Anda di halaman 1dari 21

1.

Teori Behavioristik

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang


belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143).
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah
stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
respon juga semakin kuat.

Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and
Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4)
Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of
Responses (Gage, Berliner, 1984).

Teori behavioristik sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks,
sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang
tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu
menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan
tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus
yang diberikan dengan responnya.
Namun kelebihan dari teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier,
konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan
proses pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target
tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
2. Teori Kognitif

Teori Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun
1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikolog
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi
Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan
operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas
munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi
lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara
baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam
konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan
perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini
berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang
termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.

Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan
pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar
teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya.
Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini
proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.

Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan
suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila
pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
2. Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
3. Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal
tanpa pengertian penyajian

Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa
bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah
dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat
dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian
perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.

3. Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa


pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld). Pengetahuan bukan
tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan
merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat
struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan
tersebut.

Jika behaviorisme menekankan ketrampilan atau tingkah laku sebagai tujuan pendidikan,
sedangkan maturasionisme menekankan pengetahuan yang berkembang sesuai dengan usia,
sementara konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang
mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif
membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang
pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai.

Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh
masing-masing orang. Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu
proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu keaktivan seseorang sangat
menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.

Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme, sedangkan
teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi kognitif. Sama halnya dengan setiap
organisme harus beradaptasi secara fisik dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup,
demikian juga struktur pemikiran manusia. Manusia berhadapan dengan tantangan,
pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secaca kognitif (mental).
Untuk itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu
perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan
cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. Proses tersebut meliputi:

1. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan


terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan.
Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk mengidentifikasikan
rangsangan yang datang, dan terus berkembang.
2. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan
konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak
cocok lagi.
4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang
dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata). Proses
perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium
melalui asimilasi dan akomodasi.

Implikasi teori belajar dalam pembelajaran

1. Teori Behaviorisme

Menurut teori belajar ini adalah perubahan tingkah laku, seseorang dianggap belajar sesuatu
bila ada menunjukkan perubahan tingkah laku. Misalnya, seorang siswa belum bisa membaca
maka betapapun gurunya berusaha sebaik mungkin mengajar atau bahkan sudah hafal huruf A
sampai Z di luar kepala, namun bila siswa itu gagal mendemonstrasikan kemampuannya
dalam membaca, maka siswa itu belum bisa dikatakan belajar. Ia dikatakan telah belajar
apabila ia menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah laku ( dari tidak bisa menjadi bisa
membaca). Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respon.

Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yaitu berupa stimulus dan
keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan
respons itu dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati. Yang bisa diamati
adalah stimulus dan respons, misalnya stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
siswa tersebut dalam rangka membantu siswa untuk belajar. Stimulus ini berupa rangkaian
alfabet, beberapa kalimat atau bacaan, sedangkan respons adalah reaksi siswa terhadap
stimulus yang diberikan gurunya.

Menurut teori behaviorisme apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa saja yang
dihasilkan siswa (respons) semua harus bisa diamati, diukur, dan tidak boleh hanya implisit
(tersirat). Faktor lain yang juga penting adalah faktor penguat (reinforcement). Penguat
adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambah
(positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan
dikurangi (negative reinforcement) responspun akan tetap dikuatkan.. Misalnya bila seorang
anak bertambah giat belajar apabila uang sakunya ditambah maka penambahan uang saku ini
disebut sebagai positive reinforcement. Sebaliknya jika uang saku anak itu dikurangi dan
pengurangan ini membuat ia makin giat belajar, maka pengurangan ini disebut negative
reinforcement.

Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak dipakai didunia pendidikan ialah (Harley &
Davies, 1978 dalam Toeti, 1997):

 Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si belajar ikut berpartisipasi secara
aktif didalamnya
 Materi pelajaran dibentuk dalam bentu unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan
yang logis sehingga si belajar mudah mempelajarinya
 Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si belajar dapat
mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum
 Setiap kali si belajar memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan.
Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatan
negatif

Adapun kritik terhadap teori behaviorisme adalah:

 Asumsi pokoknya bahwa semua hasil belajar yang berupa perubahan tingkah laku
yang bisa diamati, juga dianggap terlalu menyederhanakan masalah belajar yang
sesungguhnya. Tidak semua hasil belajar bisa diamati dan diukur, paling tidak dalam
tempo seketika.
 Teori ini tidak mampu menjelaskan proses belajar yang kompleks

Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti
tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pelopor terpenting teori ini antara lain adalah : Pavlov, Watson,
Skinner, Thorndike, Hull, dan Guthrie.

2. Teori Kognitif

Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu


1) Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada
hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil
tersebut. Pengalaman – pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan
memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap Pendekatan
yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru
berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud,

2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan
belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi ( ready made
knowledge ) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan
dengan lingkungan,

3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan per- kembangan. Teori
Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan
yang sama, namun pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu
guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari
individu – individu ke dalam bentuk kelompok – kelompok kecil siswa daripada aktivitas
dalam bentuk klasikal,

4) Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan
– gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak
dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.

