ABSTRACT
An usage evaluation of intravenous pharmaceutical dosage form for infectious dis-
eases at one of the private hospitals in Bandung by retrospective method on October to
December 2005 had been done based on the rationality of drug used according to the
certain criteria. The result of the evaluation from 1170 prescriptions found that the
combination of two or more drugs was 7.78%, no drug dose improper, no duplication
of drug used, nor interaction with another drugs were found. The preparation of
intravenous pharmaceutical dosage form had been well done, but the aseptic tech-
nique still less of attention.
Key words: usage evaluation, intravenous pharmaceutical dosage form, infectious
disease.
ABSTRAK
Telah dilakukan evaluasi penggunaan sediaan farmasi intravena untuk penyakit infeksi
pada salah satu rumah sakit swasta di Kota Bandung secara retrospektif dari bulan
Oktober-Desember 2005 berdasarkan ketepatan dan kerasionalan penggunaan obat
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dari hasil evaluasi
ditemukan adanya kombinasi penggunaan dua jenis obat atau lebih sebesar 7,78%,
dan tidak ditemukan ketidaktepatan dosis obat, duplikasi penggunaan serta interaksi
dengan obat lain dari total 1170 lembar resep. Pelaksanaan penyiapan sediaan farmasi
intravena sudah dilakukan dengan baik, tetapi teknik aseptis masih kurang diperhatikan.
Kata kunci: evaluasi penggunaan, sediaan intravena, penyakit infeksi.
21
dalam maksud yang sama, untuk pe- Penyakit infeksi merupakan penye-
mulihan dan pemeliharaan kesehatan bab utama dalam kasus kematian
yang baik, seperti dijelaskan dalam pada masyarakat sepanjang abad 20
Keputusan Menteri Kesehatan Re- seiring dengan meningkatnya arus
publik Indonesia No. 983/Menkes/ urbanisasi pada negara-negara ber-
SK/XI/1992, tentang Pedoman Orga- kembang. Sedikitnya 100.000 kasus di
nisasi Rumah Sakit Umum, yang rumah sakit di Inggris pertahunnya
menyebutkan bahwa tugas Rumah disebabkan karena infeksi, dengan
Sakit mengutamakan upaya penyem- angka kematian mencapai 5.000
buhan dan pemulihan yang dilaksa- kematian (3).
nakan secara serasi dan terpadu Antibiotika ialah zat yang diha-
dengan upaya peningkatan dan pen- silkan oleh suatu mikroba, terutama
cegahan serta melaksanakan upaya fungi, yang dapat menghambat atau
rujukan. membasmi mikroba jenis lain, se-
Instalasi farmasi rumah sakit dangkan toksisitasnya bagi manusia
(IFRS) adalah satu-satunya unit di relatif kecil (4). Terapi infeksi dengan
rumah sakit yang bertugas dan ber- antibiotika adalah suatu pengobatan
tanggung jawab sepenuhnya pada yang unik. Berbeda dengan terapi
pengelolaan semua aspek yang lainnya, penggunaan antibiotika
berkaitan dengan obat/perbekalan mensyaratkan kewaspadaan pada
kesehatan yang beredar dan diguna- tiga aspek, yakni penderita, obat, dan
kan di rumah sakit tersebut, yaitu kuman penyebab penyakit. Identi-
bertanggung jawab mengembangkan fikasi kuman perlu dilakukan untuk
suatu pelayanan farmasi yang luas mencari antibiotika yang efektif.
dan terkoordinasi dengan baik dan Selanjutnya dinilai apakah antibiotika
tepat, untuk memenuhi kebutuhan tersebut tepat untuk si penderita (5).
berbagai bagian/unit diagnosis dan Pada infeksi-infeksi serius atau
terapi, unit pelayanan keperawatan, dimana terdapat gangguan seperti
staf medik, dan rumah sakit kese- mual dan muntah perlu diberikan
luruhan untuk kepentingan pelayan- terapi parenteral (6). Keuntungan
an penderita yang lebih baik. IFRS di pemberian obat secara parenteral
bawah pimpinan seorang apoteker ialah efeknya timbul lebih cepat dan
dan dibantu oleh beberapa orang teratur dibandingkan dengan pem-
apoteker yang memenuhi persya- berian per oral, dapat diberikan pada
ratan perundang-undangan yang penderita yang tidak kooperatif dan
berlaku dan kompeten secara profes- tidak sadar, serta sangat berguna
sional (1). dalam keadaan darurat. Kerugiannya
Penyakit infeksi adalah penyakit ialah efek toksik mudah terjadi
yang disebabkan oleh mikroorganis- karena kadar obat yang tinggi segera
me, yang menimbulkan kerusakan mencapai darah dan jaringan. Di
atau gangguan fungsi jaringan (2). samping itu, obat yang disuntikkan
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.
infeksi kelamin, serta radang paru- istirahat, stres, atau asupan nutrisi
paru yang banyak diderita oleh laki- yang tidak teratur, akan melemahkan
laki perokok berat. respon imunitasnya, sehingga meru-
Tabel 2 menunjukkan bahwa sak sistem pertahanan tubuh yang
persentase penderita infeksi yang mengakibatkan seseorang akan sa-
paling banyak adalah pada rentang ngat mudah terinfeksi.
