ABSTRAK
Fluor albus adalah cairan yang dikeluarkan dari alat genital wanita dan dibagi menjadi dua, yaitu keputihan
fisiologis dan patologis. Keputihan bukan suatu penyakit, tetapi merupakan manifestasi dari hampir semua pen-
yakit kandungan. Penyebab paling sering keputihan adalah infeksi. Personal hygiene habits merupakan salah satu
faktor yang memegang peranan penting untuk menghindari infeksi yang dapat menyebabkan keputihan. Penelitian
ini bertujuan mengetahui korelasi antara personal hygiene habits dengan kejadian fluor albus patologis. Metode
penelitian menggunakan desain cross sectional dengan populasi penelitian santri Pondok Pesantren Al-Munawwir
Komplek Q. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive dan random sampling dengan besar sampel 106
santri. Alat pengumpulan data adalah kuesioner personal hygiene habits dan fluor albus. Analisis data menggu-
nakan uji chi-square dan Coefficient Contingency. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52% santri memiliki
personal hygiene habits yang buruk dan sebanyak 75,5 santri mengalami fluor albus patologis. Hasil uji statistik
didapatkan p=0.000 dan C=0,517, sehingga terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara personal hygiene
habits dengan kejadian fluor albus patologis. Semakin buruk personal hygiene habits seseorang, maka keputihan
yang dialaminya semakin besar bersifat patologis.
Kata kunci : Personal hygiene habits, fluor albus patologis
ABSTRACT
Fluor albus is fluid secretion from the woman’s genitals (vagina) and divided into physiological and patho-
logical. Fluor albus is not a disease but most indication of gynecological problems. The most common cause of
pathological fluor albus is infection. Personal hygiene habits are an important factor to avoid an infection which
causes fluor albus. This study aims to know the correlation between personal hygiene habits with occurrence of
pathological fluor albus, that used cross sectional method with santri as research population in Pondok Pesantren
Al-Munawwir Komplek Q. The sampling used purposive and random sampling, with sampling size 106 santri, and
used personal hygiene habits and fluor albus questionnaires to collect data. Data analysis used chi-square test
and Coefficient Contingency test. Results of the study showed that 52 % santri had bad personal hygiene habits
and 75,5% santri were indicated pathological fluor albus. Statistical tests showed p=0.000 and C=0,517 which
means there were positive and significant correlation between personal hygiene habits with occurrence of patho-
logical fluor albus. This is indicating when someone has bad personal hygiene habits, so they are experiencing
pathological fluor albus.
Keywords : Personal hygiene habits, pathological fluor albus
Copyright © 2018 Universitas Hasanuddin. This is an open access article under the CC BY-NC-SA license
(https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/).
DOI : http://dx.doi.org/10.30597/mkmi.v14i1.3714
36
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 1, Maret 2018
37
Umi Sa’adatun Nikmah : Personal Hygiene Habits dan Kejadian Flour Albus Patologis
buang air tidak dikeringkan dahulu, tidak berganti Tabel 1. Distribusi Variabel Penelitian
pakaian dalam ketika merasa lembab, dan bergan- Variabel n=106 %
ti pakaian dalam 2 kali dalam sehari, dan kondisi Umur
lingkungan yang kurang bersih menjadikan fak- Remaja Awal (10-14 tahun) 21 19,8
tor penyebab terjadinya keputihan (flour albus) Remaja Akhir (15-19 tahun) 85 80,2
di lingkungan pondok pesantren tersebut. Tujuan Tingkat Pendidikan
penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi SMP/MTs 20 18,9
antara personal hygiene habits dengan kejadian SMA/MA 15 14,2
flour albus patologis pada santri Pondok Pesantren D3/D4/S1 71 67,0
