Kelompok pertama, yaitu “rekayasa genetik” merupakan teknik yang berasal dari
kemajuan dalam bidang biologi melokuler, biokimia dan genetika. Kelompok kedua
didasarkan pada prosedur-prosedur seluler yang baru, yang berlandaskan teknologi kultur
jaringan yang lebih tua (Vandana, 1994 : 1).
Peran serta masyarakat dan penentu atau pengambil kebijakan dalam upaya menjaga
dan mengembangkan keanekaragaman hayati sangat dibutuhkan, hal ini bukan semata-mata
ada kepentingan oleh sekelompok orang atau organisasi, namun lebih jauh untuk menjaga
atau mempertahankan keseimbangan ekosistem alami dengan keragaman organisme dari
pergeseran (penjajahan total) akibat arus bioteknologi (rekombinan) yang belum kita ketahui
dampaknya untuk masa yang akan datang terhadap keberlanjutan umat manusia dan alam ini.
Kiranya sudah tidak dapat terbendung lagi derasnya arus bioteknologi memasuki
milenium ke tiga, yang semakin hari keberadaanya semakin kokoh. Menurut beberapa
informasi, sangat banyak manfaat bioteknologi ini bagi kehidupan manusia dalam
meningkatkan kesejahteraan dan perbaikan hidupnya, antara lain untuk memerangi kelaparan,
mengatasi kelangkaan sumber daya energi, mengurangi pencemaran lingkungan dan masih
banyak lagi.
Menghadapi pesatnya kemajuan bioteknologi ini, apa yang sebenarnya harus
dilakukan dalam mengantisipasinya, terutama dampak negatif yang mungkin ditimbulkan.
Pengkajian mendalam melalui dasar-dasar pengetahuan, penalaran, logika, moral, agama,
serta kriteria kebenarannya, tentu akan sangat membantu menuntun kita pada tujuan
pengembangn IPTEK yang sebenarnya.
Selaras dengan kemajuan peradaban, bioteknologi dapat dijadikan tolak ukur
perkembangan otak manusia yang luar biasa saat ini. Sehingga sangatlah mungkin muncul
pertanyaan, apakah benar semakin cerdas otak manusia makin pandai manusia menemukan
kebenaran, makin baikkah perbuatan manusia? Maka, penguasaan manusia terhadap
teknologi hendaklah menuntut perkembangan moral manusia itu juga. Tanpa landasan moral
maka manusia yang sudah beranjak menjadi ilmuan akan mudah sekali tergelincir dalam
melakukan prostitusi intelektual (Suriasumantri, 1999).
Bioteknologi adalah suatu bidang penerapan biosains dan teknologi yang menyangkut
penerapan praktis organisme hidup atau komponennya pada tingkat subseluler, baik pada
industri maupun lingkungan. Organisme hidup yang dimanfaatkan antara lain ialah bakteri,
khamir, alga, sel tumbuhan dan sel hewan.
Penerapan bioteknologi akan berhasil jika dilakukan pengintegrasian beberapa
disiplin ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Ilmu pengetahuan alam tersebut ialah
mikrobiologi, biokimia, genetika, biologi molekuler, kimia, rekayasa genetika dan teknik
kimia (Lukas dan Isnawati, 1997 : 27).
Bioteknologi sebenarnya telah diterapkan manusia sejak jaman dahulu. Tidak dapat
dipastikan apakah penerapan bioteknologi tersebut secara sadar atau tidak sadar dan apakah
proses mikrobial tersebut diketahui secara kebetulan atau berdasarkan suatu percobaan
intuitif. Perkembangan bioteknologi selanjutnya ialah salah satu contoh dari kemampuan
manusia menggunakan aktivitas penting suatu mikroorganisme guna memenuhi
kebutuhannya.
Bioteknologi yang diterapkan pada jaman dahulu berbeda jika dibandingkan dengan
keadaan yang sekarang. Bioteknologi pada jaman dahulu dilakukan dengan cara yang relatif
sederhana dan dalam suasana tidak steril. Sebelum munculnya jaman minyak bumi banyak
senyawa industri yang penting seperti etanol, asam asetat, butanol, aseton dan asam organik
dihasilkan dengan menggunakan metode fermentasi yang terbuka terhadap lingkungan.
Untuk membatasi mikroorganisme yang menjadi kontaminan dilakukan dengan
memanipulasi lingkungan ekologinya secara hati-hati. Pada saat itu belum dikenal teknik
sterilisasi. Bahan-bahan desinfektan juga belum diketahui.