3. Teori konstruktivisme

Implikasi teori konstruktivisme pada pembelajaran diantaranya :


a. Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-
jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti
materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar
suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar
sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang
baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para siswa
akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.

b. Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang
dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para sisiwa
harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam
kerangka kognitifnya.

c. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan
para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkandan yang dibuat
para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
d. Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing
konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau
upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi
bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental
yang diperlukan.
e. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
f. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
g. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai
dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi
kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diri peserta didik.sedangkan
Pandangan Konstruktivisme Tentang Belajar adalah sebagai berikut:
1) Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat temporer, selalu
berubah dan tidak menentu.
2) Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratif
dan refleksi dan interpretasi.
3) Seseorang yang belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan
tergantung pengalamannya dan persepektif yang didalam menginterprestasikannya.
Teori Pembelajaran dan Proses Pembelajaran
1.0 Konsep Pembelajaran

Menurut Kamus Perdana bahawa pembelajaran bermakna perihal belajar.


Secara umumnya pembelajaran sebagai perolehan maklumat dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan.
Pembelajaran juga membawa makna perubahan pada diri seseorang.( Lee Shok
Mee, 1996)Menurut Dr. Ragbir Kaur Joginder Singh bahawa pembelajaran boleh
didefinisi sebagai perubahan tetap atau penguasaan ilmu dan perlakuan yang relatif.
Menurut beliau juga bahawa pembelajaran berlaku sepanjang hayat seorang
manusia dan ia dialami secara berterusan dalam pelbagai persekitaran.( Dr. Ragbir
Kaur Joginder Singh.2012)
Antaranya ialah pandangan ahli psikoogi behavioris, kognitif dan humanis:

1.1.0 Konsep Pembelajaran Berdasarkan Mazhab behavioris


Ahli psikologi behavioris menyatakan bahawa pembelajaran ialah perubahan
dalam tingkah laku. Ahli psikologi behavioris juga berpendapat bahawa perubahaan
tingkah laku yang nyata dan dapat diperhatikan. Menurut psikologi behavioris Kimble
(1961) berpendapat bahawa pembelajaran sebagai perubahan potensi tingkah laku
yang agak tetap akibat daripada latihan pengukuhan. ( Lee Shok Mee, 1996)

1.1.1Konsep Pembelajaran Berdasarkan Ahli Psikologi Kognitif


Ahli psikologi kognitif menyatakan bahawa pembelajaran ialah satu proses
dalaman dan tidak dapat diperhatikan secara langsung. Ahli psikologi kognitif
berpendapat bahawa perubahan tingkah laku terhadap sesuatu situasi disebabkan
pembelajaran. Ahli psikologi juga berpendapat bahawa pembelajaran sebagai
perolehan. ( Lee Shok Mee, 1996)
1.1.2 Konsep Pembelajaran Berdasarkan Ahli Psikologi Humanis
Ahli psikologi humanis menyatakan bahawa pembelajaran merupakan proses
yang dapat membantu seseorang mencapai sempurna kendiri dan nilai individu.
( Lee Shok Mee, 1996)

1.1.3 Konsep Pembelajaran Berdasarkan Ahli Psikologi Sosial


Ahli psikologi sosial menyatahkan bahawa pembelajaran adalah perolehan
manakala tingkah laku merupakan prestasi yang dapat diperhatikan. Ahli psikologi
juga berpendapat bahawa pembelajaran ialah satu proses dalaman yang dapat
menghasilkan perubahan tingkah laku yang agak kekal. ( Lee Shok Mee, 1996)

1.2 Definisi Pembelajaran


Pembelajaran boleh dirumskan sebagai satu proses dalaman yang
menghasilkan perubahan tingkah laku yang agak kekal. Pembelajaran merupakan
yang agak kekal yang menambahkan kebolehan seseorang. ( Lee Shok Mee, 1996)