Al-Munawwir Komplek Q. Uang Saku Bulanan
<Rp.600.000,00 67 63,2
Rp.600.000,00 - Rp.1.000.000,00 33 31,1
BAHAN DAN METODE
>Rp.1.000.000,00 6 5,7
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Personal Hygiene Habits
survei analitik dengan rancangan penelitian studi Baik 50 48,0
potong melintang (cross sectional). Penelitian ini Buruk 56 52,0
dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2016 Kejadian Fluor Albus Patologis
di Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q, Ya 80 75,5
Krapyak Kulon, Sewon, Bantul, D.I. Yogyakarta Tidak 26 24,5
dengan populasi seluruh santri Komplek Q yang Sumber: Data Primer, 2016
berjumlah 385 santri. Pengambilan sampel dilaku-
kan dengan mixed methods sampling yaitu meng- memiliki personal hygiene habits yang buruk yai-
gabungkan purposive sampling dan random sam- tu sebanyak 56 santri. Sedangkan 50 santri (48%)
pling. Besar sampel dihitung menggunakan rumus memiliki personal hygiene habits yang baik. Ber-
survei dari Lemeshow, sehingga diperoleh jumlah dasarkan Tabel 3, sebagian besar santri di Pondok
sampel 106 santri. Alat pengumpulan data adalah Pesantren Al-Munawwir Komplek Q Krapyak
kuesioner personal hygiene habits dan fluor albus Yogyakarta mengalami fluor albus patologis yaitu
Uji validitas dan reliabilitas telah dilakukan sebe- sebanyak 80 santri (75,5%) dibandingkan dengan
lum melakukan penelitian. Analisis data menggu- santri yang mengalami fluor albus fisiologis ha-
nakan uji chi-square dan coefficient contingency nya sejumlah 26 santri (24,5%). Kejadian keputi-
untuk mengetahui korelasi antara personal hy- han patologis mayoritas terjadi pada remaja awal
giene habits dengan kejadian fluor albus patolo- yaitu remaja yang berusia 10-14 tahun sebanyak
gis dan kekuatannya dengan menggunakan SPSS 80,1% dibandingkan dengan remaja akhir. Se-
23.0. dangkan berdasarkan tingkat pendidikan dan uang
saku bulanan santri, kejadian fluor albus patologis
HASIL paling tinggi terjadi pada tingkat SMP/MTs seba-
Karakteristik dasar santri berdasarkan umur, nyak 80,0% dan santri pada tingkat ekonomi tinggi
tingkat pendidikan, dan uang saku bulanan. Seba- yaitu lebih dari Rp.1.000.000,00, sebanyak 83,3%.
gian besar responden dalam penelitian ini adalah Tingkat pendidikan, umur, dan uang saku
santri kelompok usia remaja akhir (15-19 tahun), bulanan tidak mempunyai hubungan dengan ke-
yaitu sejumlah 85 santri (80,2%) dengan tingkat jadian fluor albus patologis. Hal ini dapat diketa-
pendidikan pada perguruan tinggi (D3, D4, dan hui dari hasil analisis yang menunjukkan p>0,05
S1), yaitu sebanyak 71 santri (67,0%), dan ma- yaitu p=0,514, p=0,867, dan p=0,619 yang berarti
yoritas dengan jumlah uang saku bulanan dalam bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
kategori tingkat ekonomi rendah, yaitu uang saku tingkat pendidikan dengan kejadian fluor albus
bulanan kurang dari Rp.600.000,00 sebanyak 67 patologis, umur dengan kejadian fluor albus pa-
santri (63,2%). Peneliti mengategorikan uang saku tologis, dan uang saku bulanan dengan kejadian
bulanan berdasarkan mean uang saku seluruh san- fluor albus patologis. Kekuatan korelasi yang di-
tri dan membagi interval sesuai penilaian objektif. hasilkan dari hasil koefisien kontingensi C=0,063,
Sebagian besar subyek penelitian (52%) C=0,052, dan C=0,095. Berdasarkan Tabel 5 dapat
38
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 1, Maret 2018
ditunjukkan bahwa uji chi square didapatkan bah- logis.18 Personal hygiene habits adalah kebiasaan
wa nilai χ2= 38.584 berarti χ2 hitung > χ2 tabel perawatan diri seseorang untuk mempertahankan
(3.841) dan nilai p=0,000 yang berarti p<0,05 yai- kesehatannya, dan dipengaruhi oleh nilai serta ke-
tu terdapat hubungan yang sangat signifikan antara terampilan.19 Pemenuhan personal hygiene diper-