Fermentasi bahan makanan juga sudah dilakukan tetapi dengan cara yang relatif
sederhana tetapi telah dikerjakan dalam skala besar. Misalnya pembuatan anggur dan bir,
pengembangan roti dengan bantuan ragi.Penggunaan mikroorganisme untuk tujuan
dekomposisi dan detoksifikasi air selokan juga sudah dilakukan pada saat itu, walaupun
metodenya sangat sederhana.
Bioteknologi moderen menggunakan cara-cara yang lebih canggih. Sekitar tahun
1940 kultivasi mikroorganisme secara steril telah dilakukan. Proses biologis tertentu suatu
mikroorganisme dapat dijaga supaya tidak terkontaminasi media dan bioreaktor terlebih
dahulu serta menggunakan perlengkapan yang dapat mencegah kontaminan yang
masuk.Bioteknologi moderen juga mengembangkan pemanipulasian genom organisme
penting untuk tujuan tertentu. Teknik yang digunakan antara lain mutasi buatan, hibridisasi
somatik dan rekayasa genetika. Dengan teknik-teknik tersebut dimungkinkan untuk
mendapatkan organisme baru dengan sifat-sifat yang dikehendaki.
Enzim yang biasanya digunakan dalam proses bioteknologi juga dikembangkan.
Misalnya dilakukan teknik immobilisasi yang sesuai pada enzim tersebut sehingga
memungkinkan penggunaannya kembali sebagai biokatalisator.
Bioteknologi moderen juga mengembangkan rekayasa biokimia, misalnya kemajuan
besar telah dibuat dalam rancang bangun bioreaktor, teknik pemantauan suatu proses dan
pengendalian proses fermentasi dengan bantuan komputer.
Rekayasa produk dan sistem juga dikembangkan dalam bioteknologi moderen.
Kemampuan menghasilkan sejumlah molekul biologi seperti antibodi dan enzim, bersamaan
dengan teknik immobilisasi protein dan sel, memberikan kemungkinan pengembangan yang
radikal. “Sensor” baru dapat digunakan untuk tujuan biodiagnosis dan biodetoksifikasi.
Sistem-sistem seperti ini masih dikombinasikan dengan alat-alat mikroelektris atau komputer
yang memungkinkan pemrograman pengendalian yang canggih dalam banyak industri
bioteknologi dan jasa (Lukas dan Isnawati, 1997 : 30-32).
Menjelang akhir abad ke-20 sebagian besar masyarakat dunia menanti bioteknologi
dengan penuh harapan untuk memecahkan berbagai masalah umat manusia di bumi. Namun
sebagian masyarakat memandang bahwa memasuki era bioteknologi sama saja memasuki
hutan belantara ketidakpastian tentang dampak yang akan terjadi kemudian
hari.Perkembangan bioteknologi sekarang ini akan menimbulkan dampak serius pada
demensi etika dan budaya. Rekayasa genetika menimbulkan masalah-masalah etika serius
yang berhubungan dengan pengubahan, manipulasi, penetapan paten dan pemilikan bentuk-
bentuk kehidupan. Berbagai perkembangan di bidang kesehatan juga akan membawa
implikasi mendalam pada nilai-nilai budaya. Infrastruktur teknologi dan desakan ekonomi
akibat bioteknologi membawa dampak besar pada struktur sosial ekonomi serta pada nilai-
nilai budaya, sementara masyarakat luas tidak mendapat informasi dan diasingkan dari
pengambilan keputusan tentang arah, batas-batas tujuan dan dampak bioteknologi.
Peran manusia seiring dengan kemajuan bioteknologi kiranya tak dapat disangkal
lagi. Sebagai pelaku, manusia dituntut mempunyai kerangka berfikir sistematis serta
mempunyai wawasan luas terhadap ilmunya, mampu melihat hakikat ilmu dalam konstelasi
pengetahuan yang lain, dapat mengkaitkan ilmu dengan moral, ilmu dengan agama, serta
harus yakin bahwa ilmu yang dipunyai membawa kebahagian kepada diri dan lingkungannya
(Suriasumantri, 1999).