1.2.1 Ciri-ciri pembelajaran


Pembelajaran merupakan suatu proses. Pembelajaran mempunyai beberapa
peringkat yang diperolehi secara sistematik iaitu bermula dari penerimaan
rangsangan melalui organ deria diikuti oleh pembentukan konsep dalam fikiran
akhirnya dengan perubahan tingkah laku. Pembelajaran juga merupakan suatu
proses yang berterusan. Pembelajaran akan berhenti apabila kehilangan motivasi.
Motivasi merupakan motif untuk murid belajar. Pembelajaran berlaku ke atas aktiviti
sendiri iaitu ke atas usaha manusia sendiri mengikut motif atau motivasi tertentu.
Motif pembelajaran merupakan suatu penggerak dalaman. Hasil pembelajaran ialah
pembentukan perubahan tingkah laku dari satu tahap yang rendah kepada tahap
yang lebih tinggi. Hasil pembelajaran adalah akibat perolehan pengalaman atau
latihan. Perubahan tingkah laku ini hendaklah dibentuk daripada proses pemikiran
dan penanggapan. ( Mok Soon Sang, 2009)
1.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Menurut Lee Shok Mee,1996 bahawa terdapat lima belah prinsip
pembelajaran yang memberi panduan tentang cara pembelajaran pertalian
bermakna pembelajaran akan berlaku dengan berkesan jika pembelajarnan itu
berkait dengan pengalaman murid, pengulangan bermakna perkara yang kerap
diulang-ulang dapat membantu proses pembelajaran, kepuasan bermakna tindakan
belajar yang menghasilkan ganjaran dan kepuasan akan mendorong pembelajaran,
pengalaman bermakna pembelajaran dan kefahaman lebih mudah berlaku apabila
murid pernah mengalami sendiri sesuatu aktiviti, pelaziman iaitu jikalau
pembelajaran berlaku secara berulangan dapat menghasilkan pembelajaran secara
pelaziman, kesediaan bermakna pembelajaran hanya boleh berlaku apabila
seseorang itu mempunyai kesediaan untuk belajar, penyertaan bermakna murid
yang melibatkan diri secara aktif dalam proses pembelajaran akan menghasilkan
pemahaman yang berkesan dan apa yang dipelajari itu dapat diingati dengan lebih
lama, peniruan ialah pembelajaran boleh berlaku dengan meniru perbuatan orang
lain seperti menyanyi, menari dan sebagainya, minat bermakna pembelajaran boleh
berlaku apabila seseorang itu berminat lalu murid sanggup mempelajari dan apa
yang dipelajari dapat diingat dengan lebih lama, motivasi bermakan guru haruslah
memberi motivasi kepada murid agar menanam minat belajar murid, peneguhan
positif ialah memberi pujian kepada murid manakala peneguhan negatif ialah denda
pemeringkatan pembelajaran ialah haruslah menyusun isi pembelajaran dengan
tersusun dan sistematik, kaedah pengajaran guru haruslah sesuai dengan gaya
pembelajaran murid supaya dapat menambahkan keberkesanan pembelajaran, guru
haruslah mendapatkan maklum balas daripada murid dengan memberi ujian
ataupun latihan akhir sekali ialah pelajaran yang disampaikan kepada murid
haruslah mengubungkait dengan pengalaman seharian murid.( Lee Shok Mee,1996)

1.4 Proses Pembelajaran


Menurut Lee Shok Mee bahawa proses pembelajaran ialah bagaimana
manusia memperoleh , menyusun, menyimpan dan menggunakan maklumat.
Proses pembelajaran bermula dengan maklumat yang diperoleh daripada
rangsangan yang diterima oleh pancaindera. Rangsangan itu diproses dan
persepsinya membuktikan maklumat yang bererti. Maklumat itu disimpan sebagai
pengalaman. Pengalaman. Pengalaman yang telah tersimpan itu kemudian dapat
diaplikasikan umtuk mencapai sesuatu matlamat dan untukmenyelesiakan masalah.(
Lee Shok Mee, 1996)

1.5 Jenis-jenis Pembelajaran


Terdapat tiga jenis pembelajaran iaitu pembelajaran formal merupakan
pembelajaran yang mengikut dasar pendidikan kerajaan, pembelajaran bukan formal
( non-formal) merupakan pelajaran tambahan dan pembelajaran tidak formal
(informal) ialah tidak mempunyai sebarang sukatan pelajaran.( Lee Shok Mee, 1996)

1.6 Bidang pembelajaran


Terdapat tiga jenis bidang pembelajaran iaitu bidang kognitif adalah merangkumi
segala ilmu pengetahuan yang diperlajari di sekolah , bidang psikomotor merujuk
kepada kemahiran atau kebolehan melaksanakan sesuatu pengerakan dan bidang
afektif mengutamakan penyerapan sikap positif dan nilai murni .( Lee Shok Mee,
1996)

1.7 Pembelajaran dari segi kaedah


Menurut W.R Ryburn dan K.B. Forge dalam buku Mok Soon Sang, 2008
Psikologi Pendidikan bahawa terdapat enam jenis pembelajaran. Jenis pertama
ialah pembelajaran melalui meniru dan bermain. Jenis kedua ialah pembelajaran
melalui pragmatis iaitu murid belajar melalui organ deria dan bahan-bahan alam
sekitar. Jenis ketiga ialah pembelajaran melalui kaedah induktif dan deduktif. Jenis
keempat ialah pembelajaran melalui pengalaman iaitu murid akan menggunakan
tanggapan mereka membentuk konsep baru. Jenis kelima ialah pembelajaran
melalui perhubungan iaitu murid akan mengaitkan pengalaman lama mereka untuk
membentuk konsep untuk menyelesaikan masalah. Jenis keenam ialah
pemebalajaran melalui pratis iaitu latihan akan diberi kepada murid untuk
menperkukuhkan konsep. (Mok Soon Sang, 2008)

2.0 Teori-teori pembelajaran


Terdapat lima jenis teori pembelajaran iaitu teori pembelajaran behaviorisme,
teori pembelajaran kognitivisme, teori pembelajaran konstruktivisme , teori
pembelajaran sosial dan teori humanistik.

2.1 Teori Pembelajaran Behaviorisme


Teori Pembelajaran Behaviorisme juga disebut teori rangsangan dan gerak
balas.