personal hygiene habits dengan kejadian fluor al- lukan untuk kenyamanan individu, keamanan,
bus patologis dan berdasarkan tabel contingency dan kesehatan. Kebiasaan melakukan personal
coefficient nilai C yang menunjukkan 0,517 yang hygiene yang baik bertujuan untuk peningkatan
berarti hubungan kedua variabel tersebut cukup kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh
kuat. pertama dari pertahanan melawan infeksi. Ber-
dasarkan persentase hasil jawaban responden pada
PEMBAHASAN kuesioner personal hygiene habits dapat disimpul-
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditunjuk- kan bahwa personal hygiene habits santri masih
kan bahwa masih minimnya personal hygiene ha- cenderung buruk. Seseorang dikatakan memiliki
bits pada remaja khususnya santri. Banyak faktor kebersihan diri atau personal hygiene yang baik,
yang dapat mempengaruhi personal hygiene sese- apabila seseorang tersebut dapat menjaga kebersi-
orang seperti citra tubuh, pengetahuan, budaya, han tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, ta-
sosial ekonomi, dan kebiasaan santri itu sendiri. ngan dan kuku, dan kebersihan genitalia.18 Dalam
Dalam penelitian ini, peneliti hanya mem- penelitian ini personal hygiene habits membahas
bahas lebih spesifik mengenai kebiasaan santri da- lebih spesifik mengenai kebiasaan santri dalam
lam melakukan personal hygiene yang dihasilkan membersihkan dirinya terutama organ kewanita-
dari jawaban responden pada kuesioner personal annya. Kebiasaan yang dilakukan santri seperti
hygiene habits. Faktor lain seperti sosial ekonomi cara membersihkan organ kewanitaan yang salah,
dan pengetahuan, peneliti hanya menjelaskan se- penggunaan handuk bersama, frekuensi penggu-
cara umum dari karakteristik responden yang be- naan pembalut dan pantyliner yang belum tepat,
rupa uang saku dan tingkat pendidikan. frekuensi pemotongan bulu kemaluan yang jarang,
Personal hygiene merupakan perawatan penggunaan pakaian dalam yang lembab dan ja-
diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahan- rang menggantinya, penggunaan antiseptik khusus
kan kesehatan, baik secara fisik maupun psiko- organ kewanitaan yang kurang tepat, dan peng-
39
Umi Sa’adatun Nikmah : Personal Hygiene Habits dan Kejadian Flour Albus Patologis
gunaan air yang kurang higienis dengan keadaan bangan PH dan flora normal yang ada pada vagina.
lingkungan yang kotor. Wijayanti dalam Leo me- Santri dalam lingkungan pondok pesantren
nyatakan bahwa kebiasaan-kebiasaan dalam mem- memiliki praktik sosial yang dibentuk secara ala-
bersihkan diri yang tidak tepat dapat menyebabkan miah dan unik karena santri selama hampir 24 jam
rentannya santri untuk terinfeksi oleh bakteri, vi- berinteraksi dengan lingkungan sosial yang sama
rus, maupun jamur karena personal hygiene habits dan mempunyai aktivitas sosial yang hampir sama.
merupakan salah satu pertahanan diri seseorang Selain itu, fasilitas-fasilitas yang tersedia seperti
agar terhindar dari penyakit-penyakit yang mudah kamar mandi rata-rata untuk 20 santri, kamar tidur
menginfeksi. yang kurang layak yaitu dengan kapasitas santri
Membiasakan mencuci tangan terlebih da- 16 orang, dan lingkungan yang padat sangat mem-
hulu dan memotong kuku tangan ketika mulai pengaruhi bagaimana habits santri dalam menjaga
tumbuh panjang sangat penting untuk mencegah kesehatannya terutama dalam personal hygiene.
berpindahnya bakteri dari tangan ke organ kewani- Kebersihan lingkungan kamar mandi mau-
taan yang bersifat sensitif. Cara membersihkan or- pun WC di pondok pesantren kurang diperhatikan,
gan kewanitaan yang benar yaitu dari arah depan walaupun mungkin terlihat sepele tetapi toilet me-
ke belakang dimaksudkan agar bakteri dari anus rupakan tempat yang banyak mengandung bakteri.