Suatu peringatan bahwa dibidang tertentu sering dijumpai pandangan-pandangan
ilmuwan yang keliru, seorang ahli memandang rendah bidang ilmu lainnya. kondisi ini tentu
tidak dapat dibenarkan karena akan mengancam kemajuan ilmu. Dalam era bioteknologi
pandangan terhadap semua bidang ilmu adalah sederajad, karena sesungguhnya bioteknologi
adalah multidisiplin ilmu. Tidak ada bioteknologi yang bekerja sendiri. Bioteknologi
merupakan kumpulan dari berbagai bidang keahlian, yakni: biokimia, mikrobiologi, biologi
molekuler dan seluler, genetika, embriologi, immunologi, biologi reproduksi dan ahli
komputer. Semua orang yang menguasai bidang-bidang ilmu tersebut harus dapat bekerja
dalam satu tim. Dengan demikian, aktivitas bioteknologi dapat dilakukan untuk memberi
nilai tambah bagi industri yang telah memanfaatkan bioteknologi.
1. Bidang Pertanian
Rekayasa genetika dalam bidang pertanian terus dikembangkan. Rekayasa di bidang
pertanian terutama ditunjukkan untuk pembentukan tanaman yang dapat menambat Nitrogen
(N2) dari udara sehingga pemberian pupuk nitrogen tidak perlu. Selain itu pembentukan
tanaman yang tahan terhadap penyakit juga dikembangkan, misalnya tanaman tembakau yang
tahan terhadap infeksi virus mozaik.
Nitrogen ialah unsur yang sangat diperlukan oleh manusia, hewan, tumbuhan dan
mikroorganisme. Nitrogen dalam tubuh organisme digunakan untuk membentuk senyawa
yang penting seperti protein, ADN dan ARN. Hewan dan manusia mendapatkan sumber N
dari makanannya. Tumbuhan mendapatkan unsur N dengan jalan mengekstraksi dari tanah.
Sumber N yang terdapat dalam tanah makin lama makin menipis, sehingga tidak mencukupi
kebutuhan tanaman. Oleh sebab itu pupuk nitrogen harus diberikan. Keinginan petani untuk
meningkatkan produksi setinggi mungkin dalam lahan yang terbatas, menyebabkan
penggunaan pupuk nitrogen yang sangat tinggi. Hal ini mendatangkan beberapa kerugian.
Industri pupuk nitrogen harus didirikan. Pendirian industri ini memakan biaya sangat besar.
Pembuatan pupuk nitrogen dalam jumlah besar akan mempercepat penipisan cadangan
minyak bumi. Seperti diketahui, bahwa minyak bumi merupakan bahan baku industri pupuk.
Sebab itu melalui rekayasa genetika dibentuk tanaman yang dapat menambat N2 dari udara.
Tanaman yang dapat menambat N2 dari udara sangat menguntungkan sekali. N2 yang
prosentasenya 80% di udara dapat dimanfaatkan. Penghematan minyak bumi dapat dilakukan
dan pencemaran air tanah oleh nitrat juga dapat dicegah, karena pemupukan dengan pupuk
nitrogen dalam jumlah yang besar dapat meningkatkan kadar nitrat di perairan. Tanaman
yang dapat memupuk dirinya sendiri dengan nitrogen akan menghemat biaya yang harus
dikeluarkan oleh petani.
Tiga kemungkinan yang dapat dilakukan untuk membantu tanaman budidaya agar dapat
memanfaatkan pabrik pupuk yang berupa mikroba sebagai berikut :
Usaha memodifikasi mikroba, padi-padian atau keduanya sehingga dapat mengadakan
simbiosis dan masing-masing memperoleh keuntungan dari simbiosis ini.
Memodifikasi jenis bakteri lain yang dapat hidup dengan subur pada jenis padi-padian
menjadi tipe yang dapat menambat nitrogen.
Menerapkan teknik rekayasa genetika untuk mendapatkan jenis padi-padian yang
mampu menambat nitrogennya sendiri dari udara, dengan mentransfer gen yang diambil dari
mikroba penambat nitrogen.
Bakteri penambat nitrogen ada yang hidup bebas (Azotobacter) dan ada yang hidup
bersimbiosis (Rhizobium). Rhizobium bersimbiosis dengan kelompok tanaman tertentu, yaitu
kelompok Leguminosae. Rhizobium yang masuk ke dalam akar tanaman Leguminosae dan
menyebabkan terbentuknya bintil akar. Simbiosis ini ialah mutualisme karena bakteri
mendapatkan zat-zat yang dibutuhkakn dari inang dan inang mendapat unsur N dari bakteri.
Enzim utama dalam penambatan N2 oleh bakteri ialah Nitrogenase. Enzim ini menambat
N2 dari udara menggunakan tenaga dari fotosintesis tanaman dan selanjutnya enzim ini
mengubah N2 menjadi amoniak. Gen pengkode enzim penambat nitrogen disebut gen nif
(nitrogen-fixation). Jumlah gen nif dalam bakteri tidak hanya satu tetapi dapat lebih dari satu
lusin. Hal yang menguntungkan ialah gen-gen ini terletak berdekatan membentuk rantai,
sehingga dimungkinkan untuk mengisolasi potongan ADN yang mengandung gen-gen
tersebut. Potongan ADN tersebut dapat langsung disisipkan ke dalam ADN jenis tanaman
tertentu (misal padi-padian) sehingga padi-padian tersebut dapat menambat nitrogennya
sendiri.