2.1.1 Teori Pelaziman Klasik Pavlov


Menurut Mok Soon Sang, 2008 dalam Buku Psikologi Pendidikan bahawa
Teori Pelaziman Klasik juga dikenali sebagai pelaziman gantian, pelaziman
pemindahan, pelaziman bergerak balas/responden atau Teori R-G. Untuk
mengesahkan hasil pemerhatian fenomena tersebut, Pavlov menggunakan cahaya
lampu dan bunyi loceng sebagai rangsangan terlazim.Beliau menjalankan
eksperimennya dengan menggunakan seekor anjing.
Dalam kajian beliau terdapat lima fenomena iaitu fenomena generalisasi iaitu
berupaya mengkategorikan rangsangan-rangsangan yang serupa dengan
melakukan gerak balas yang sama, fenomena diskriminasi ialah berupaya memberi
gerak balas yang berbeza dengan rangsangan yang hampir sama, fenomena proses
penghapusan jika gerak balas terlazim beransur-ansur kurang dan akhirnya hapus
sama sekali, fenomena pemulihan spontan menunjukkan gerak balas terlazim
sebenar tidak hilang selepas proses penghapusan dan akan wujud semula apabila
semua gangguan telah hilang selepas tempoh masa rehat dan fenomena pelaziman
tahap tinggi iaitu sesuatu gelak balas terlazim yang baru dapat dibentuk daripada
gerak balas terlazim yang sedia ada. ( Mok Soon Sang, 2008)

2.1.2 Teori Pelaziman J.B.Watson


Menurut Mok Soon Sang, Jun 2009 dalam Buku Murid dan Alam Belajar teori
pelaziman J.B.Watson juga dikenali sebagai teori pelaziman tingkah laku. Mengikut
teori Watson, tingkah laku manusia ialah sesuatu refleks terlazim (conditioned
reflex). Dalam teori Watson telah menjelaskan pembelajaran berkesan berdasarkan
kepada dua prinsip yang utama, iaitu prinsip kekerapan yang menyatakan bahawa
lebih kerap gerak balas terhadap rangsangan tertentu berlaku, lebih besar
kemungkinan gerak balas yang sama akan berlaku apabila rangsangan itu wujud
semula pada masa kelak. Prinsip Tempoh Kebaruan menyatakan bahawa semakin
tempoh lebih baru kita menggunakan sesuatu gerak balas terhadap sesuatu
rangsangan, semakin lebih besar kemungkinan kita akan bergerak balas secara
serupa terhadap rangsangan itu, jika ia dimuncul lagi. ( Mok Soon Sang, Jun 2009)
manakala menurut Dr.Ragbir Kaur Joginder Singh, 2010 dalam Buku DPLI Psikologi
bahawa Selain daripada tingkah laku, Watson pula menjalankan kajian tentang
pembelajaran emosi manusia. Menurut beliau, menusia mewarisi tiga jenis emosi
semula jadi, iaitu takut, marah and kasih sayang. ( Dr. Ragbir Kaur Joginder Singh,
2010)

2.1.3 Teori Pelaziman Operan Thorndike


Menurut Mok Soon Sang, 2008 dalam Buku Psikologi Pendidikan bahawa
Teori Pelaziman Operan Thorndike juga dikenali sebagai teori cuba-ralat.Teori ini
dikemukakan pada tahun 1911. Dalam kajiannya telah menghasilkan tiga hukum
iaitu pertama, Hukum Kesediaan merupakan keupayaan persiapan seseorang
individu menyiapkan dirinya untuk memulakan sesuatu aktiviti pembelajaran. Kedua,
Hukum Latihan menyatakan bahawa semakin banyak latihan tertentu dijalankan,
semakin bertambah kukuh ikatan atau asosiasi gerak balas. Ketiga, Hukum Kesan
menyatakan bahawa ikatan rangsangan dengan gerak balas akan bertambah kukuh
sekiranya individu memperolehi kesan yang memuaskan selepas gerak balasnya
dihasilkan. ( Mok Soon Sang, 2008)

2.1.4 Teori Pelaziman Operan Skinner


Menurut Mok Soon Sang, ( 2008) bahawa dalam kajian B.F.Skinner
peneguhan positif ialah stimuli yang boleh menambahkan kebarangkalian
berulangnya sesuatu tingkah laku operan, seperti memberi pujian, penghargaan,
hadiah dan sebagainya sebaik sahaja tingkah laku operan yang sesuai itu berlaku.
Peneguhan negatif ialah stimuli yang dipindahkan atau dihapuskan dengan tujuan
menguatkan tingkah laku positif supaya ia dapat diteruskan. Sesuatu kemahiran
yang telah dikuasai dan tidak dipraktikkan dalam satu tempoh yang agak lama akan
dilupakan. Terdapat dua cara yang biasa digunakan oleh seseorang untuk
mengelakkannya dari sebarang peneguhan negatif yang kurang seronok ialah
dengar cara pelepasan dan cara pengelakan. ( Mok Soon Sang, 2008)
2.1.5 Implikasi Teori Pembelajaran Behaviorisme terhadap Pengajaran dan
Pembelajaran
Guru hurus mengaitkan pengalaman positif dengan tugasan pembelajaran.
Guru haruslah memberi bimbing murid dengan menggunakan kemahiran untuk
membuat generasi dengan tepat. Semua tingkah laku boleh dipelajari melalui proses
pelaziaman. Oleh itu, murid hendaklah belajar perhubungan gerak balas secara
sistematik. Untuk mengukuhkan apa yang telah dipelajari dalam ingatan, latihan
hendaklah dijalankan secara kerap kali. Untuk meningkatkan tahap kesediaan
belajar, guru harus menggunakan motivasi yang sesuai. Selain itu guru haruslah
memberi banyak latihan kepada murid agar dapat mengukuhkan petalian antara
rangsangan dan gerak balas murid. Sesuatu kemahiran atau teknik yang baru
dipelajari hendaklah diberi peneguhan secara berterusan dan diikuti secara berkala
supaya kemahiran atau teknik itu dapat dikukuh dan dikekalkan.

