho, 2008)
1.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012: 53). Dalam
melaksanakan tindakan perawatan, selain melaksanakannya secara mandiri, harus
adanya kerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Implementasi merupakan realisasi
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan menilai data yang
baru. Implementasi tindakan dibedakan menjadi tiga kategori yaitu: independent
(mandiri), interdependent (bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya: dokter, bidan,
tenaga analis, ahli gizi, apoteker, ahli kesehatan gigi, fisioterapi dan lainnya) dan
dependent (bekerja sesuai instruksi atau delegasi tugas dari dokter). Perawat juga
harus selalu mengingat prinsip 6S setiap melakukan tindakan, yaitu senyum, salam,
sapa, sopan santun, sabar dan syukur. Selain itu, dalam memberikan pelayanan,
perawat harus melaksankannnya dengan displin, inovatif (perawat harus berwawasan
luas dan harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi), rasional, integrated (perawat harus mampu bekerja sama dengan
sesama profesi, tim kesehatan yang lain, pasien, keluarga pasien berdasarkan azas
kemitraan), mandiri, perawat harus yakin dan percaya akan kemampuannya dan
bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan
berhasil (Zaidin, 2010: 84).
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis
dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Gaffar,
2011: 50).
1.3.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan denagn criteria hasil pada tahap perencanaan. Pada tahap evaluasi ini
terdiri dari 2 kegiatan yaitu (Setiadi, 2012: 57).
1. Evaluasi formatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan
respon segera. Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatn
perkembangan denagn berorientasi kepada masalah yang dialami klien. Format yang
dipakai adalah SOAP yaitu S: subjektif ddalah perkembangan keadaan yang
dirasakan klien, dikeluhkan, dan dikemukakan klien; O: objektif adalah
perkembangan yang dapat diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan lain;
A: analisis yaitu penilaian dari kedua jenis data apakah berkembang ke arah
perbaikan atau kemunduran; P: perencanaan berdasarkan hasil analisis yang berisi
melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi.
2. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil obsevasi dan analisis status pasien pada waktu
tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan. Evaluasi ini
dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan dicapai. Format
yang dipakai adalah format SOAPIER yaitu S: subjektif ddalah perkembangan
keadaan yang dirasakan klien, dikeluhkan, dan dikemukakan klien; O: objektif adalah
perkembangan yang dapat diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan lain;
A: analisis yaitu penilaian dari kedua jenis data apakah berkembang ke arah
perbaikan atau kemunduran; P: perencanaan berdasarkan hasil analisis yang berisi
melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi; I:
implementasi yaitu tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana; E: evaluasi yaitu
penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan evaluasi telah dilaksanakan dan
sejauh mana masalah klien teratasi; R: reassesment yaitu bila hasil evaluasi
menunjukkan masalah belum teratasi, pengkajian ulang perlu dilakukan kembali
melalui proses pengumpulan data subjektif, objektif dan proses analisisnya.

Anda mungkin juga menyukai