Anda di halaman 1dari 6

PEMBUATAN SURFAKTAN NATRIUM

LIGNOSULFONAT DARI TANDAN KOSONG


KELAPA SAWIT DENGAN SULFONASI LANGSUNG

Putri Fiona Rachim*, Eva Linda Mirta, M. Yusuf Thoha


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

Abstrak
Surfaktan adalah zat yang ditambahkan pada cairan untuk meningkatkan sifat penyebaran atau
pembasahan dengan menurunkan tegangan muka. Banyak industri menggunakan surfaktan antara lain
sebagai emulsifier, corrosion inhibition, defoaming, detergency, emuliency, dll. Penelitian ini mencoba
memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan surfaktan natrium
lignosulfonat dikarenakan kandungan ligninnya yang cukup besar sekitar 22,84%. Selain itu bahan baku
yang relatif murah tentunya akan memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi dan mengurangi
pencemaran lingkungan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan reaktor labu leher tiga pada suhu
80 oC,90 oC, 100 oC,110 oC dan 120 oC. Lama waktu perebusan 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit,
75 menit, pH 4, kecepatan pengadukan 80 rpm. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui temperature
dan waktu perebusan yang optimum. Dari hasil penelitian didapatkan kondisi optimum suhu pembuatan
surfaktan natrium lignosulfonat pada 90°C dan semakin lama waktu perebusan maka semakin besar pula
kadar lignosulfonat yang didapatkan. Berdasarkan analisa dengan spektrofotometer didapatkan
konsentrasi lignosulfonat sebesar 458,206 ppm untuk kondisi optimum.

Kata kunci : lignin, natrium lignosulfonat, surfaktan, tandan kosong kelapa sawit

Abstract
Surfactant is detergent- like substance that is added to liquid to increase wetness property by lowering the
surface tension of the liquid. Many industries use surfactant as emulsifier, corrosion inhibition,
defoaming, detergency, emuliency, etc. This research is objected to use empty fruit bunches of oil palm
(TKKS) as the base material of producing surfaktan natrium lignosulfonat, because its content of lignin
about 22,84%. Raw materials will certainly provide a relatively high economic value because theirs are
cheap. The use of wate can also reduce the environmental pollution. The research was done in a reactor
with temperature of 80 oC,90 oC, 100 oC,110 oC dan 120 oC. 15 min, 30 min, 45 min, 60 min,75 min
reation time, pH4, 80 rpm agitation rate. The objective of tis research is temperature and optimum time of
cooking or reaction surfactan. From this research, it was known that optimum temperature for production
surfactan is 90°C and the longer the boiling time, the greater the level
of lignosulfonate is obtained. The analysis of the concentration of lignosulfonate obtained with a
spectrophotometer at 458.206 ppm is optimum conditions.

Keywords : empty fruit bunches of oil palm (TKKS), lignin, natrium lignosulfonate, surfactan

1. PENDAHULUAN hidrofilik dan gugus hidrofobik Surfaktan telah


Surfaktan (surface active agent) adalah diaplikasikan secara luas pada berbagai industri
zat yang ditambahkan pada cairan untuk antara lain sebagai emulsifier, emuliency,
meningkatkan sifat penyebaran dengan defoaming, detergency, dan lainnya. Kebutuhan
menurunkan tegangan permukaan cairan. surfaktan di Indonesia meningkat seiring dengan
Kemampuan surfaktan dalam menurukan perkembangan industri sedangkan produksi
tegangan dikarenakan surfaktan memiliki surfaktan terbatas.
struktur molekul amphiphatic yaitu mempunyai
struktur molekul yang terdiri dari gugus