2.2 Teori Pembelajaran Kognitivisme


Menurut Mok Soon Sang, 2009 dalam Buku Murid dan Alam Sekitar ciri-ciri
pembelajaran kognitif seperti berikut:
1.Pembelajaran individu yang dilakukan adalah mengandungi motif atau objektif
tertentu dan bukan aktiviti atau proses cuba-ralat sahaja.
2.Pembelajaran ialah sesuatu pemerosesan maklumat di alam sekitar.
3.Pengetahuan dan pengalaman yang sedia ada adalah amat penting untuk
pembelajaran.
4.Pembelajaran utama adalah berasaskan kepada struktur kognitif dan
kesedarannya terhadap kewujudan rangsangan-rangsangan baru.
(Mok Soon Sang, 2009)

2.2.1 Teori Pembelajaran Celik Akal: W.Kohler dan K.Koffka


Menurut Mok Soon Sang, 2008 dalam Buku Psikolgi Pendidikan bahawa
dalam kajian Wolfgang Kohler (1887-1967) dan rakannya Kuri Koffka (1886-1941)
terdapat celik akal merupakan kebolehan mental yang mendorongkan manusia
mempersepsikan berkaitan unsur-unsur dalam perkitaran secara tiba-tiba demi
menolongmya menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.( Mok Soon Sang,
2008)
2.2.2 Teori Pembelajaran Kognitif: Jean Piaget
Menurut Mok Soon Sang, 2009 dalam buku Murid dan Alam Sekitar bahawa
Jean Piaget terkandung huraian lima konsep yang asas, iaitu skema merupakan
salah satu model tingkah laku asas individu yang ditonjolkan semasa proses
pengubahsuaian diri dalam alam sekitar, adaptasi dan keseimbangan adalah saling
berkait dan saling mempengaruhi satu antara sama lain. Asimilasi dan
akomodasisedia ada dalam pengalaman baru untuk mengadaptasikan keperluan
baru dalam situasi yang dihadapi dengan tujuan menggunakan sesuatu bentuk yang
dapat menerapkan pengalaman baru ke dalam pengalaman lamanya yang berkaitan
rapat dengan pembelajaran kognitif seseorang individu. (Mok Soon Sang, 2009)

2.2.3 Teori Pemprosesan Maklumat: R . M . Gagne


Menurut Mok Soon Sang, 2008 dalam Buku Psikologi bahwa rangsangan-
rangsangan dari persekitaran luar akan diterima dalam sistem saraf melalui deria-
deria manusia. Maklumat ini akan ditafsirkan dalam stor ingatan, kemudian dihantar
kepada stor ingatan jangka panjang, dan akhirnya kepada penggerak tindak balas
melalui system saraf. Terdapat lapan fasa daripada teori pempropesan maklumat R.
M. Gagneiaitu Fasa Motivasi – Jangkaan ialah manusia belajar kerana didorong
oleh motivasi tertentu, Fasa Tanggapan(kefahaman)-Perhatian:Persepsi Terpilih
ialah murid menumpukan perhatian terhadap aktiviti pengajaran guru dan menolak
gangguan yang lain, Fasa Penyimpanan(Pemerolehan) – Kod : Simpanan Awal ialah
apabila seseorang telah berjaya memilih rangsangan yang relevan dan
mempersepsikannya dengan tepat, maka rangsangan itu akan dibawa oleh sistem
saraf ke dalam stor ingatan jangka pendek, Fasa Penahanan – Stor Ingatan ialah
kod-kod yang disimpan dalam stor ingatan jangka panjang akan ditransformasikan
dan disusun semula dengan satu sistem yang lebih kekal dalam ingatan dan lebih
mudah dikeluarkan, Fasa Mengingat Kembali – Mencari Fasa mengingat kembali
merupakan tindakan mencari maklumat atau pengalaman yang telah disimpan
dalam stor ingatan jangka panjang, Fasa Generalisasi – Pindahan ialah Fasa
generalisasi ini merujuk kepada fasa pemindahan pembelajaran atau fasa aplikasi
iaitu individu boleh mengingat kembali maklumat dalam stor ingatan panjang dan
menggunalkannya untuk situasi yang serupa atau sama. Fasa Prestasi – Gerak
Balas ialah tindak balas daripada murid dan Fasa Maklum Balas – Peneguhan
peneguhan positif akan meningkatkan prestasinya.( Mok Soon Sang, 2008)
2.2.4 Teori Pembelajaran Jerome Bruner
Menurut Mok Soon Sang, 2009 dalam Buku Murid dan Alam Belajar bahawa
terdapat empat prinsip dalam teori pembelajaran Jerome Bruner iaitu prinsip
motivasi- pembelajaran mesti ada motivasi, Prinsip Struktur- struktur sebagai
organisasi isi pelajaran, Prinsip Sekuen ialah prinsip turutan, Prinsip Peneguhan
ialah mencadangkan penggunaan kaedah inkuiri-penemuan sebagai strategi
pelajaran-pembelajaran untuk memberi kesempatan kanak-kanak membuat kajian
sendiri. (Mok Soon Sang, 2009)