tidak masuk ke dalam vagina. Hal tersebut diim- Frekuensi penggunaan yang sering dengan rasio
bangi dengan penggunaan air yang bersih yang 28 kali untuk setiap kakusnya dan milik bersama
berasal dari air yang mengalir bukan yang meng- sangat berpotensi membawa bakteri atau jamur se-
genang yang dapat tercemar oleh lingkungan seki- dangkan proses pembersihan kamar mandi hanya
tar. Menjaga vagina agar tidak lembab merupa- dilakukan 3-5 hari sekali. Fransisca menjelaskan
kan salah satu cara untuk mencegah terbentuknya bahwa kurang bersihnya kamar mandi atau WC
lingkungan yang baik untuk berkembang biaknya ini secara tidak langsung menularkan bakteri antar
bakteri maupun jamur. Hal tersebut dapat dilaku- satu wanita ke wanita yang lain.20 Oleh karena itu,
kan dengan cara mengeringkan vagina dengan pentingnya menjaga kebersihan kamar mandi atau
handuk pribadi maupun tisu lembut. Penggunaan WC.
bahan celana dalam dari katun yang dapat menye- Friedman menyatakan bahwa pendapatan
rap keringat, tidak ketat, dan sering mengganti ce- keluarga akan mempengaruhi kemampuan kelu-
lana dalam minimal 2 kali sehari atau segera saat arga untuk menyediakan fasilitas dan kebutuhan-
merasa basah. Selain itu, mencukur bulu kemalu- kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang
an secara rutin dengan gunting pribadi dan steril hidup dan kelangsungan hidup keluarga.21 Sum-
dapat mencegah vagina agar tidak terlalu lembab ber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis
dan mencegah penumpukan bakteri, jamur, mau- dan tingkatan praktik personal hygiene. Personal
pun parasit yang bersarang pada bulu kemaluan. hygiene memerlukan alat dan bahan seperti alat
Penggunaan pembalut yang berbau harum mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
dan mengandung gel tidak diperkenankan karena menyediakannya.
hal tersebut dapat memicu terjadinya iritasi bah- Dalam penelitian ini, peneliti hanya menilai
kan kanker pada organ kewanitaan. Pemilihan status ekonomi sosial keluarga berdasarkan uang
pembalut yang lembut dan pergantian sesering saku bulanan setiap santri. Apabila dibandingkan
mungkin setiap 4 jam sekali sangat membantu da- secara proporsional, hasil penelitian menunjukkan
lam pencegahan infeksi berupa bakteri. Hal terse- santri dengan tingkat ekonomi tinggi justru me-
but dikarenakan darah merupakan tempat yang ngalami kejadian fluor albus patologis. Hal terse-
baik untuk bakteri bersarang. Namun, penggunaan but menunjukkan tidak ada hubungan antara
pantyliner tidak disarankan saat rutinitas di luar ekonomi sosial keluarga terhadap personal hy-
siklus menstruasi karena dapat menyebabkan iri- giene habits santri.
tasi pada organ kewanitaan. Wijayanti dalam Leo Perilaku kesehatan terutama dalam hal per-
menyarankan penggunaan antiseptik dalam mem- sonal hygiene habits santri akan dipengaruhi oleh
bersihkan organ kewanitaan tidak diperuntukkan pengetahuan santri itu sendiri. Notoatmodjo dalam
setiap waktu karena dapat mengganggu keseim- Fitri menjelaskan bahwa salah satu faktor yang
40
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 1, Maret 2018
mempengaruhi perilaku seseorang yaitu tingkat banyaknya kasus keputihan patologis pada rema-
pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ja putri di Indonesia.10,11 Pada perempuan muda
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan datang dengan keluhan mengeluarkan duh vagina
terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pe- (keputihan) dengan diagnosis yang paling sering
ngetahuan manusia diperoleh melalui melihat dijumpai adalah hygiene yang buruk.28 Hal terse-
dan mendengar. Pengetahuan juga sangat erat de- but juga berlaku dalam penelitian ini, seluruh san-
ngan pendidikan, sebab pengetahuan didapat baik tri yang memiliki personal hygiene habits yang
melalui pendidikan formal mau pun informal.22,23 buruk mengalami fluor albus patologis.
Namun, dalam penelitian ini, tingkat pendidikan Sedangkan penelitian secara epidemiolo-
santri yang tinggi justru mayoritas mempunyai gi, fluor albus patologis dapat menyerang wanita
personal hygiene habits yang buruk. Peneliti mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat mau-
menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak pun usia tua dan tidak mengenal tingkat pendi-
selalu memiliki pengetahuan yang baik di bidang dikan, ekonomi dan sosial budaya.7 Hal tersebut
kesehatan khususnya. Santri akan berperilaku se- juga sama dengan penelitian ini. Berdasarkan total
suai dengan apa yang diketahui. Santri yang ber- sampel, mayoritas santri yang berpendidikan ting-
perilaku tidak sehat menunjukkan bahwa santri gi justru yang mengalami keputihan patologis, na-
itu sendiri tidak mengetahui perilaku tidak sehat mun bila secara proporsional santri berpendidikan
tersebut salah dan bisa merusak kesehatan san- rendah yang paling tinggi kejadian fluor albus pa-
tri, jika tidak ada pihak yang mengingatkan maka tologisnya. Begitu juga dengan tingkat ekonomi
perilaku tidak sehat tersebut akan terus dilakukan yang rendah maupun tinggi juga mengalami pa-
dalam kehidupan sehari-hari. tologis. Selain itu, berdasarkan hasil perhitungan
Berdasarkan kategori umur, santri pada ka- statistik, tiap variabel umur, tingkat pendidikan,
tegori remaja awal lebih sedikit mengalami kepu- dan tingkat ekonomi tidak terdapat hubungan den-
tihan patologis dibandingkan dengan santri pada gan kejadian fluor albus patologis. Hal tersebut
kategori remaja akhir. Namun, dari total respon- menunjukkan bahwa kejadian keputihan patologis
den 106 santri (100%) menyatakan mengalami ke- dapat beresiko pada setiap wanita.
putihan dalam 6 bulan terakhir. Hal tersebut sesuai Berdasarkan penelitian yang telah dilaku-
teori bahwa keputihan dapat terjadi di segala umur kan, seluruh santri yang mempunyai personal
baik remaja kategori awal maupun remaja akhir. hygiene habits yang buruk mengalami fluor al-
Keputihan adalah nama gejala yang beru- bus patologis. Hasil ini sesuai dengan teori yang
pa cairan yang dikeluarkan dari alat genital yang menunjukkan adanya korelasi yang bermakna an-
tidak berupa darah dan bukan penyakit tetapi me- tara personal hygiene habits seseorang dengan ke-
rupakan manifestasi dari hampir semua penyakit jadian fluor albus patologis (p=0,000). Kekuatan
kandungan.24,25 Dalam kondisi normal, kelenjar korelasi dapat dilihat dari hasil analisis dalam ta-
pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih bel koefisien kontingensi yaitu dengan nilai 0,517
yang keluar, sel-sel vagina yang terlepas dan yang berarti cukup kuat sesuai tabel korelasi kare-
sekresi dari kelenjar bartolin.26 Selain itu, sekret na mendekati nilai 1.