Supaya gen nif tersebut terekspresi di dalam tanaman padi-padian, maka perangkat-
parangkat yang diperlukan untuk ekspresi gen harus diperhatikan. Misalnya, urutan ADN
pengendali harus sesuai dengan urutan ADN pengendali pada sel padi-padian, sehingga gen
nif yang merupakan sisipan tersebut dikenali oleh sel padi sebagai gennya sendiri (Lukas dan
Isnawati, 1997 : 46-48).
3. Bidang Kesehatan
Bioteknologi di bidang kesehatan dewasa ini difokuskan untuk penemuan obat-obatan
dalam hal-hal seperti tersebut di bawah ini :
Memerangi penyakit jantung dan saluran darah, kanker dan kencing manis.
Mendapatkan antibiotika yang lebih baik dan lebih murah untuk melawan penyebaran
mikroorganisme menular yang telah menjadi resisten terhadap antibiotika konvensional.
Menemukan vaksin untuk melawan virus (hepatitis, influenza, rabies) dan penyakit
malaria serta penyakit tidur.
Dapat melakukan uji diagnosis yang cepat dan tepat untuk membantu dokter dalam
menentukan diagnosis berbagai penyakit.
Penyempurnaan metode pencangkokan organ yang sesuai agar tidak terjadi proses
penolakan.
Penyempurnaan teknik perbaikan kimia tubuh untuk menyembuhkan penyakit
keturunan, misalnya hemofili.
1. Pertanian
2. Kesehatan
3. Lingkungan
BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL
Pencemaran lingkungan merupakan salah satu isu global yang marak dibicarakan
saat ini. Tingginya tingkat pencemaran akan berdampak serius terhadap kelangsungan
hidup umat manusia.
1. Menghasilkan energi berupa bahan bakar yang ramah lingkungan, misalnya etanol dan
biogas (gas metana)
2. Pengolahan berbagai macam limbah, misalnya limbah industri, limbah plastik dan
pencemaran air yang disebabkan oleh minyak melalui bioremediasi
Kajian ilmiah ISIS (GM Food Nightmare Unfolding in the Regulatory Sham) juga
menyampaikan tentang bagaimana pengambil kebijakan dan lembaga penasihat seperti
European Food Safety Authority telah mengabaikan prinsip kehati-hatian (precautionary
principle), menyalahgunakan ilmu, tidak mematuhi hukum, dan membantu mempromosikan
teknologi rekayasa genetik dengan fakta yang berlawanan dengan keamanan pangan dan
pakan rekayasa genetik.
Setelah 30 tahun Organisme Hasil Rekayasa Genetik (OHRG) atau Genetically Modified
Organism (GMO), lebih dari cukup kerusakan yang ditimbulkannya terdokumentasikan
dalam laporan ISP. Di antaranya:
1. Tidak ada perluasan lahan, sebaliknya lahan kedelai rekayasa genetik menurun sampai 20
persen dibandingkan dengan kedelai non-rekayasa genetik. Bahkan kapas Bt di India gagal
sampai 100 persen.
2. Tidak ada pengurangan pengunaan pestisida, sebaliknya penggunaan pestisida tanaman
rekayasa genetik meningkat 50 juta pound dari 1996 sampai 2003 di Amerika Serikat.
3. Tanaman rekayasa genetik merusak hidupan liar, sebagaimana hasil evaluasi pertanian
Kerajaan Inggris.
4. Bt tahan pestisida dan roundup tahan herbisida yang merupakan dua tanaman rekayasa
genetik terbesar praktis tidak bermanfaat.
5. Area hutan yang luas hilang menjadi kedelai rekayasa genetik di Amerika Latin, sekitar 15
hektar di Argentina sendiri, mungkin memperburuk kondisi karena adanya permintaan untuk
biofuel. Meluasnya kasus bunuh diri di daerah India, meliputi 100.000 petani antara 1993-
2003 dan selanjutnya 16.000 petani telah meninggal dalam waktu setahun.
6. Pangan dan pakan rekayasa genetik berkaitan dengan adanya kematian dan penyakit di
lapangan dan di dalam tes laboratorium.