2.2.5 Teori Pembelajaran Resepsi David P.Ausubel


Menurut Mok Soon Sang, 2008 dalam buku Psikologi Pendidikan terdapat
dua prasyarat bagi pembelajaran resepsi iaitu murid sendiri mesti mempunyai sikap
dan tujuan yang positif terhadap aktiviti pembelajaran.Dalam proses pembelajaran,
pengetahuan yang sedia ada dalam struktur kognitif murid harus digunakan untuk
mengaitkan dengan pelajaran baru. Menurut teori David bahawa Subsumption
terbitan merupakan konsep sesuatu maklumat baru diterbitkan daripada maklumat
yang sedia ada dan diasimilasikan dalam struktur kognitif orang. Manakala
subsumption korelatif merupakan maklumat atau konsep baru diterima melalui
proses perkembangan maknanya dalam struktur kognitif murid. ( Mok Soon Sang,
2008)

2.2.6 Implikasi Teori-Teori Pembelajaran Pembelajaran Kognitivisme terhadap


Pengajaran dan Pembelajaran
Guru perlu mengalakkan murid agar menggunakan celik akalnya untuk
menyelesaikan masalah pelajaran.selain itu, selalu membimbing murid
menggunakan persepsinya untuk menghubungkait unsur-unsur dalam persekitaran.
Guru digalakkan memberi situasi pelajaran yang mencabar kepada murid. Guru
haruslah selalu menimbulkan dan menggerakkan tidak balas murid dengan sengaja
memberi idea yang bertentangan untuk memerhati tindak balas. guru haruslah
mengajar sesuatu kemahiran mengikut urutan.Tambahan pula, guru haruslah
membimbing murid membezakan ciri-ciri penting dan juga mengenal pasti ciri-ciri
khusus untuk membina konsep dan hukum. Guru haruslah membangkitkan naluri
ingin tahu murid dengan kaedah inkuiri-penemuan dan kaedah induktif.
Menggunakan pembelajaran resepsi yang bermakna dengan menyusun isi pelajaran
secara sistematik dan berperingkat supaya murid dapat mengikutinya secara
berkesan serta menggunakan contoh-contoh khusus. Guru berperanan sebagai
rakan untuk membolehkan murid-murid membina makna mereka sendiri.

2.3 Teori Pembelajaran Konstruktivisme


Menurut Akhiar Pardi Shamsina Bt Shamsuddin, 2009 dalam Buku
Rancangan Pengajaran Harian dalam Pengajaran dan Pembelajaran bahawa Teori
Konstruktivisme berlandaskan bahawa ilmu pengetahuan tidak boleh wujud di luar
minda tetapi dibina dalam minda berdasarkan pengalaman sebenar. (Akhiar Pardi
Shamsina Bt Shamsuddin, 2009)

2.3.1 Teori Pembelajaran Von Glaserfeld


Menurut Mok Soon Sang, 2009 dalam Buku Murid Dan Alam Belajar bahawa
Idea konstruktivisme berasal daripada teori perkembangan kognitif Piaget dan teori
zon perkembangan prokimal (Zone of Prokimal Development, ZPD) Vygotsky. Idea
zon perkembangan prokimal (ZPD) ialah prestasi murid, pretasi murid adalah di
bawah bantuan orang dewasa atau kerjasama rakannya. Perbezaan perkembangan
peringkat potensi individu adalah di dalam lingkungan zon perkembangan prokimal
(ZPD) tersebut.( Mok Soon Sang, 2009)

2.3.2 Teori Metakognisi


Menurut Mok Soon Sang, 2008 dalam Buku Psikologi dalam Pendidikan
bahawa proses pemikiranmerupakan aktiviti mental dalam otak manusia. Terdapat
dua kemahiran berfikir iaitu kemahiran berfikir secara kritis dan kemahiran berfikiran
secara kreatif. Kemahiran berfikir secara kritis ialah kebolehan membuat, mentafsir
dan menilai data, idea dan maklumat untuk mencari makna atau menyelesaikan
masalah. Kemahiran berfikiran secara kreatif merupakan kebolehan memperluas
dan mengembangkan daya imaginasi, kreativiti dan inovasi. (Mok Soon Sang, 2009)

2.3.3 Teori Kemahiran Berfikir Roger Sperry


Menurut menurut Mok Soon Sang, 2008 dalam Buku Psikologi dalam
Pendidikan bahawa Teori Roger Sperry menghuraikan otak manusia yang
menggunakan bahagian kirinya berfikir secara kritis dan bahagian kanannya berfikir
secara kreatif. Mengikut kajian Roger Sperry bahawa Otak kiri mempunyai
kemahiran berfikir dalam bidang berupa logik, analitis, urutan atau susunan, bahasa,
fakta, matematik dan ingatan.Manakala ,otak kanan mempunyai kemahiran berfikir
dalam bidang berupa kreatif, sintesis, warna, reka bentuk seperti corak, pola, ruang,
lukisan, gambar, di samping perasaan, irama, muzik, imaginasi. (Mok Soon Sang,
2008)

2.3.4 Implikasi Teori-Teori Pembelajaran Pembelajaran Konstruktivisme


terhadap Pengajaran dan Pembelajaran
Untuk membolehkan pembelajaran koperatif berjalan dengan lancar,guru dan
pihak sekolah perlu mewujudkan suasana persekitaran yang membolehkan murid
memainkan peranan yang aktif dalam proses pembelajaran mereka.Guru tidak
seharuskan berperanan untuk menyusun ayat bagi menjelaskan makna dan
kefahaman sesutu idea atau konsep baru untuk kemudiannya dihafal. Melatih murid
menggunakan pemikiran kritis, teknik menganalisis dan mentafsir maklumat
daripada data. Guru digalakkan menggunakan kaedah dan teknik mengajar
sumbangsara, perbincangan dan penyelesaian masalah.

2.4 Teori Pembelajaran Sosialis


Menurut Dr. Ragbir Kaur Joginder Singh, 2012 dalam Buku DPLI Psikologi
bahawa Teori sosial adalah pengabungan mazhab behavioris dan mazhab kognitif
dengan pengabungan kedua-keduanya dikenali teori pelakuan model. Albert
Bandura telah menjelaskan secara dalam mengenali konsep ini.

2.4.1 Teori Pembelajaran Albert Bandura


Teori pembelajaran Albert Bandura juga dikenali sebagai teori peniruan.
Terdapat empat unsur utama dalam proses pembelajaran Bandura melalui
pemerhatian atau permodelan, iaitu perhatian (attention) bermakna pembelajaran
hanya berlaku jika ada tumpuan perhatian , mengingat (retention) bermakna
pemerhati harus berupaya mengekalkan tingkah laku yang diperhatikan dalam
ingatan, reproduksi (reproduction) bermakna pemerhati harus berupaya melakukan
semula tingkah laku yang ditirunya, dan peneguhan (reinforcement)/motivasi
(motivation) bermakna pemerhati mungkin tidak akan melakukan semula tingkah
laku sekiranya didenda atau ditegur . (Dr. Ragbir Kaur Joginder Singh, 2012)
2.3.4 Implikasi Teori-Teori Pembelajaran Pembelajaran Sosialis terhadap
Pengajaran dan Pembelajaran
Guru haruslah mengguna kaedah demonstrasi dengan contoh-contoh yang
sesuai. Selain itu, guru haruslah menyediakan situasi pembelajaran tanpa
gangguan. Guru haruslah menyediakan pengajaran dan pembelajaran yang kreatif
untuk menarik perhatian pelajar dengan motivasi yang sesuai. Mengekalkan ingatan
pelajar dengan mendemonstrasikan langkah-langkah secara sistematik.
Akhirnya,memberi peneguhan yang positif selepas reproduksi.

2.5 Teori Pembelajaran Humanistik


Menurut Mok Soon Sang , 2008 dalam Buku Murid dan Alam belajar bahawa
mengikut pandangan ahli psikologi mazhab humanis bahawa fitrah manusia pada
dasarnya, adalah mulia dan baik. Individu akan berkembang secara semula jadi
sekiranya kehidupan persekitaran mereka adalah sesuai. Oleh itu, guru harus
mengikut keperluan murid, membantu mereka mempelajari ilmu pengetahuan yang
mereka suka dan dianggap bermakna.Carl Rogers, Maslow dan Neil telah menerang
teori pembelajaran secara humanistik. (Mok Soon Sang , 2008)

2.5.1 Teori Pembelajaran Carl Rogers


Teori pembelajaran yang disarankan oleh Carl Rogers mengandungi
beberapa ciri yang utama seperti berikut:pengalaman setiap individu adalah
fenomena-logikal, iaitu pengalamannya hanya dialami dan difahami oleh individu itu
sendiri. Setiap individu mempunyai kecenderungan dan hasrat sendiri untuk
mencapai kesempurnaan kendiri. Setiap individu membentuk konsep kendiri yang
unik melalui sistem nilai dan kepercayaan diri yang berbeza dengan individu yang
lain. Tingkah laku yang ditonjolkan oleh individu adalah selaras dengan konsep
kendiri dan kepercayaannya.Kefahaman tingkah laku individu hanya dapat diperolehi
melalui proses komunikasi.( Mok Soon Sang , 2008)

2.5.2 Teori Keperluan Maslow


Menurut teori keperluan Maslow dalam buku Mok Soon Sang bahawa keperluan
ialah kehendak manusia untuik mempersempurnakan keadaan kekurangan,
gangguan dan ketidakseimbangan dalam dirinya. Secara umumnya, keperluan
manusia boleh diklasifikasikan kepada keperluan fisiologi dan keperluan psikologi.
Teori Keperluan Maslow kepada tiga konsep asas seperti berikut: Motivasi yang
disebutkan dalam Teori Keperluan sebenarnya ialah motivasi intrinsik. Motivasi
intrinsik ini merupakan kuasa dalaman yang berada dalam perkembangan
fisiologikal dan psikologikal manusia.Teori Keperluan pula menghuraikan berkaitan
motivasi di antara hierarki keperluan. Apabila individu telah mendapat kepuasan
dalam sesuatu hierarki, keperluan dalam hierarki yang lebih tnggi akan berlaku
secara semula jadi.Keperluan manusia dalam hierarki yang semakin rendah, ciri
persamaannya semakin besar, fleksibilitinya semakin kecil, dan perbezaan di antara
individu pula semakin kurang. Misalnya, keperluan makanan, minuman, oksigen,
seks dan keperluan asas yang lain bagi setiap orang adalah keperluan yang tidak
dapat ditinggalkan.( Mok Soon Sang , 2008)

2.5.3 Model Pendidikan terbuka: Neil


Menurut Mok Soon Sang, 2009 bahawa Sekolah Summerhill merupakan
model pendidikan terbuka yang dibina oleh Neil. Ia mula beroperasi pada tahun
1924. Aspirasi sekolah ialah bebas, demokratik dan penyayang. Moto sekolah ialah
kejujuran, keseimbangan dan berkumpulan. Tujuan Neil membina Sekolah
Summerhill ialah membekalkan sesuatu alam belajar yang bebas, demoktratik dan
penyayang untuk kanak-kanak bermain dan belajar. Bukunya tentang cara-cara
mendidik kanak-kanak di Sekolah Summerhill yang diterbitkan pada tahun 1960
telah menjadi rujukan utama kira-kira 600 fakulti pendidikan di university-universiti
Amerika Syarikat.
Dalam sekolah ini guru hanya mengajar murid mereka dengan kemahiran,
teknik dan cara belajar, memberi bimbingan yang sewajarnya apabila mereka
menghadapi masalah pembelajaran. Guru pula diberi autonomi menentukan sendiri
cara membimbing kanak-kanak belajar.
Di sekolah Summerhill, tiada ujian atau peperiksaan dan tiada kerja rumah
diberikan. Sekiranya murid ingin menduduki peperiksaan awam, bimbingan akan
diberikan untuk membantu mereka lulus peperiksaan tersebut.( Mok Soon Sang,
2009)

2.5.1 Implikasi Teori-Teori Pembelajaran Humanis terhadap Pengajaran dan


Pembelajaran
Dalam teori ini mengutamakan strategi berpusatan pelajar dan kaedah individu.
Guru bertanggungjawab membentuk iklim bilik darjah yang kondusif dan tanpa
ancaman. Selain itu, guru haruslah memastikan keperluan asas pelajar telah
dipenuhi. Guru perlu bersifat penyayang dan memupuk nilai kendiri positif di
kalangan murid.

3.0 Kesimpulan
Secara kesimpulannya, terdapat pendapat yang berbeza tentang makna
pembelajaran di kalangan behaviorismen, konstruktivis , kognitif, humanis dan
sosialis. Behaviorismenganggap pembelajaran sebagai perubahan dalam tingkah
laku.Manakala konstruktivis menganggap bahawa ilmu pengetahuan tidak boleh
wujud di luar minda tetapi dibina dalam minda berdasarkan pengalaman sebenar.
Tambahan pula kognitif menganggap pembelajaran sebagai satu proses dalaman
yang tidak dipehatikan secara langsung. Humanis pula, menekankan perbezaan
individu dan kehendak sikap dalam pembelajaran. Akhirnya, sosial mengaanggap
pembelajaran meliputi aspek yang lebih daripada tingkahlaku yang nyata.

Bibliografi
1. Akhiar Pardi Shamsina Bt Shamsudin, (2009). Rancangan Pengajaran Harian
dalam Pengajaran dan Pembelajaran. Selangor : CIPTA Printing & Publishing
(M) Sdn Bhd
2. Dr. Ragbir Kaur Joginder Sigh, ( 2010). Panduan Ilmu Pendidikan Untuk DPLI
Psikologi. Kuala Lumpur: Kumpulan Budiman Sdn Bhd
3. Lee Shok Mee, (1996). Psikologi Pendidikan 2 Teori dan Aplikasi Psikologi
Dalam Pengajaran dan Pembelajaran. Kuala Lumpur: Kumpulan Budiman
Sdn Bhd
4. Mok Soon Sang, ( 2008). Psikologi Pendidikan. Ipoh: CIPTA Printing &
Publishing (M) Sdn Bhd
5. Mok Soon Sang, ( 2009). Murid dan Alam Belajar. Ipoh: CIPTA Printing &
Publishing (M) Sdn Bhd
6. Teori Pembelajaran Vygotsky dalam Cooperative Learning, (2010.26.01).
Diambil dari http://ribenkkira.wordpress.com/2010/01/26/teori-pembelajaran-
vygotsky-dalam-cooperative-learning/. 03 Ogos 2012
7. Teori Pembelajaran, Suzana Bt Sanusi Diambil dari
http://cikguanashazana.blogspot.com/. 10 Ogos 2012
8. Teori pembelajaran , Ahmad Johari Sihes. Diambil dari
http://eprints.utm.my/10358/1/bab11.pdf. 14 Ogos 2012

Anda mungkin juga menyukai