usia 26-65 tahun yaitu 32,71% dari 214 Penderita terbanyak kedua
penderita, diikuti rentang usia 0-5 adalah pada rentang usia 0-5 tahun,
tahun sebanyak 26,17%, 18-25 tahun hal tersebut dipengaruhi oleh belum
sebanyak 21,03%, 6-17 tahun seba- sempurnanya pertahanan fungsi
nyak 14,48%, serta lebih dari 65 tahun imun seorang anak untuk melawan
sebanyak 5,61%. infeksi. Neonatus pada umumnya
Penderita infeksi paling banyak memiliki organ atau sistem tubuh
adalah penderita dengan rentang usia yang belum berkembang sepenuhnya
26-65 tahun, hal ini disebabkan (4), dan terutama masih mengandal-
karena pada rentang usia tersebut kan imunitas pasif yang didapat dari
merupakan rentang usia produktif, sang ibu (8).
dimana orang sedang sibuk ber- Tabel 3 menunjukkan bahwa
aktivitas dan bekerja. Jika kurang penderita infeksi yang paling banyak
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.
kan karena secara umum terapi dapat ngan spektrum yang lebih sempit
dihentikan 3 hari setelah gejala-gejala dan spesifik.
infeksi hilang (9). Pemantauan pun 4. Pengobatan dihentikan bila in-
dilakukan 3 hari setelah permulaan feksinya sembuh, tujuan pengo-
terapi dilakukan, yaitu untuk me- batan telah tercapai, atau bila
nentukan apakah penderita sudah diagnosisnya berubah (9).
mendapat antibiotika yang tepat,
sehingga dapat ditentukan apakah: Tabel 5 menunjukkan bahwa
1. Pengobatan dilakukan seperti persentase penderita infeksi dengan
semula lama perawatan 5-8 hari merupakan
2. Pengobatan ditingkatkan dengan yang terbanyak yaitu 53,27% dari 214
menaikkan dosis, atau beralih ke penderita, diikuti lama perawatan 1-
antibiotika dengan spektrum 4 hari sebanyak 24,77%, 9-12 hari
yang lebih luas. sebanyak 13,08%, dan lebih dari 12
3. Pengobatan diturunkan dengan: hari sebanyak 8,88%.
beralih dari pengobatan paren- Lama perawatan merupakan
teral ke oral, menurunkan dosis, lamanya penderita mendapatkan
atau beralih ke antibiotika de- perawatan di rumah sakit, yaitu ter-
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.
rumah sakit lain sebanyak 0,47%. baikan. Penderita keluar rumah sakit
Catatan keluar rumah sakit se- dengan catatan pulang paksa umum-
orang penderita berkaitan erat de- nya karena terbentur masalah eko-
ngan keadaan keluarnya dari rumah nomi. Pada penderita dengan catatan
sakit. Lebih dari 90% penderita di- pindah rumah sakit lain dan dirujuk
ijinkan pulang oleh pihak rumah sakit ke rumah sakit lain, umumnya karena
yang bersangkutan, hal ini ditemui permintaan penderita sendiri yaitu
pada penderita dengan keadaan ke- ingin melanjutkan pengobatan di
luar rumah sakit sembuh dan per- rumah sakit lain yang menawarkan
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.
Persentase
Golongan Jumlah
(%)
β-Laktam Penisilin 201 11,22
Sefalosporin Generasi II 28
Generasi III 878 51,56
Generasi IV 18
β-Laktam Lain 38 2,12
Aminoglikosida 275 15,34
Kloramfenikol 44 2,46
Kuinolon 155 8,65
Antibiotika Lain 155 8,65
Σ Obat 1792
Σ Lembar R/ 1170
Σ Penderita 214
Keterangan: R/ = Resep
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.
porin generasi I digunakan secara per ten terhadap laktamase dan aktif
oral, seperti Sefaleksin, Sefradin dan sekali terhadap Pseudomonas (4).
Sefadroksil yang diabsorpsi melalui Tabel 9 menunjukkan bahwa
saluran cerna. Selain itu, Sefalosporin persentase penggunaan antibiotika
generasi I terutama hanya aktif ter- intravena terbanyak adalah anti-
hadap kuman Gram-positif, dan biotika intravena non-generik yaitu
umumnya tidak tahan terhadap sebanyak 85,16% dari total 1792
laktamase. Sefalosporin generasi II penggunaan antibiotika intravena
umumnya digunakan parenteral, pada periode Oktober-Desember
mempunyai spektrum antimikroba 2005, sedangkan antibiotika intra-
yang terutama aktif terhadap kuman vena generik hanya 14,84% saja.
Gram-negatif, dan bersifat agak kuat Nama generik suatu obat meru-
tahan-laktamase. Sefalosporin gene- pakan nama obat resmi tanpa mem-
rasi III merupakan antibiotika intra- perhatikan manufaktur produsennya.
vena yang paling banyak pengguna- Sedangkan nama non-generik meru-
annya, karena aktivitasnya terhadap pakan nama hak milik (nama paten)
kuman Gram-negatif lebih kuat dan atau nama dagang (merek dagang),
lebih luas lagi meliputi Pseudomonas dipilih oleh manufaktur produsennya
dan Bakteroides, selain itu resisten- untuk mempermudah pengakuan
sinya terhadap laktamase juga lebih dan hubungan produk dengan peru-
kuat. Sefalosporin generasi IV meru- sahaan tertentu untuk maksud pema-
pakan obat baru (1993), sangat resis- saran (1).
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.
Persentase
Kombinasi Obat Jumlah Efek
(%)
Sefalosporin – Metronidazol 82 7,01 Sinergis
Aminoglikosida – Metronidazol 2 0,17 Sinergis
Sefalosporin – Metronidazol – Kuinolon 2 0,17 Sinergis
Sefalosporin – Metronidazol – Aminoglikosida 5 0,43 Sinergis
Σ Kombinasi 91 7,78
Σ Lembar R/ 1170
Σ Penderita 214
Keterangan: R/ = Resep
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.