117 223 1 SM PDF
117 223 1 SM PDF
)
4(1) – Maret 2015: 45-49 (ISSN : 2303-2162)
Pengaruh Faktor Abiotik terhadap Produksi Protease dari Isolat Bakteri M1-23
Abstract
A study on the influence of abiotic factors in producing protease by bacterial isolates M1-23
was conducted from May 2013 to December 2013 in the Laboratory of Microbiology,
Department of Biology, Andalas University, Padang. This study aimed to find optimal
conditions by isolate M1-23 to produce protease. This study consists of two stages. First stage
used to produce the best protease and the second used to increase enzim homogenity. The result
showed that the highest enzyme activity was at medium temperature 550 C and pH 7.5. The best
homogenity was produced at 125 rpm of agitation process.
yang nyata dimana F hitung perlakuan > F pH terhadap Bacillus agri A-03 dalam
tabel. Interaksi faktor suhu inkubasi dan pH produksi protease alkali dan keratinase
medium berdasarkan uji Duncan’s disajikan menunjukkan aktivitas enzim tertinggi pada
pada Gambar 1. suhu 550C. Menurut Moat dan Foster
(1995), suhu merupakan faktor penting bagi
pertumbuhan mikroorganisme. El-Refai et
al., (2005) melaporkan produksi keratinase
maksimum dari Bacillus pumilus F9
dihasilkan pada suhu inkubasi 550C dengan
nilai aktivitas enzim paling tinggi.
Penelitian yang telah dilakukan oleh
Kurniawan (2011), didapatkan hasil bahwa
aktivitas protease dari Bacillus TPT-20
pada suhu 550C menunjukkan aktivitas
yang paling tinggi. Produksi enzim dibawah
suhu optimum menunjukkan berkurangnya
Gambar 1. Efek suhu inkubasi terhadap nilai aktivitas enzim protease. Walstra et
produksi protease. al., (2006) juga melaporkan bahwa aktivitas
protease dari Bacillus sp. Strain SMIA-2
Gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan termofilik memberikan aktivitas enzim
suhu 550C dan pH 7,5 memiliki aktivitas tertinggi pada suhu 550C.
enzim paling tinggi dan berbeda nyata Johnvesly dan Naik (2001),
dengan perlakuan lainnya. Perlakuan suhu melaporkan bahwa Bacillus sp. JB99 dapat
500C dan pH 7,5 memiliki aktivitas enzim tumbuh dan menghasilkan protease alkali
tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan pada rentang suhu yang luas antara 30–
lainnya. Perlakuan suhu 500C dan pH 9,0 600C dengan protease maksimum
memiliki aktivitas paling rendah tetapi tidak dihasilkan pada suhu optimum 550C.
berbeda nyata dengan perlakuan suhu 500C Peningkatan suhu yang melebihi suhu
dan pH 8,5. optimum menyebabkan lemahnya ikatan
Gambar 1 menunjukkan bahwa didalam enzim. Pada suhu maksimum
produksi protease mengalami peningkatan enzim akan terdenaturasi karena struktur
seiring dengan kenaikan suhu inkubasi, dan protein terbuka dan gugus non polar yang
setelah suhu optimum produksi protease berada di dalam molekul menjadi terbuka
tercapai maka laju katalitik enzim keluar, kelarutan protein di dalam air yang
mengalami penurunan. Selain itu Gambar 1 polar menjadi turun, sehingga aktivitas
juga menunjukkan bahwa isolat bakteri M1- enzim juga akan turun (Lehninger, 1982).
23 ini menghasilkan protease pada rentang Adinarayana et al., (2003)
suhu 450C -600C. Laju reaksi optimum pada melaporkan aktivitas optimum protease
suhu 550C dan laju reaksi enzimatis Bacillus sp. 31 menunjukkan aktivitas
mengalami penurunan pada suhu diatas tertinggi pada suhu 60°C karena asal isolat
550C bahkan bisa mengakibatkan enzim Bacillus sp. 31 berasal dari Sumber air
kehilangan aktivitasnya. Menurut Pelczar et panas Maribaya yang mempunyai suhu
al., (1986) mulai pada suhu rendah, tinggi. Berbeda dengan penelitian lainnya
aktivitas enzim bertambah dengan naikknya menyatakan alkalin protease dari B. subtilis
suhu sampai aktivitas optimumnya dicapai. PE-11, Bacillus sp. APR-4 (Nakanisi et al.,
Pada suhu tinggi enzim yang 2008) dan Bacillus sp. B21-2 yang
dihasilkan lebih banyak dibandingkan mempunyai aktivitas optimum pada suhu
dengan suhu rendah. Enzim diproduksi 60°C. Alkalin protease dari B.
lebih banyak setelah mencapai suhu stearothermophillus AP-4 aktivitas
optimum yaitu pada suhu 550C. Dan setelah optimumnya terjadi pada suhu 55°C
mencapai suhu optimum aktivitas enzim (Vidyasagar et al., 1994). Menurut Glazer
mengalami penurunan. Penelitian Agustien dan Nikaido (1995) jenis mikroorganisme
(2010), menyatakan bahwa efek suhu dan yang berbeda sering menghasilkan enzim
47
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
4(1) – Maret 2015: 45-49 (ISSN : 2303-2162)