7. Herbisida roundup mematikan katak, meracuni plasenta manusia dan sel embrio. Roundup
digunakan lebih dari 80 persen semua tanaman rekayasa genetik yang ditanam di seluruh
dunia.
8. Kontaminasi transgen tidak dapat dihindarkan. Ilmuwan menemukan penyerbukan
tanaman rekayasa genetik pada non-rekayasa genetik sejauh 21 kilometer.
RESIKO KESEHATAN
Dr. Irina Ermakova menunjukkan bagaimana kedelai rekayasa genetik menyebabkan tikus
betina melahirkan bayi kerdil dan tidak normal dengan lebih dari setengahnya meninggal
dalam tiga minggu. Ratusan penduduk dan pemetik kapas di India mengalami alergi. Ribuan
domba mati setelah merumput di lahan yang mengandung residu kapas Bt, begitu pun
kambing dan sapi dilaporkan tahun ini. Protein buncis berbahaya pindah ke kacang polong,
ketika diuji coba pada tikus menyebabkan radang paru-paru hebat dan secara umum
menimbulkan sensitif makanan.
Sejumlah penduduk di selatan Philipina jatuh sakit ketika lahan jagung sekitarnya berbunga
pada tahun 2003, lima meninggal dan sebagian masih sakit hingga sekarang. Sejumlah sapi
mati setelah makan jagung rekayasa genetik di Hesse, Jerman dan beberapa lainnya dibunuh
karena penyakit misterius. Arpad Pusztai dan rekannya menemukan tomat rekayasa genetik
dengan snowdrop lectin merusak setiap sistem organ tikus muda. Jagung rekayasa genetik
Mon 863 yang dinyatakan aman seperti jagung non-rekayasa genetik oleh perusahaan dan
diterima oleh EFSA, tetapi ketika dianalisa oleh ilmuwan indipenden CriiGen, mereka
menemukan tanda keracunan pada liver dan ginjal.
Fakta mendorong kita untuk mempertimbangkan bahwa risiko GMO mungkin melekat pada
teknologinya, ilmuwan ISIS mengingatkan untuk sepuluh tahun ke depan.
RESIKO POTENSIAL
1. Gen sintetik dan produk gen baru yang berevolusi dapat menjadi racun dan atau
imunogenik untuk manusia dan hewan.
2. Rekayasa genetik tidak terkontrol dan tidak pasti, genom bermutasi dan bergabung, adanya
kelainan bentuk generasi karena racun atau imunogenik, yang disebabkan tidak stabilnya
DNA rekayasa genetik.
3. Virus di dalam sekumpulan genom yang menyebabkan penyakit mungkin diaktifkan oleh
rekayasa genetik.
4. Penyebaran gen tahan antibiotik pada patogen oleh transfer gen horizontal, membuat tidak
menghilangkan infeksi.
5. Meningkatkan transfer gen horizontal dan rekombinasi, jalur utama penyebab penyakit.
6. DNA rekayasa genetik dibentuk untuk menyerang genom dan kekuatan sebagai promoter
sintetik yang dapat mengakibatkan kanker dengan pengaktifan oncogen (materi dasar sel-sel
kanker).
7. Tanaman rekayasa genetik tahan herbisida mengakumulasikan herbisida dan meningkatkan
residu herbisida sehingga meracuni manusia dan binatang seperti pada tanaman.
1. Sosial Ekonomi
2. Etika/Moral
3. Kesehatan
4. Lingkungan Hidup
Ananda Chakrabarty, orang pertama yang memiliki hak paten atas organisme
transgenik
Contoh penerapan bioteknologi yang bertentangan dengan etika dan moral diantaranya
adalah:
1. Menyisipkan gen makhluk hidup kepada makhluk hidup lain yang tidak
berkerabat dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum alam dan sulit diterima
masyarakat
2. Penyisipan gen babi ke dalam buah semangka dapat membawa konsekuensi
bagi penganut agama tertentu.
3. Pemberian hak paten atas organisme transgenik bertentangan dengan banyak
nilai-nilai budaya yang menghargai nilai intrinsik makhluk hidup karena pemberian
hak paten pada organisme hasil rekayasa menyebabkan pemberian hak pribadi atas
organisme yang bisa disalahgunakan.
4. Kloning manusia saat ini masih dipertentangkan dan dianggap merusak nilai
etika dan moral karena merusak embrio/janin manusia untuk alasan apapun dianggap
tidak manusiawi
VIRUS KORONA
Produk rekayasa bidang kesehatan telah menimbulkan masalah yang serius. Contohnya
adalah: