NIM : 7101416323
RAGAM BAHASA
Sampah masih menjadi salah satu masalah besar dan rumit yang terus dihadapi ibu kota
Jakarta. Sampai sejauh ini, penanganan masalah sampah di Jakarta masih terus saja
kedodoran. Hal itu terjadi karena sampah masih dianggap sebagai kekotoran yang
menjijikkan dan sumber timbulnya berbagai penyakit.
Padahal, jika dikelola dengan manajamen yang baik, sampah justru bisa menjadi uang.
Sampah bukan lagi sumber pertikaian sebagaimana sedang terjadi antara Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintahan Kota Bekasi, Jawa Barat, saat ini.
Sampah organik bisa diolah menjadi pupuk, pakan ternak, dan energi. Sedangkan sampah
anorganik bisa didaur ulang menjadi bahan baru yang dapat digunakan kembali. Dengan
proses daur ulang, sampah dapat menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat untuk
mengurangi penggunaan bahan baku yang baru. Manfaat lain daur ulang adalah:
menghemat energi, mengurangi polusi, mengurangi kerusakan lahan dan emisi gas rumah
kaca.
Untuk sampah organik yang biasanya dihasilkan dari aktivitas rumah tangga dalam jumlah
yang cukup besar, pemerintah daerah harus memastikan tersedianya tempat-tempat
penampungan sementara yang tertutup dan kedap udara. Begitu truk datang, sampah-
sampah tersebut bisa langsung diangkut ke tempat penampungan akhir, tanpa harus
menaburkan aroma tak sedap yang mengganggu warga. Tiba di tempat penampungan
akhir, sampah pun siap diolah menjadi sumber daya yang memberikan keuntungan
ekonomi.
Sayang, impian pengelolaan sampah yang baik masih cukup jauh dari jangkauan.
Perseteruan antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan Pemerintahan Kota
Bekasi terkait tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Bantargebang, Bekasi, cukup
memberikan gambaran akan hal itu. Ini sekaligus membuka mata kita bagaimana
pentingnya pengelolaan sampah yang baik.
Jakarta sebagai kota metropolitan ternyata belum keluar juga dari karut-marut dalam
penanganan masalah sampah. Masyarakat dan Pemprov DKI Jakarta sama-sama belum
berbuat maksimal untuk memerangi sampah. Lihat saja, volume sampah dari warga DKI
Jakarta yang dibuang ke TPST di Bantargebang, Bekasi, dari tahun ke tahun terus
meningkat signifikan. Pada 1996, tercatat baru 1,96 juta ton, tapi setelah 19 tahun
kemudian, angka itu melonjak lebih dari tiga kali lipat menjadi 6,3 juta ton. Hal ini
membuktikan warga dan Pemprov DKI Jakarta telah gagal mengurangi sampah.
Dalam pengelolaan sampah sesungguhnya ada dua hal pokok yang harus dilakukan, yakni
pengurangan sampah dan penanganan sampah. Sayangnya, kedua hal tersebut tak
mendapatkan perhatian serius dari masyarakat dan pemerintah kota ini. Akibatnya, urusan
sampah seperti berputar-putar di tempat. Sampah tetap menjadi masalah di Jakarta.
Ke depan, Pemprov DKI Jakarta harus punya rencana strategis, modern, dan komprehensif
berkaitan dengan sampah. Ada landasan untuk mengambil langkah tersebut, yakni UU
18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan Pemerintah (PP) 81/2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, serta
Perda Provinsi DKI Jakarta 3/2013 tentang Pengelolaan Sampah.
Pesan kunci dari ketiga aturan main tersebut yakni bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
harus mengelola sampah, bukan membuang sampah. Karena itu, Pemprov DKI juga jangan
ragu untuk menggunakan teknologi pengelolaan sampah. Kita bisa belajar dari negara-
negara maju, seperti Jepang, Swedia, atau Jerman. Negara-negara tersebut sukses
mengurangi produksi sampah. Tidak itu saja, mereka juga berhasil menjadikan sampah
sebagai sumber daya.
Namun, dalam kehidupan sehari-hari kita masih sering melihat sampah yang dibuang ke
sembarangan tempat, ke got atau sungai, di lahan-lahan kosong, bahkan dibiarkan
berserakan di ruang-ruang publik. Tidak jarang pula terlihat sampah dibuang dari mobil
yang bergerak di jalan raya.
Tantangan memang tidak kecil untuk mengubah kebiasaan dari membuang sampah
menjadi mengelola sampah. Namun, kebiasaan itu harus ditanamkan mulai sekarang,
kepada masyarakat dan kepada anak-cucu kita. Ini penting agar mereka memandang
pengelolaan sampah tidak hanya dari sisi kepentingan kebersihan sebagai ekspresi
peradaban tinggi, tetapi sampah juga bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi, pakan
ternak, dan juga sumber uang.
Pengelolan Sampah
Pengelolaan yang baik salah satunya dengan cara daur ulang, daur ulang adalah
penggunaan kembali material/barang yang sudah tidak terpakai untuk menjadi produk lain.
Langkah-langkahnya adalah Pemisahan; pisahkan barang/material yang dapat didaur ulang dengan
sampah yang harus dibuang ke penimbunan sampah. Pastikan barang/material tersebut kosong dan
akan lebih baik jika dalam keadaan bersih. Penyimpanan; simpanlah barang/material kering yang
sudah dipisahkan tadi dimasukkan ke dalam boks/kotak tertutup tergantung jenis barangnya,
misalnya boks untuk kertas bekas, botol bekas, dll.
Solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut, diperlukan peran serta dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya kebersihan terhadap lingkungan sekitar, selain itu diperlukan juga
partisipasi dan dukungan pemerintah untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan dengan
menitikberatkan terhadap masalah sampah yang telah menjadi permasalahan utama.
BUANG SAMPAH