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012 Page 41


Potensi Indonesia sebagai produsen Tabel 1. Komposisi lignin pada berbagai zat
surfaktan yang disintesis dari tandan kosong Kadar Lignin
kelapa sawit sangat besar. Hal ini disebabkan Material
(%)
Indonesia merupakan negara penghasil minyak Softwoods 26-28,8
sawit terbesar di dunia. Hardwoods 22
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Baggase 19,6
termasuk dalam kelas Angiospermae, subkelas Kenaf 7.9
Monocotyledonae, divisi Tracheophyta, ordo
Palmae, famili Arecaceae, genus elaeis dan
spesies guineensis. Surfaktan
Kelapa sawit adalah tumbuhan industri Surfaktan (Surface Active Agent)
penting penghasil minyak dan bahan bakar adalah zat yang ditambahkan pada cairan untuk
biodiesel. Dari satu ton tandan buah segar meningkatkan sifat penyebaran atau
(TBS) yang diolah akan dihasilkan minyak pembasahan dengan menurunkan tegangan
sawit kasar (CPO) sebanyak 0,21 ton (21%) permukaan cairan khususnya air.
serta minyak inti sawit (PKO) sebanyak 0,05 Struktur molekul surfaktan terdiri dari :
ton (5%) dan sisanya merupakan limbah dalam 1. Gugus hidrofilik (kepala surfaktan)
bentuk tandan buah kosong, serat dan cangkang a. Bermuatan negatif adalah surfaktan
biji yang jumlahnya masing-masing sekitar anionik.
23%, 13,5% dan 5,5% dari tandan buah segar. b. Bermuatan positif adalah surfaktan
Tandan kosong kelapa sawit kationik.
mengandung unsur kimiawi lemak, protein, c. Bermuatan positif dan negatif adalah
selulosa, lignin dan hemiselulosa. Sehingga surfaktan amfoter (zwitterion).
memungkinkan limbah TTKS dimanfaatkan d. Tidak bermuatan adalah surfaktan non
sebagai substrat dalam pembuatan asam-asam ionik.
organik, pelarut aseton, butanol, etanol, protein 2. Gugus hidrofobik (ekor surfaktan)
sel tunggal, zat antibiotika, xanthan dan bahan a. Hidrokarbon,.
kimia lainnya melalui biokonversi. b. Perfluorohidrokarbon,
c. Polyoxypropylene atau polyoxybutylene
Lignin
Lignin terbentuk dari gugus aromatik Penggolongan Surfaktan
yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik, Surfaktan dapat digolongkan menjadi empat
yang terdiri dari 2-3 karbon. Lignin terdapat di golongan berdasarkan muatan surfaktan, yaitu :
antara sel-sel dan dalam dinding sel serta 1. Surfaktan anionik
berfungsi sebagai perekat untuk mengikat sel- 2. Surfaktan kationik
sel agar tetap bersama. Berdasarkan unsur 3. Surfaktan non ionik
strukturalnya, lignin dapat dibagi ke dalam 4. Surfaktan amfoter
beberapa kelompok yaitu Lignin guaiasil dan
Lignin guaiasilsiringil. Struktur bangun lignin Kegunaan Surfaktan
adalah ikatan bersama dari rantai/ikatan eter (C- Surfaktan banyak digunakan dalam industri
O-C) dan ikatan karbon (C-C). Ikatan antar unit antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa,
tersebut pada lignin hardwood dan softwood zat pengemulsi, zat anti busa, deterjen, zat
membentuk struktur β-O-4. pencegah korosi, dan lain-lain. Surfaktan dapat
juga digunakan sebagai bahan pencuci yang
bersih karena mengandung zat antikuman yang
membuat surfaktan banyak digunakan di rumah
sakit.

Mekanisme Kerja Surfaktan


Gambar 1. Struktur Monomer Lignin Surfaktan menurunkan tegangan permukaan
air dengan mematahkan ikatan-ikatan hydrogen
Lignin dapat dimanfaatkan secara pada permukaan. Surfaktan dapat membentuk
komersial sebagai bahan pengikat, perekat, misel (micelles), suatu molekul surfaktan yang
pengisi, surfaktan, produk polimer, dan sumber mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang
bahan kimia lainnya. plus ujung ion.
Konsentrasi terbentuknya misel disebut
Critical Micelle Concentration (CMC).
Tegangan permukaan akan menurun hingga

Page 42 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012


CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan oleofin, alkohol, selulosa, senyawa aromatis,
permukaan akan konstan yang menunjukkan napthalena dan lain-lain. Reaksi sulfonasi
bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk merupakan reaksi yang melibatkan pemasukan
misel yang berada dalam keseimbangan dinamis gugus sulfonat ke dalam lignin.
dengan monomernya
Natrium Lignosulfonat
Sifat Larutan yang Mengandung Surfaktan Natrium lignosulfonat adalah surfaktan
Larutan surfaktan dalam air menunjukkan anionik yang terbentuk dari hasil reaksi antara
perubahan sifat fisik yang mendadak pada lignin dengan natrium bisulfit (NaHCO3),
daerah konsentrasi yang tertentu. Perubahan dimana rantai hidrokarbonnya sebagai gugus
yang mendadak ini disebabkan oleh hidrofobik dan ion SO3- sebagai gugus
pembentukan agregat atau penggumpalan dari hidrofiliknya. . NLS bisa juga disebut lignin
beberapa molekul surfaktan menjadi satu, yaitu sulfonat atau sulphite lignin merupakan suatu
pada konsentrasi kritik misel (CMC). surfaktan yang dihasilkan dari proses sulfite
pulping pada kayu. Pada proses sulfite pulping,
Pembuatan Surfaktan lignin dibuat larut dalam solven polar (air)
Surfaktan dihasilkan dari proses sulfite melalui proses sulfonasi dan hidrolisis.
pulping pada kayu. Pada proses sulfite pulping,
lignin dibuat larut dalam solven polar (air)
melalui proses sulfonasi dan hidrolisis.
Mekanisme terbentuknya surfaktan natrium
lignosulfonat (NLS) diawali dengan mekanisme
terbentuknya lignosulfonate.
Sulfonasi merupakan reaksi antara ion
bisulfite dengan molekul lignin. Reaksi yang
terjadi pada proses sulfonasi lignin ini termasuk Gambar 3. Struktur Molekul Lignosulfonat
reaksi irreversible dan bersifat endotermis. Suhu
dan pH merupakan faktor yang paling 2. METODOLOGI
berpengaruh pada reaksi pembentukan
lignosulfonate ini. Semakin tinggi tingkat Alat dan Bahan
keasamannya maka laju hidrolisis akan semakin Alat yang digunakan antara lain :
meningkat dan semakin tinggi temperature laju 1. Labu leher tiga
reaksi akan semakin besar. 2. Kondenser
3. Statif
4. Magnetik stirer
5. pH meter
6. Pemanas
7. Gelas kimia 500 ml
8. Erlenmeyer 250 ml
9. Gelas ukur 250 ml
Gambar 2. Proses sulfite pulping 10. Labu ukur 100 ml
11. Labu ukur 250 ml
Sulfonasi 12. Labu ukur 1000 ml
Sulfonasi adalah reaksi kimia yang 13. Spatula dan pengaduk
melibatkan penggabungan gugus asam sulfonat, 14. Neraca analitik
-SO3H, ke dalam suatu molekul ataupun ion, 15. Pipet tetes
termasuk reaksi-reaksi yang melibatkan gugus 16. Piknometer
sulfonil halida ataupun garam-garam yang 17. Corong pemisah
berasal dari gugus asam sulfonat, misalnya 18. Spektrofotometer
penggabungan –SO3 ke dalam senyawa organik
Jenis-jenis zat pensulfonasi antara lain : Bahan yang digunakan, yaitu :
1. Persenyawaan SO3, termasuk didalamnya Bahan Pembuatan Surfaktan
asam sulfat 1. Tandan kosong kelapa sawit
2. Persenyawaan SO2 2. Sodium bisulfit (NaHSO3)
3. Senyawa sulfoalkilasi 3. Asam sulfat (H2SO4)
4. Sodium hidroksida (NaOH)
Sedangkan zat-zat yang disulfonasi adalah 5. Aquadest
zat alifatik, misalnya hidrokarbon jenuh,

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012 Page 43


Prosedur Penelitian 4. Atur keasaman (pH) menjadi 4, dengan
menggunakan asam sulfat (H2SO4) dan
SizeReducer natrium hidroksida (NaOH).
TandanKosong 5. Labu leher tiga dipanaskan sesuai variasi
Kelapa Sawit variabel suhu yang diinginkan dan
gunakan magnetik stirer.
Screening 6. Lama waktu perebusan (reaksi) sesuai
dengan variasi variabel yang diinginkan.
7. Kemudian pisahkan filtrat dan residu hasil
Sesuai reaksi dengan menggunakan kertas saring.
Variabel Reaktor
Analisa Surfaktan berdasarkan SNI 06-
6989.51-2005
Filter Pembuatan larutan kerja surfaktan anionik
a. Larutkan 1 gr ABS dengan aquadest 100
Filtrat ml dalam labu ukur 1000 ml kemudian
tambahan aquadest sampai tanda tera dan
dihomogenkan.
Residu Spektofotometer b. Pipet 10 ml larutan induk surfaktan
UV/Vis anionik 1000 mg/L dan masukkan dalam
labu ukur 100 ml, kemudian tambahkan
aquadest sampai tanda tera dan
Surfaktan Natrium dihomogenkan
Lignosulfonat c. Pipet 1,0 ml; 2,0 ml, 3,0 ml dan 5,0 ml
larutan ABS 100 mg/L dan masukkan
Gambar 4. Blok Diagram Penelitian masing-masing ke dalam labu ukur 250 ml.
d. Tambahkan aquadest sampai tanda tera
Penelitian dilakukan di laboratorium sehingga diperoleh kadar surfaktan anionik
dalam 3 tahap. Tahap pertama adalah 0,4; 0,8; 1,2 dan 2,0 mg/L.
pembuatan surfaktan natrium lignosulfonat.
Tahap kedua adalah analisa surfaktan sodium Pembuatan Kurva Kalibrasi
lignosulfonat berdasarkan SNI 06-6989.51- a. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai
2005. Tahap ketiga adalah menentukan kondisi dengan petunjuk alat untuk pengujian
optimum pembuatan surfaktan natrium kadar surfaktan anionik.
lignosulfonat dari tandan kosong kelapa sawit. b. Ambil masing-masing 100 ml aquadest
Variasi variabel yang digunakan pada dan larutan kerja dengan kadar surfaktan
penelitian. anionik 0,4; 0,8; 1,2 dan 2,0 mg/L
kemudian masukkan ke dalam corong
Suhu Waktu pemisah 250 ml.
(°C) (menit) c. Tambahkan larutan biru metilen sebanyak
25 ml.
80 15 d. Tambahkan 10 ml CHCl3, dikocok dengan
90 30 kuat selama 30 detik dan tutup corong
100 45 dibuka sesekali.
110 60 e. Biarkan hingga terjadi pemisahan fase,
120 75 goyangkan corong perlahan-lahan, jika
terbentuk emulsi tambahkan sedikit
Pembuatan Surfaktan Sodium Lignosulfonat isopropil alkohol sampai emulsinya hilang.
1. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) f. Pisahkan lapisan bawah (fasa kloroform)
dibersihkan lalu diurai menjadi serat dan dan ditampung dalam corong pemisah
dikeringkan di udara terbuka (sinar yang lain.
matahari). g. Ekstraksi kembali fasa air dalam corong
2. Serat TKKS lalu dihancurkan dan di ayak. pemisah dengan mengulangi langkah d
3. Sebanyak 7 gr serat TKKS dimasukkan ke sampai f sebanyak 2 kali dan satukan
dalam labu leher tiga bersama larutan semua fasa kloroform.
natrium bisulfit (NaHSO3) 25% sebanyak h. Tambahkan 50 ml larutan pencuci ke
300 ml. dalam fasa kloroform dan kocok kuat-kuat
selama 30 detik.

Page 44 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012


i. Biarkan terjadi pemisahan fasa, goyangkan Suhu Waktu
Absorbansi
perlahan-lahan kemudian masukan ke (ºC) (menit)
dalam labu ukur. 15 0,288
j. Tepatkan isi labu ukur pada langkah i 30 0,329
hingga tanda tera dengan kloroform. 110 45 0,358
k. Ukur dengan spektrofotometer pada 60 0,397
panjang gelombang 652 nm dan catat 75 0,487
serapannya.
15 0,298
Prosedur Uji 30 0,315
a. Ukur sample sebanyak 100 ml dan 120 45 0,343
masukkan dalam corong pemisah 250 ml. 60 0,383
b. Tambahkan 3 sampai 5 tetes indikator 75 0,451
fenolftalin dan NaOH 1N tetes demi tetes
hingga timbul warna merah muda,
kemudian hilangkan dengan menambahkan Pengaruh Waktu terhadap Konsentrasi
H2SO4 1N tetes demi tetes. Lignosulfonat
c. Selanjutnya lakukan langkah c sampai k
(kurva kalibrasi).
500

Konsentrasi Lignosulfonat (ppm)


450
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 400
Penelitian pembuatan surfaktan natrium 350
lignosulfonat dengan metode sulfonasi 300
langsung. Bahan baku yang digunakan adalah 250
tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan
200
Natrium Bisulfit (NaHSO3) sebagai agen T = 80°C
penyulfonasi. Larutan NaHSO3 25% dan 7 gr 150 T = 90°C
TKKS direaksikan dalam labu leher tiga dengan 100 T = 100°C
T = 110°C
suhu 80°, 90°, 100°, 110°, dan 120°C selama 50
T = 120°C
15, 30, 45, 60, 75 menit. Parameter yang akan 0
dianalisa adalah konsentrasi lignosulfonat 0 15 30 45 60 75 90
menggunakan metode spektrofotometer secara
metilen biru. waktu, menit

Hasil Analisa Absorbansi dengan Gambar 5. Pengaruh Waktu Terhadap


Spektofotometer Konsentrasi Lignosulfonat

Berdasarkan hasil penelitian diketahui


bahwa lawa waktu perebusan yang dilakukan
Suhu Waktu
Absorbansi dalam labu leher tiga berpengaruh terhadap
(ºC) (menit)
konsentrasi lignosulfonat yang dihasilkan. Dari
15 0,254 grafik terlihat bahwa semakin lama
30 0,283 waktuperebusan maka semakin besar pula
80 45 0,325 konsentrasi lignosulfonat
60 0,355 Hal tersebut dikarenakan semakin lama
75 0,422 waktu perebusan dalam labu leher tiga maka
15 0,324 semakin banyak pula lignin yang tersulfonasi
menjadi natrium lignosulfonat. Namun perlu
30 0,368
90 dilakukan penelitian kembali jika waktu reaksi
45 0,476
lebih lama karena ada kemungkinan terjadinya
60 0,502
penurunan pada waktu tertentu akibat sudah
75 0,556 jenuhnya lignin bereaksi terhadap natrium
15 0,304 bisulfit.
30 0,321
100 45 0,378
60 0,455
75 0,527

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012 Page 45


Pengaruh Suhu Perebusan terhadao dapat diketahui bahwa larutan surfkatan natrium
Konsentrasi Lignosulfonat lignosulfonat berwarna kuning kecoklatan dan
500 coklat kekuningan
450
3. Bau
Hasil analisa karakteristik bau larutan
400
Konsentrasi Lignosulfonat (ppm)

surfaktan natrium lignosulfonat hasil sulfonasi


350 menunjukkan adanya bau asam dan berbau
300 belerang. Bau ini disebabkan karena adanya
penambahan asam sulfat yang menyebabkan
250
adanya bau asam. Bau belerang dikarenakan
200 penambahan gugus -SO3-.
t = 15 menit
150 t = 30 menit
4. Kelarutan dalam air
100 t = 45 menit Hasil analisa menunjukkan bahwa surfaktan
t = 60 menit hasil penelitian mampu larut dengan sempurna
50 t = 75 menit di dalam air sama dengan larutan surfaktan
0 sintesis yang digunakan sebagai surfaktan
70 80 90 100 110 120 130 pembanding.
Suhu (°C)

4. KESIMPULAN
Gambar 6. Pengaruh Suhu Terhadap
Konsentrasi Lignosulfonat
1. Dari hasil penelitian didapatkan kondisi
optimum suhu pembuatan surfaktan
Dari penelitian yang telah dilakukan
natrium lignosulfonat pada 90°C.
dapat diketahui bahwa variabel suhu optimum
2. Hasil penelitian menunjukkan semakin
pada pembuatan surfaktan lignosulfonat adalah
lama waktu perebusan maka semakin besar
90°C yang ditunjukkan pada kurva berwarna
pula kadar lignosulfonat yang didapatkan.
merah dimana kadar lignosulfonat paling tinggi
3. Berdasarkan analisa surfaktan anionik
didapat.
dengan spektrofotometer secara metilen
Konsentrasi lignosulfonat mengalami
biru didapatkan konsentrasi lignosulfonat
kenaikan hingga pada suhu 100°C terjadi
sebesar 458,206 ppm untuk kondisi
penurunan kadar lignosulfonat. Hal tersebut
optimum
terjadi karena pada suhu di atas 90°C surfaktan
mulai terdegradasi
Penelitian ini secara umum mempunyai
DAFTAR PUSTAKA
%yield yang kecil berkisar 0,8 – 1,9%. Kecilnya
%yield kemungkinan dikarenakan proses
A. L. Underwood, R. A. Day. 1987. Analisa
sulfonasi pada penelitian tidak melalui proses
Kimia Kuantitatif. Erlangga: Jakarta.
delignifikasi terlebih dahulu. Hal ini
menyebabkan hanya sedikit lignin yang mampu
Ari P, Heri dkk. 2008. ”Studi Awal Mengenai
mengalami proses sulfonasi. Sedangkan
Pembuatan Surfaktan dari Ampas Tebu”.
sebagian besar lignin masih berbentuk
Universitas Dipenogoro: Semarang.
lignoselulosa
Kirk, R.E., and Othmer, D.P. 1981.
Encyclopedia of Chemical Technology.
Karakteristik Larutan Lignosulfonat yang
Fourth Edition, Volume 15.
dihasilkan
1. pH
Kurniawan, Apris. Kajian Awal Pembuatan
Dari hasil analisis karakteristk pH dapat
Surfaktan dari Tempurung Kelapa.
diketahui bahwa suhu dan lama waktu
Universitas Dipenogoro: Semarang.
perebusan tidak berpengaruh terhadap pH
surfaktan yang terbentuk.
Rosen, Milton J. 2004. Surfactants and
2. Warna
Interfacial Phenomena. Third Edition
Berdasarkan hasil analisa warna dari
surfaktan natrium lignosulfonat hasil sulfonasi
.

Page 46 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012

Anda mungkin juga menyukai