vagina juga disebabkan karena aktivitas flora nor- Kebanyakan kasus keputihan pada santri PP
mal yang hidup pada vagina yang normal. Flora Al-Munawwir Komplek Q adalah keputihan pato-
normal meliputi Corynebacterium, Bacteroides, logis. Salah satu faktor penyebabnya adalah ba-
Peptostreptococcus, Gardnerella, Mycoplasma, nyaknya bakteri-bakteri yang senantiasa berada di
dan Candida spp.27 dalam vagina yang merupakan flora normal, yang
Dalam penelitian ini, mayoritas santri me- telah berubah sifatnya menjadi bakteri-bakteri
ngalami keputihan patologis. Kusmiran dalam patogen disamping adanya mikroorganisme lain-
Sunarti mengatakan bahwa sekitar 90% remaja nya yang bersifat patogen potensial akibat ku-
putri di Indonesia berpotensi mengalami keputi- rangnya menjaga personal hygiene habits teruta-
han karena Indonesia adalah daerah yang beriklim ma pada organ kewanitaannya seperti kebiasaan
tropis, sehingga jamur, virus dan bakteri mudah membersihkan vagina dari arah belakang ke de-
tumbuh dan berkembang yang mengakibatkan pan, menggunakan air yang ada di bak atau ember,
41
Umi Sa’adatun Nikmah : Personal Hygiene Habits dan Kejadian Flour Albus Patologis
42
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 1, Maret 2018
wi Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Ke- psikis menjelang UAN dan SNMPTN dengan
bidanan dan Keperawatan. 2012;8(1):1-11. Kejadian Fluor Albus pada SIswi SMA Pe-
13. Katharini, Kusrini, Yuliawati Prasetyowati. serta Bimbingan Belajar [Skripsi]. Surakarta:
Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian UNS; 2013.
Keputihan pada Siswi SMU Muhammadiyah 21. Siregar, Syawalina Fithri. Pemenuhan Kebu-
Metro Tahun 2009. Jurnal Kesehatan “Metro tuhan Personal Hygiene pada Pasien Immobil-
Sai Wawai”. 2009;2(2):45-51. isasi Post Operasi Fraktur di Ruang Rindu B3
14. Paryono, Intan Nugraheni. Perilaku Penggu- Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
naan Tisu Toilet terhadap Kejadian Keputihan Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara;
pada Remaja. Jurnal Kebidanan dan Keseha- 2010:7.
tan Tradisional. 2016;1(1):25. 22. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Peneli-
15. Saraswati, Sylvia. 52 Penyakit Perempuan: tian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2002.
Mencegah dan Mengobati 52 Penyakit yang 23. Ambarwati, Fitri. Hubungan Tingkat Pen-
Sering Diderita Perempuan. Yogyakarta: Ka- didikan dan Tingkat Pengetahuan dengan
tahati; 2010. Kepatuhan Pengguna Pil Kb di Kecamatan
16. Arvianti, Karina. Hubungan Pengetahuan dan Weru Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013
Sikap dengan Gaya Hidup Sehat Mahasiswa [Skripsi]. Surakarta: UMS; 2014.
S1 [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia; 24. Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan,
2009. Penyakit Kandungan, dan Keluarga Beren-
17. Ikhwanudin, Alim. Perilaku Kesehatan Santri: cana untuk Pendidikan Bidan. 1 ed. Jakarta:
(Studi Deskriptif Perilaku Pemeliharaan Kese- EGC; 1998:385-7,405.
hatan, Pencarian dan Penggunaan Sistem Kes- 25. Manuaba, Ida Bagus Gde. Penuntun Kepani-
ehatan dan Perilaku Kesehatan Lingkungan di teraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. 2 ed.
Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, Suraba- Jakarta: EGC; 2004:240,83,320.
ya). Jurnal Sosial dan Politik. 2013;2(2):3. 26. Farrer, Hellen. Maternity Care. 2 ed. Jakarta:
18. Ardhiyanti, Yulrina, Risa Pitriani, Ika Putri EGC; 2001:20,252.
Damayanti. Panduan Lengkap Keterampilan 27. Hay, Phillip E. Bacterial Vaginosis as a Mixed
Dasar Kebidanan I. Yogyakarta: DEEPUB- Infection. Washington DC: ASM Press;
LISH; 2012:105-18. 2002:125-36.
19. Hoepen, Linell van, Vanessa Verster. Client 28. Mayasari, Intan Cristi, Siti Khuzaiyah, Rini
Services & Human Relations 2ed. South Afri- Krisiyanti. Karakteristik Wanita dengan Flu-
ca: Pearson Education; 2008:13-5. or Albus. Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK); 2015;
20. Fransisca, Jeanne. Hubungan antara stres 3:3.
43